Ini terbaca jelas dari dukungan Rizieq Shihab, pendiri Front Pembela Islam yang alumnus LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab), yang berada di bawah naungan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyadh serta alumnus lainnya, Ja'far Umar Thalib, pendiri Laskar Jihad, Ahmad Heryawan, mantan gubernur Jawa Barat, dan Ulil Abshar Abdalla, pendiri Jaringan Islam Liberal juga alumnus LIPIA, tetapi diketahui tidak ikut mendukung.
Para tokoh radikal terutama yang terkonsentrasi di Pulau Jawa diantaranya adalah, Muhammad al Khaththath (Forum Umat Islam), Salim Badjri (Forum Ukhuwah Islamiyah Cirebon), Jafar Umar Thalib (Laskar Jihad), Chep Hernawan (Gerakan Reformasi Islam Cianjur).
Termasuk yang menonjol juga, Amien Rais (UGM) yang adalah kader Dewan Dakwan Islamiyah Indonesia (DDII) bentukan dari Masyumi 1967, disamping itu juga terjadi pembinaan di tujuh Universitas lainnya.
Gelombang pengaruh politik yang memanfaatkan pengaruh agama Islam Sempalan demikian terasa, dan lebih jauh lagi menarik dengan tiupan ideologi khas Khilafah, Â jelas pengaruhnya meluas dan banyak dipercaya, mengingat motivatornya sangat mahir.
Selain itu diketahui adanya penyusupan dari Hizbut Tahrir yang sudah dilarang, Â di mana agenda utamanya adalah mewujudkan proyek kekhalifahan dunia. Metode perjuangannya tiga tahap (kaderisasi, sosialisasi, dan merebut kekuasaan). Pusat jaringan kemungkinan berada di The West Bank dan kini dikendalikan oleh Abu Rashta.
Pada Tahun 2019 ini, Pilpres dan pileg diatur oleh KPU dan diawasi oleh Bawaslu. Tahun ini sangat berat, karena disatukannya pilpres, pileg pusat dan daerah juga DPD. Dari hasil penghitunga manual KPU terlihat bahwa paslon 01 kini terlihat makin berpeluang menang dari paslon 02, setelah hitung manual KPU mencapai 70%.
Greget saat ini adanya seruan dari Amien Rais dan Rizieq Shihab akan menggerakkan people power. Belum lagi beredar ancaman demo keras, menduduki KPU, nekat yang membuat deg-degan serta rasa takut masyarakat. Aparat keamanan mulai mengantisipasi akan menerapkan sangkaan makar.
Peristiwa saat ini mirip saat pilkada DKI 2012, ada yang berfikir akan menduduki dan saat itu akan membubarkan DPR terinspirasi jatuhnya Pak Harto. Tapi setelah beberapa tokoh diciduk Polri, dengan sangkaan "makar", saat itu  langsung gembos. Kini bau dari protes terbaca jusru akan menjatuhkan pemerintah. Apabila terbukti maka Polri akan menerapkan pasal makar.
Bagaimana saat pengumuman hasil pilpres pada 22 Mei 2019?. Aparat keamanan, Polri, TNI/Bais, BIN sudah memantau setiap kemungkinan letupan rasa tidak puas pendukung 02, yang ujarannya keras seperti mau perang atau bahkan revolusi.
Densus beberapa waktu lalu berhasil menangkap kelompok teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah di Bekasi dan Lampung. Ada yang ditangkap dan ada yang ditembak mati karena melawan.