Semuanya adalah pesawat tempur modern generasi terbaru 4.5 yang secara kasar diperkirakan memenuhi kriteria sebagai pesawat tempur strategis TNI AU, baik karakteristik umum pesawat, performance, persenjataan, dan avionics pesawat tersebut. Semuanya melalui analisa mendalam terkait dengan aspek operasi, tehnis dan non tehnis.
Kemudian dilakukan perbandingan kemampuan pesawat yang menjadi kandidat pesawat tempur strategis. Semua calon diukur, apakah memenuhi kriteria penilaian yaitu, pesawat jenis multi role minimal generasi 4.5, mampu menjangkau sasaran strategis dengan radius of action jauh, baik sasaran permukaan dan bawah permukaan.
Pesawat tempur pilihan harus mampu melaksanakan misi pertempuran siang dan malam hari segala cuaca, memiliki radar modern dengan jangkauan jauh, mampu melaksanakan network centric warfare, perawatan mudah, peralatan avionic, navigasi dan komunikasi modern yang tersandi, peralatan perang elektronika pasif dan aktif serta memiliki kemampuan meluncurkan senjata konvensional, senjata pintar dan senjata pertempuran udara jarak sedang atau beyond visual range.
Juga dibandingkan kemampuan kandidat dalam hal kecepatan, ketinggian operasional, kemampuan tinggal landas, kemampuan jangkauan radar, kemampuan combat radius of action dan kemampuan agility pesawat (tingkat kelincahan manuver dan kecepatan reaksi pesawat untuk bertindak menyerang dan bertahan terhadap situasi baru tanpa penundaan waktu).
Juga dilakukan analisa aspek aeronautic yang meliputi enam katagori yaitu ; usia perawatan air frame, engine, biaya perawatan, biaya operasi, dan perbandingan usia pakai. Dalam bidang avionic, konfigurasi yang human machine interface, ketersediaan dukungan suku cadang, tingkat kegagalan, publikasi pemeliharaan dan operasional, kehandalan, teknologi, populasi dan kemudahan pemeliharaan.
Dari sisi aspek non tehnis meliputi : tinjauan politis terkait kebijakan pemerintah, transfer teknologi, tingkat ekonomis, perbandingan dengan kemampuan pesawat yang berpotensi menjadi calon lawan, perkiraan biaya operasional nyata, kesulitan dan kemudahan pengadaan serta yang terpenting kemampuan menghasilkan efek detterent atau penggentar.
TNI AU mengajukan ke Mabes TNI dan pembahasan selanjutnya serta keputusan penentuan tentang pesawat yang dipilih berada di pihak pemerintah yang diwakili Kementerian Pertahanan.
Dari beberapa jenis pesawat, saat itu sudah diputuskan pemerintah Indonesia aakan membeli Sukhoi-35BM. TNI AU sudah memiliki pesawat tempur Sukhoi (Su-27 dan Su-30) yang terbukti pernah mengungguli pesawat tempur RAAF Hornet dalam latihan bersama si Australia. Selain itu kepemilikan Su-35 yang baru tidak akan menyulitkan baik penerbang maupun tehnisi TNI AU yang sudah terlatih dengan pesawat tempur Sukhoi 27 dan 30.
Australia Gentar Bila TNI AU memiliki Su-35
Australia sebagai tetangga terdekat Indonesia saat itu jelas kembali gundah bila TNI AU dilengkapi Su-35BM, pemerintahnya kemudian memutuskan merubah keputusan rencana semula pembelian Hornet, mengganti dengan membeli 72 buah pesawat tempur stealth F-35 JSF (Joint Strike Fighter).
Kegundahan Australia terlihat dari pernyataan the Business Spectator di Australia yang pernah menyatakan, "Indonesia merencanakan akan membeli pesawat tempur Sukhoi dari Rusia yaitu Su-35 atau selanjutnya PAK-FA T-50.
Jadi pertanyaannya lebih baik (Australia) memilih F-35 daripada Hornet. Apabila Indonesia kemudian dimasa depan ikut memperkuat Angkatan Udaranya dengan Su-35 atau PAK-FA T-50, maka AU Australia akan menjumpai masalah besar, mereka (RAAF) tidak akan memiliki kesempatan menerapkan slogannya (first look, first shoot, first kill').