Mohon tunggu...
Ticklas Babua Hodja
Ticklas Babua Hodja Mohon Tunggu... Konsultan - Petani/Buruh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Life is choise

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sains, Agama, Filsafat, Essai, Translasi, dan Antinomi

4 Juni 2021   20:51 Diperbarui: 5 Juni 2021   08:34 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Epidemi virus corona tak hanya menandakan batas globalisasi pasar, ia juga menandakan batas yang lebih fatal dari populisme nasionalis yang menekankan kedaulatan negara penuh: biasanya berujung dengan klaim 'Amerika lah (atau siapa pun) yang pertama!' Karena Amerika dapat diselamatkan hanya melalui koordinasi dan kolaborasi global.

Saya bukan utopian di sini, saya tak mengimbau solidaritas yang di idealkan di antara orang-orang-sebaliknya, krisis saat ini menunjukkan dengan jelas bagaimana solidaritas dan kerja sama global demi kepentingan bertahan untuk semua dan kita masing-masing, adalah langkah rasional egois untuk dilakukan. Dan bukan hanya virus corona: China sendiri menderita flu babi raksasa beberapa bulan lalu, dan sekarang terancam oleh kemungkinan adanya wabah belalang. Plus, seperti yang dicatat Owen Jones, krisis iklim membunuh lebih banyak orang di seluruh dunia daripada virus corona, tetapi tak ada kepanikan mengenai hal ini.

Dari sudut pandang vitalis sinis, orang akan tergoda untuk melihat virus corona sebagai infeksi menguntungkan yang memungkinkan manusia untuk menyingkirkan mereka yang lapuk, lemah dan sakit, seperti mencabut ganja setengah busuk, dan dengan demikian berkontribusi terhadap kesehatan global.

Pendekatan komunis global yang saya anjurkan adalah satu-satunya cara bagi kita untuk benar-benar meninggalkan sudut pandang vitalis primitif. Tanda-tanda mengurangi solidaritas tanpa syarat sudah terlihat dalam perdebatan yang sedang berlangsung, seperti dalam catatan berikut tentang peran "tiga orang bijak" jika epidemi mengambil giliran yang lebih dahsyat di Inggris: "Pasien NHS dapat ditolak perawatan penyelamatan nyawa selama wabah virus corona parah di Inggris jika unit perawatan intensif berjuang mati-matian untuk mengatasinya, dokter senior telah memperingatkan. 

Di bawah apa yang disebut protokol 'tiga orang bijak', tiga konsultan senior di setiap rumah sakit akan dipaksa untuk membuat keputusan mengenai penjatahan perawatan seperti ventilator dan tempat tidur, jika rumah sakit dipenuhi pasien. " Kriteria apa yang akan diandalkan oleh "tiga orang bijak"? Mengorbankan yang terlemah dan tertua? Dan apakah situasi ini tidak hanya membuka ruang untuk korupsi besar-besaran? Apakah prosedur seperti itu tidak mengindikasikan bahwa kita sedang bersiap untuk memberlakukan logika paling brutal tentang survival of the fittest? Jadi, sekali lagi, pilihan terakhir adalah: memilih logika brutal ini atau memilih semacam penciptaan kembali komunisme.

Wejangan Lanjutan :

Slavoj sizek: Mimpi Saya tentang Wuhan

Sudah banyak yang menulis tentang epidemi virus corona-apa yang bisa saya tambahkan sebagai seorang pengamat non-spesialis dengan akses data yang sangat terbatas? Tapi, kita mungkin harus mengajukan beberapa pertanyaan di sini: kapan data berakhir dan kapan ideologi dimulai?

Teka-teki pertama sangat  jelas: ada banyak epidemi yang jauh lebih buruk terjadi, tapi mengapa muncul obsesi seperti ini ketika ribuan orang meninggal setiap hari karena penyakit menular lainnya? Tidak perlu mengingat pandemi influenza yang terjadi pada 1918-1920, yang dikenal sebagai flu Spanyol dengan jumlah korban meninggal yang diperkirakan setidaknya 50 juta orang. Sekarang, influenza telah menginfeksi 15 juta orang Amerika: setidaknya 140.000 orang telah dirawat di rumah sakit dan lebih dari 8.200 orang tewas hanya pada musim ini.

Paranoia rasis jelas bermain di sini--ingat semua fantasi tentang wanita tua Cina yang dekil di Wuhan yang sedang menguliti ular hidup dan menyesap sup kelelawar. Waktu itu, sebuah kota besar di Tiongkok mungkin termasuk salah satu tempat paling aman di dunia.

Tetapi ada paradoks yang lebih dalam sedang berjalan: semakin banyak dunia terhubung, semakin banyak bencana lokal dapat memicu ketakutan global dan akhirnya berujung bencana. Pada Musim Semi 2010, awan letusan gunung berapi kecil di Islandia-sebuah gangguan kecil dalam mekanisme kompleks kehidupan di Bumi-menghentikan lalu lintas udara di sebagian besar Eropa-menjadi sebuah pengingat, bahwa dari semua aktivitas perubahan alam yang maha besar, manusia tetap hanya salah satu spesies yang hidup di planet Bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun