Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2009, Partai Gerindra berhasil meraih 26 kursi (4.64%) di DPR RI, mendapat 4.646.406 suara (4,5%) nasional.
Pada pemilu 2014, Gerindra makin menguat, menjadi partai politik ketiga terbesar di Indonesia, mampu meraih 73 kursi di DPR, dengan perolehan 14.760.371 suara (11,81%).
Kiprah politik Prabowo makin moncer setelah menjadi Cawapresnya Ibu Megawati pada pilpres 2009, walau kalah dari paslon SBY-Budiono. Pada pilpres 2014 Paslon Prabowo-Hatta kalah dari paslon Jokowi-JK.
Tetapi perolehan Gerindra besutan Prabowo ini sangat sukses, yang hanya dalam enam tahun berhasil menduduki peringkat ketiga dibawah parpol senior PDIP dan Golkar. Hal ini merupakan prestasi tersendiri dan patut diacungi jempol. Sebagai patron ada sisi Prabowo yang masih laku dijual ke publik.
Sikon Pilpres 2019 dan Isu Kisruh
Pada pilpres 2019, Prabowo bersama Sandiaga Uno maju sebagai paslon 02 melawan paslon 01 (Jokowi-Ma'ruf). Prabowo berhasil mementahkan kemauan keras PKS dan juga PAN, koalisi utamanya dalam menentukan cawapres. Paslon 02 adalah komposisi tunggal Gerindra, ini bukti dominasi dan strategi Prabowo dalam koalisinya.
Dalam proses pilpres, team sukses Prabowo memilih alternatif menyerang citra Jokowi sebagai petahana pada sisi identitas, kapasitas, kapabilitas dan integritas.
Disamping itu team suksesnya memiliki kemampuan menarik simpati umat Islam melalui strategi solidaritas serta pandangan Islam dari jalur keras, merangsang fanatisme dan militansi kemurnian syariat.
Ditinjau dari kategori Islam di Indonesia, selain Islam tradisional dan modern, muncul Islam Sempalan, yang terdiri dari Islam Fundamentalis, Radikal (kearah Liberal) dan Islam Teroris. (Al Chaidar).
Kelompok Islam Radikal yang ikut mendukung Prabowo diketahui dari ciri-cirinya, memiliki kesadaran politik, pragmatis, kontekstual, dan orientasi kekuasaan, Jihad-Khilafah-Imamah-Baiat.