Pada term kedua ini, Presiden Jokowi akan membuktikan bahwa dalam memimpin Indonesia dirinya akan lebih tegas.
Pada term pertama, yang menjadi masalah adalah lemahnya koordinasi antar-pejabat dan berbelitnya birokrasi; tidak lancarnya ngurus perizinan usaha, serta kurang efektif dan efisiennya cara kerja kabinet.
Dalam menyusun Kabinet Indonesia Maju, Presiden memilih menterinya dengan orientasi sebagai problem solver, pengabdi agar Indonesia bisa lebih maju. Mampu meningkatkan kinerja kementerian yang dipimpinnya dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman, di mana ruang pembatas lenyap sebagai dampak kemajuan teknologi dan komunikasi internet.
Teknologi terus berkembang semakin maju bahkan kini memasuki generasi ke lima (G-5). Pejabat harus paham dan menyesuaikan ke era digital, bukan orang terkenal dan top, tapi gaptek.
Falsafah dan Fokus Presiden
Presiden Jokowi berasal dari Jawa. Umumnya, suku Jawa itu mempunyai falsafah sebagai pegangan hidup. Nah, dalam sebuah wawancara, saat presenter Retno Pinasti menanyakan apa pegangan hidup Pak Jokowi disebutkan ada tiga yaitu:
"Lamun Siro Sekti Ojo Mateni. (Meskipun kamu sakti atau kuat, jangan suka menjatuhkan), Lamun Siro banter, Ojo Ndhisiki. (Meskipun Kamu Cepat Jangan Suka Mendahului)
Lamun Siro Pinter, Ojo Minteri" (Meskipun Kamu Pandai Jangan Sok Pintar) itu aja," ungkap Jokowi.
Selain falsafah yang demikian penting, Presiden Jokowi juga memberikan penekanan untuk para menterinya.
Inti stresing adalah jangan korupsi, ciptakan sistem yang menutup celah terjadinya korupsi. Tidak ada visi menteri, tetapi yang ada adalah visi misi presiden dan wakil presiden. Para pembantu beserta jajaran agar bekerja cepat, keras, dan produktif.
Jangan terjebak rutinitas yang monoton, bekerja harus berorientasi pada hasil nyata. Selalu cek masalah di lapangan dan temukan solusinya. Semua harus serius dalam bekerja.
Presiden Jokowi menegaskan dan memastikan bagi para pembantunya yang tidak bersungguh-sungguh, tidak serius, bisa di copot di tengah jalan, itulah janjinya. Pray percaya ini kata orang Jawa, Sabdo Pandito Ratu.
Siapa Berpeluang Dicopot?
Sebenarnya kalau ditanya siapa yang berpeluang dicopot, ukuran utamanya apakah mereka tidak melaksanakan/melanggar perintah presiden.