Kalau dicermati, pada era kepemimpian keduanya, Presiden Jokowi wawasannya semakin luas dan tajam pengamatannya atas sikon Demografi (satu diantara sembilan komponen intelstrat). Pada Presidential Lecture; Interalisasi dan Pembumian Pancasila, Selasa (3/12), presiden menekankan, semua kementerian/lembaga harus melihat, harus jelas, target utamanya itu siapa?
Kita ini membawa negara sebesar ini, 260 juta. Ya mestinya target ke depannya yang ingin kita transfer nilai-nilai ini, siapa? Kita melihat struktur demografi kita, siapa? Anak-anak muda kita. Yang mau kita kejar ini karena ke depan, 129 juta anak-anak muda itu hampir 48 persen. Kalau ini (anak-anak muda) tidak mengerti masalah ideologi, enggak mengerti masalah Pancasila, berbahaya negara ini.
Ini bagian dari strategi besar yang disebutkan dalam lecturer tersebut. Kita mestinya makin paham, langkah taktis presiden dalam memilih menteri, staf khusus dan Watimpres.
Bentuk kecerdasan dan kecerdikan memprediksi the future perubahan jaman ke era digital, sekaligus menciptakan fungsi intelpam.
Sejak jaman pak Harto, musuh berbahaya bisa dinetralisir dengan dua cara, pertama, beri dia persoalan/ masalah sehingga sibuk dengn sendirinya, lupa kepada lawan, kedua, dirangkul dan diberi mainan yang disukainya. Manusia itu akan "lulut" dengan tahta, harta, dan wanita.
Nampaknya cara kedua yg dipilih. Stabilitas terjaga, teori berselancar di era perubahan dengan melakukan reformasi tidak terganggu. Kalau mengatasi lawan berbentuk negara, yang diukur kepentingannya (akan diulas lain kali).
Sedikit catatan: Perang dagang antara AS vs China mulai reda. Melansir dari CNBC pada Senin (16/12/2019), pejabat AS dan China mengumumkan pada akhir pekan lalu bahwa AS dan China akhirnya menyetujui perjanjian fase satu setelah perang dagang selama 18 bulan.
Dari persepsi intelstrat, dan penilaian Geopolitik, begitu perang reda, maka AS akan fokus mengamati Indonesia, di mana niatnya sejak 2009 ingin Malaysia dan Indonesia menjadi mitranya.Â
Najib digergaji lengser karena terlalu pro China. Di sini pak Jokowi sebaiknya mengkalkulasi dengan pas. Tapi melihat beberapa langkah taktis yang smart, hal ini pasti sudah dihitung presiden dengan adviser yang hebat itu. Pray percaya.
Nah, kini apakah Jokowi tokoh ideal Pray? Sebagai pimnas, jelas 100 persen, tetapi yang dikerjakan dan dinilai bagus baru urusan dalam negeri.
Tidak apa-apa amburadul pejabat-pejabat seperti kasus Dirut Garuda yang main nyemen-nyemen itu sudah mulai ditangani. Gebrakan Erick Thohir bagus sebagai random, berani melakukan reformasi, dengan risiko menghadapi jegger-jegger yang tergusur. Saran, mohon perhatikan pam dalam fungsi intelijen.