Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dilema Pembelian Pesawat-pesawat Tempur untuk TNI AU

9 Agustus 2020   15:47 Diperbarui: 10 Agustus 2020   23:07 2682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana sebaiknya bagi Indonesia membaca? Perseteruan AS dengan China jelas harus dibaca ada yang berbeda pertama dari instrumen yang dipergunakan keduanya. China lebih mengutamakan psychological culture dan pengaruh ekonomi.

Sementara AS menerapkan security aproach, memainkan instrumen military, intelligence, diplomatic, legal, informational, finance and economy. Ketujuh instrumen AS tersebut dapat dipergunakan apabila mereka butuhkan dan menyangkut kepentingan serta keamanan nasionalnya.

Satu instrumen saja dapat menjatuhkan pemimpin sebuah negara, terlebih apabila beberapa instrumen dipakai menyerang kerawanan sebuah negara. Misalnya masalah minyak dan kurs bisa memporak porandakan perekonomian sebuah negara.

Instrumen militer kini dilakukan berupa pengerahan kekuatan tempur maritim ke LCS dengan dukungan kapal induk Inggris dan kapal perang Perancis, tujuannya satu yaitu Laut China Selatan tidak boleh dikuasai China, harus tetap sebagai jalur bebas. 

Kedua negara faham daalam perimbangan kekuatan maritim, China belum menjadi lawan sepadan kekuatan global power Amerika yang memiliki tujuh wilayah pertahanan, China belum memiliki satupun wilhan. Memang dari retorikanya ingin disamakan sebagai global power.

Menurut salah satu tema, komunitas intelijen sebagai peneliti maritim menegaskan, disebut sebagai regional power-pun China juga belum teruji dan belum memadai.

Nan, dalam menyikapi konflik dua negara raksasa itu, secara khusus tugas negara kita adalah melindungi segenap bangsa, oleh karena itu negara kita harus mempunyai kemampuran dalam melindung. Ini berarti negara harus memiliki deterrent power untuk mengimbangi kekuatan lainnya di kawasan.

Dalam hal ini maka Kementerian Pertahanan (Kemhan) jadi primadona di negeri ini, selain itu juga Menhan bersama Menlu mempunyai tugas 'tandem' di bidang prtahanan, diplomasi dan politik LN Indonesia.

Karena itu sikon LCS sebaiknya dibaca terutama dari sisi intelijen strategis, ada hal-hal tersirat yang mereka inginkan. Intinya lebih fokus memprediksi munculnya bahaya dan ancaman, tidak lantas membicarakan polugri kawasan jauh seperti Palestina misalnya.

Surat Menhan ke Menhan Austria yang menyatakan minat kepada Eurofighter Thypoon bekas, penulis nilai janggal, disaat presiden Jokowi sedang kesulitan mengatur anggaran untuk menangani Corona.

Apakah juga tidak terbaca, setelah Menhan Prabowo kembali dari Rusia, mendadak AS merilis persetujuan pembelian delapan pesawat tilt rotor Osprey? Sementara kita membutuhkan pesawat tempur. Hal-hal seperti ini sebaiknya diwaspadai dan dibaca sebagai signal dari Amerika, apa yang tersirat bukan hanya yang tersurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun