Karena itu Menlu Shuang menekankan pentingnya kemitraan strategis China dan Indonesia. Sementara kasus kapal ikan dan coast guard disebutkan hanya sebuah kasus kecil berupa cabang.
Dari sikon geopolitik dan geostrategis, Amerika akan penuh berada di belakang Indonesia, seperi pernah dikatakan Menhan AS terdahulu J. Mattis saat berkunjung ke Menhan RI yang lalu Ryamizard bahwa AS akan membantu Indonesia apabila terjadi konflik militer dengan China.
Ini menunjukkan besarnya keinginan AS, Indonesia menjadi mitranya. AS juga tetap menerapkan payung nuklirnya dari basis Indo-Pasifik.
Kesimpulan
Langkah antisipatif yang diambil Panglima TNI dapat dikatakan sudah tepat dan sejalan dengan arahan Presiden Jokowi, juga menunjukkan bahwa TNI selalu siap setiap saat mengantisipasi ancaman. Langkah tersebut juga telah menjawab bahwa diplomasi harus didukung kekuatan militer baru akan sukses dan dihargai negara lain.
Kunjungan Presiden Jokowi ke Natuna didampingi Panglima TNI menunjukan bahwa presiden sangat serius perihal kedaulatan. Langkah Panglima TNI sejalan dengan keinginan presiden, berbeda dengan Menko Maritim dan Menhan yang pada awalnya mengatakan pertahanan kita lemah.
Oleh karena itu saat kunjungan, di mana kedua pejabat serta menteri KKP yang berurusan dengan masalah perikanan dan kemaritiman tidak diikutkan, terbaca sebagai sebuah indikasi bahwa pimpinan nasional tidak berkenan.
Apabila pada masa mendatang pemerintah China (RRT) tetap melakukan pelanggaran wilayah tanpa peduli dengan aturan internasional, maka China akan berhadapan dengan banyak pihak, di antaranya ASEAN, Amerika, Australia, dan banyak negara lainnya. Semoga bermanfaat. (PRAY)
Oleh: Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI