Banyak orang bertanya, siapa adviser Pak Jokowi hingga bisa sukses dalam mengendalikan dinamika politik di negeri yang suka terjadi miskomunikasi ini.Â
Penulis mencoba mengamati Pak Jokowi dari perspektif intelijen sebagai pimpinan nasional yang awalnya ada yang underestimate, tetapi kini penulis katakan sukses besar.Â
Dalam kepercayaan suku Jawa, tidak ada ceritanya seseorang menjadi pemimpin nasional kalau tidak mendapat wahyu Cokroningrat. Bagi umat Islam manusia menjalani takdirnya, dan kita tahu takdir kita bila sudah terjadi. Bagaimana dengan pak Jokowi?Â
Dalam menjalani takdir hingga menjadi presiden jelas tidak hanya berpangku tangan, ada yang dikerjakan sebagai upaya dalam mencapai cita-cita pengabdian dan tujuannya.Â
Penulis mencermati pengetahuan dan pemahaman tentang strategi yang ada di pemikirannya. Nah, dinamika kepemimpinannya menurut penulis sejalan dengan teori dasar ilmu seni perang Sun Tzu.Â
Implementasi Teori Perang Sun TzuÂ
Sun Tzu yang lahir pada tahun 544 SM , meninggal di usia 48 tahun pada th. 496 SM menuliskan, belum pernah ada perang yang berlarut-larut yang menguntungkan suatu negeri.Â
Bagi pak Jokowi ini berarti bila terjadi konflik di dalam negeri, jangan biarkan berlarut-larut. Saat persaingan dalam pilpres 2019 masyarakat terbelah dua, sebagian Muslim garis keras mendukung capres Prabowo, parpol nasionalis dan Islam moderat mendukung pak Jokowi.Â
Setelah resmi menang, Prabowo kompetitornya yang tangguh, mantan Kopassus yang keras, dirangkulnya dan diberi jabatan bergengsi sebagai Menhan. Apakah tidak khawatir dengan kuda Troya?Â
Langkah taktisnya, saat masa jabatan kedua Menkopolhukam dipercayakan Prof.Mahfud MD, sebagai sosok ahli hukum, sebagai pengawas. Panglima TNI tetap dijabat orang terdekatnya Marsekal Hadi Tjahyanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian.Â