Manusia sejak kecil pasti mempunyai tokoh yang disukai atau idealnya. Saat kecil Pray suka membaca buku-buku cerita Ramayana, Mahabrata, hingga kisah Minak Jinggo vs Ratu Kencana Wungu penguasa Majapahit, Damarwulan. Juga buku-buku kecil karya Kho Ping Ho seperti serial Bu Kek Siansu si Manusia Dewa yang sakti, dengan muridnya Kwe Seng.
Buku-buku karangan Karl May, tentang Old Shatterhand dan Winnetou ketua suku Indian Apache. Kalau film suka nonton Flash Gordon yg diputar kalau ada kawinan orang Betawi, misbar. Selain itu saat masih SD suka diajak ayahanda Alm, nonton Wayang, pulangnya pagi2 tetap digelandang ke Langgar (mesjid kecil) dekat rumah untuk subuhan.
Nah, waktu kecil itu Pray punya tokoh-tokoh pahlawan dari kisah-kisah yang dibaca, otomatis tidak suka dengan tokoh-tokoh jahat. Bahkan tokoh ideal hingga kini tetap tokoh yang dinilai tidak jahat, terlebih setelah ilmunya lumayan dengan 17 ijazah, sekolah militer dan intelijen, dari pengalaman dan wawasan, sudut pandang persepsi intelijen penilaiannya berbeda.
Kini lebih menggunakan intuisi,"sense of intelligence". Secara teori, sense hanya bisa dimiliki seseorang apabila dia sekolah dan berpengalaman pada bidang yang dikuasainya. Kasus yang dilihat biasa, apabila orang punya sense (rasa) bisa terbaca lebih dalam dan komprehensif.
Persepsi dan Performance, serta Kecerdasan
Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi. Sebagai contoh, Pray secara otomatis selalu menggunakan persepsi intelijen yang sudah mendarah daging, karena hanya ini ilmu kebisaannya.
Sementara Performance merupakan penampilan/pertunjukan atau bentuk tindakan, perbuatan, pekerjaan yang telah dicapai atau dilaksanakan. Menurut Peter Jennergren dalam Nystrom dan Starbuck (1981:43), makna dari Performance (Kinerja) adalah "Pelaksanaan tugas-tugas secara actual". Sedangkan Osborn dalam John Willey dan Sons (1980:77) menyebutnya sebagai "Tingkat pencapaian misi organisasi".
Apakah Jokowi Tokoh Ideal?
Pak Jokowi dilantik menjadi Presiden ke-7 RI pada usia 53 tahun pada 20 Oktober 2019. Tidak ada yang menyangka sosok sederhana seperti Jokowi ini bakal menjadi pimpinan nasional Indonesia sebagai presiden Indonesia ketujuh. Jokowi lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961, dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo, bintangnya Cancer, sama dengan isteri penulis.
Jokowi menikahi Iriana pada tanggal 24 Desember 1986 di Kota Solo yg memberinya tiga orang anak bernama Gibran Rakabuming, Kaesang Pangarep dan Kahiyang Ayu.
Dalam pengamatan intelijen, pemimpin yang memiliki keluarga baik akan lebih langgeng dibandingkan yang keluarganya amburadul. Konflik rumah tangga pengaruhnya buruk bagi si pemimpin dalam mengambil keputusan. Umumnya mereka lebih emosional, manusia itu butuh out let curhat.
Kalau dicermati, pada era kepemimpian keduanya, Presiden Jokowi wawasannya semakin luas dan tajam pengamatannya atas sikon Demografi (satu diantara sembilan komponen intelstrat). Pada Presidential Lecture; Interalisasi dan Pembumian Pancasila, Selasa (3/12), presiden menekankan, semua kementerian/lembaga harus melihat, harus jelas, target utamanya itu siapa?
Kita ini membawa negara sebesar ini, 260 juta. Ya mestinya target ke depannya yang ingin kita transfer nilai-nilai ini, siapa? Kita melihat struktur demografi kita, siapa? Anak-anak muda kita. Yang mau kita kejar ini karena ke depan, 129 juta anak-anak muda itu hampir 48 persen. Kalau ini (anak-anak muda) tidak mengerti masalah ideologi, enggak mengerti masalah Pancasila, berbahaya negara ini.
