Menteri akan dicopot kapanpun apabila dia ketahuan korupsi ataupun ada stafnya yang korupsi. Ini masalah fatal dan mematikan karier, siapapun dia.
Soal visi dan misi, kalau sang menteri semaunya sendiri, tidak ikut alur ysng ditetapkan pimpinan nasional bisa terancam jabatannya. Menurut penulis, pejabat yang berasal dari TNI dan Polri harus hati-hati, bisa-bisa karena pangkatnya tinggi, walau purn, bisa tanpa terasa memandang enteng presiden, saat berada di wilayah kekuasaannya.
Bagi pejabat yang lelet, tidak produktif, monoton, malas turun ke lapangan, hasil tidak nyata, ya siap-siap dicopot. Presiden Jokowi, menurut Pray, akan melakukan penilaian tiap tiga bulan, karena situasi dan kondisi perkembangan dunia sangat dinamis, kurang baik saat ini, terutama menghadapi ancaman resesi ekonomi.
Presiden paham, ke depan akan terjadi perebutan ruang hidup di dunia. Mereka mengincar Indonesia sebagai gadis cantik untuk dikuasai atau paling tidak di bawah pengaruhnya. Karena itu masalah integritas, kapabilitas dan kompetensi pejabat akan terus dimonitor presiden.
Presiden mengambil langkah berani, menempatkan beberapa tokoh yang relatif muda sebagai Menteri. Ada pandangan sinis, mereka belum berpengalaman di birokrasi. Justru Pray menilai ini tantangan bagi yang muda untuk membuktikan mereka bisa.
Meneg BUMN Erick Tohir mulai melakukan reformasi, berani mengganti pejabat lama, membentuk kekuatan agar mesin perusahaan negara bekerja lebih efektif. Mendikbud Nadiem juga melakukan inovasi, walau hambatan pasti ada, kita percaya akan ada gebrakan dan jalan keluar dari kebodohan.
Selain itu, presiden mengangkat staf khusus milenial. Arah presiden jelas, kita harus berani memanfaatkan para pemikir muda yang terdidik menyongsong persaingan tingkat dunia. Mereka sudah di era G-5 kalau kita masih di G-3 ya jelas akan terseok-seok.
Nah, yang fatal lainnya dalam beberapa bulan mendatang, apabila pejabat tidak memahami falsafah itu, kemudian menjadi ceroboh, tidak loyal bisa saja dicopot.Â
Umumnya mereka yang sudah senior, sudah di usia senja, kemudian bak lalat, teman-teman lama, pendukung di parpol, keluarga ikutan ngatur-ngatur. Maka siap-siap puting beliung akan mengangkatnya dari rumah jabatan, bablas bersama koper2nya. Orang Jawa bilang "kintir", kira-kira begitu.
Bagi mereka yang merasa super, merasa lebih hebat dari pak Jokowi, bisa saja tanpa disadari arogansinya, cepat atau lambat bisa keluar. Terlebih lagi apabila di LN dia merasa dihormati dan disanjung. Umumnya orang akan lupa bahwa jabatan itu seperti memakai baju, mudah dipakaikan tapi juga mudah dilepas. Baju itu dipakaikan oleh dan bisa dilepas juga oleh hak prerogatif presiden, bukan oleh siapa-siapa.
Jangan sekali-sekali mencoba menjatuhkan nama presiden. Jangan ambil keputusan prinsip yang bisa berdampak besar dan merugikan negara tanpa lapor presiden. Jangan keminter, merasa paling pintar dan jangan mendahului pimpinan nasional.