Konflik dan perang juga tak berjeda. Malahan, dunia baru saja menyaksikan satu bentuk kekejian dan kebrutalan luar biasa pasca kekejian NAZI, yaitu perang dan terorisme yang dikobarkan oleh ISIS, Al-Qaeda, dan kelompok sektarian sejenis di berbagai belahan dunia.
Sementara itu, politik kanan yang fasistik sedang naik daun di negeri-negeri yang dianggap paling kaya dan mapan kehidupan demokrasinya. Bahkan, dua negara terkuat di dunia ini, Amerika Serikat dan Inggris, sedang diperintah oleh saudara kembar yang demogog, rasis, fasis, dan misoginis: Donald Trumpdan Boris Johnson.
Dunia kita juga makin genting. Tak hanya berhadapan dengan ketimpangan, kemiskinan, ancaman terhadap kebebasan dan demokrasi, tetapi juga terancam keberlangsungannya oleh krisis perubahan iklim.
Namun, seperti bait-bait puisi Wiji Thukul: jangan terus tindas rakyat yang membisu/ jika demikian/ kau seperti membangun bendungan yang bakal jebol/ arus menggasak/ hingga tamatlah kekuasaanmu.
Di berbagai tempat, kebrutalan neoliberalisme sedang mendapat perlawanan. Di Amerika latin, benua yang tak pernah sepi dengan perlawanan, dalam satu dekade sejak menghilangnya RATM (2000-2010), perlawanan terhadap neoliberalisme telah melahirkan pasang merah, yakni berkuasanya politisi atau partai kiri di lusinan negara Amerika latin.
Di tahun 2019 lalu, dunia sangat bergolak, bahkan melebihi pasang perlawanan di tahun 1960-an. Ada 24 lebih Negara yang digundang oleh protes besar rakyatnya.
Di Chile, salah satu negara yang diguncang aksi protes besar sejak Oktober 2019, sekelompok demonstran meng-cover lagu RATM, Killing in the Name, lalu menyanyikannya dengan bahasa lokal.
Dalam situasi itu, orang mengingat RATM. Dulu, tahun 1991, ketika RATM lahir, dunia masih dikuasai kanan. Neoliberalisme sedang digdaya. Hanya EZLN yang berhasil menggemparkan dunia kala itu.
Sekarang, neoliberalisme sudah di puncak krisis. Sudah banyak yang menyebutnya sistim yang gagal. Bahkan Francis Fukuyama, si intelektual yang pernah bilang bahwa sejarah sudah berakhir dan kapitalisme-liberal sebagai pemenangnya, sekarang meralat kesimpulannya. Sekarang dia bilang, Karl Marx ada benarnya dan sosialisme akan kembali.
Dalam situasi ini, RATM dirindukan. Lagu-lagu dan musiknya dirindukan orang agar membuat rakyat di seluruh dunia bangkit melawan kapitalisme. Make people rage again!
Karena, memplesetkan kata-kata Rene Descartes, Cogito Ergo Sum, maka kita akan bilang: "Demi melawan kapitalisme, RATM ada."