Ini bagian dari strategi besar yang disebutkan dalam lecturer tersebut. Kita mestinya makin paham, langkah taktis presiden dalam memilih menteri, staf khusus dan Watimpres.
Bentuk kecerdasan dan kecerdikan memprediksi the future perubahan jaman ke era digital, sekaligus menciptakan fungsi intelpam.
Sejak jaman pak Harto, musuh berbahaya bisa dinetralisir dengan dua cara, pertama, beri dia persoalan/ masalah sehingga sibuk dengn sendirinya, lupa kepada lawan, kedua, dirangkul dan diberi mainan yang disukainya. Manusia itu akan "lulut" dengan tahta, harta, dan wanita.
Nampaknya cara kedua yg dipilih. Stabilitas terjaga, teori berselancar di era perubahan dengan melakukan reformasi tidak terganggu. Kalau mengatasi lawan berbentuk negara, yang diukur kepentingannya (akan diulas lain kali).
Sedikit catatan: Perang dagang antara AS vs China mulai reda. Melansir dari CNBC pada Senin (16/12/2019), pejabat AS dan China mengumumkan pada akhir pekan lalu bahwa AS dan China akhirnya menyetujui perjanjian fase satu setelah perang dagang selama 18 bulan.
Dari persepsi intelstrat, dan penilaian Geopolitik, begitu perang reda, maka AS akan fokus mengamati Indonesia, di mana niatnya sejak 2009 ingin Malaysia dan Indonesia menjadi mitranya.Â
Najib digergaji lengser karena terlalu pro China. Di sini pak Jokowi sebaiknya mengkalkulasi dengan pas. Tapi melihat beberapa langkah taktis yang smart, hal ini pasti sudah dihitung presiden dengan adviser yang hebat itu. Pray percaya.
Nah, kini apakah Jokowi tokoh ideal Pray? Sebagai pimnas, jelas 100 persen, tetapi yang dikerjakan dan dinilai bagus baru urusan dalam negeri.
Tidak apa-apa amburadul pejabat-pejabat seperti kasus Dirut Garuda yang main nyemen-nyemen itu sudah mulai ditangani. Gebrakan Erick Thohir bagus sebagai random, berani melakukan reformasi, dengan risiko menghadapi jegger-jegger yang tergusur. Saran, mohon perhatikan pam dalam fungsi intelijen.
Kira-kira 6 bulan akan mulai terlihat, apakah tugas dan langkah menteri-menterinya sukses, bermanfaat, mampu menambah kocek negara, memperbaiki ahlak pemegang amanah dan meningkatkan sistim pendidikan modern. Kalau sukses, menteri-menteri tua yang prestasinya nol atau di bawah standard harus siap-siap tidak sampai setahun.
Penutup
Tulisan ini merupakan refleksi ingatan kegemaran Pray sejak kecil dalam membaca, kemudian mempunyai tokoh tersendiri sesuai alur cerita. Misalnya tokoh Pandawa Lima, Rama, Damarwulan, Kwe Seng, Old Shatterhand, Flash Gordon.
Kini ukuran tokoh-toloh saat kecil hingga besar jelas agak berbeda walaupun standard baik dan jahat tetap ada. Ada ukuran tersendiri dari persepsi intelijen.Â
Sebagai Muslim yang sejak kelas 2 SD tiap pagi dituntun Ayahanda ke langgar untuk Subuhan, dikenalkan Islam dan Nabi Muhammad, maka tokoh panutan paling ideal adalah Rasulullah. "Kirim Alfatekah anakku setiap selesai sholat kepada junjungan kita itu", pesan yang Pray terus kerjakan Alhamdulillah.
Pray saat pilpres walau tidak ekplisit sebagai timses, tetapi selalu dukung JKW. Hingga kini mendoakan pak Jokowi, semoga selalu dalam lindungan Allah dengan barokahNya. Aamiin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI