"Patroli agenda setahun siaga tempur laut itu sudah berlangsung dan ditambah kekuatan dari empat kapal menjadi delapan kapal perang berikut kapal logistik. Keberadaan kapal logistik membuat kapal perang tidak usah kembali ke pangkalan di Natuna dan dapat terus berada di lautan menjaga wilayah kedaulatan, landas kontinen, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)," katanya.
Sebelum insiden pelanggaran ZEE akhir Desember 2019 dan awal Januari 2020 oleh kapal Vietnam dan kapal China, TNI sudah menyiapkan berbagai sarana di Natuna.Â
Sarana itu berupa pangkalan kapal permukaan, pangkalan kapal selam, dua stasiun radar, fasilitas lapangan udara berupa hanggar pesawat tempur, rumah sakit tentara, Batalyon Komposit TNI AD, Batalyon Artileri Pertahanan Udara (Arhanud), dan Kompi Marinir TNI AL.
Keberadaan kekuatan TNI di Pulau Natuna dan Laut Natuna Utara, menurut Panglima, untuk memperkuat pertahanan pulau terluar, pengamanan, dan penindakan terhadap pelanggaran di ZEE hingga di laut teritorial.Â
Pada hari Selasa (7/1), TNI AU mengirimkan empat pesawat tempur F-16 dari Lanud Rusmin Nuryadin, Pekanbaru ke Pangkalan TNI AU Ranai, Natuna.
TNI memastikan operasi pengamanan di wilayah perairan Natuna dilakukan sesuai prosedur hukum internasional. TNI tidak akan terprovokasi dalam tindakan pengamanan.
"Prajurit-prajurit TNI AL dan AU melakukan operasi dengan memegang teguh aturan pelibatan yang berpedoman pada hukum- hukum laut nasional dan internasional, intinya di situ. Jadi kita tidak ingin terprovokasi," kata Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (6/1/2020).
Perkembangan Situasi Terakhir
Dari informasi terakhir yang berkembang, menyebutkan bahwa China telah mengirim tambahan dua kapal coast guard ke Natuna, yang belum jelas apakah akan memperkuat coast guard yang sudah ada atau sebagai kapal pengganti.
Menanggapi perkembangan situasi yang memanas, protes Kemlu RI serta gelar kekuatan TNI di Natuna, pihak pemerintah China (RRT) mengharapkan bahwa China dan Indonesia bisa terus menjaga perdamaian dan stabilitas regional.
"Mengenai beberapa perkembangan maritim baru-baru ini yang Anda tanyakan, China dan Indonesia telah berkomunikasi satu sama lain melalui saluran diplomatik. China dan Indonesia adalah mitra strategis yang komprehensif. Di antara kami, persahabatan dan kerja sama adalah arus utama sementara perbedaan hanyalah cabang," jelas Menlu Shuang dalam keterangan tertulis, dikutip dari fmprc.gov.cn, Rabu (8/1/2020).