Pada tahun 1998, prioritas kebijakan utama pemerintah Indonesia lebih difokuskan kepada masalah domestik: "mengkonsolidasikan transisi demokrasi dalam sistem politik, mengelola tantangan keamanan internal yang kompleks, dan mendorong transformasi ekonomi melalui industrialisasi dan urbanisasi".Â
Sementara negara lainnya melakukan peran aktif dalam beragam proses ASEAN di Asia Tenggara. Indonesia dinilai belum menyatakan diri sebagai pemimpin di kawasan Asia untuk tataran yang lebih luas.
Ketika lembaga demokrasi melakukan konsolidasi, negara semakin mendapatkan kapasitas untuk lebih aktif terlibat dalam inisiatif regionalisme. Pertumbuhan yang konsisten dan berkecepatan tinggi menjanjikan untuk menjadikan Indonesia mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia.
Pada saat yang sama, gagasan tentang siapa dan apa yang membentuk Asia sedang berubah, dengan model "Asia-Pasifik" yang lebih tua memberi jalan kepada konsep 'Indo-Pasifik' yang diperluas secara geografis.
Mengingat posisi strategisnya berada di titik tumpu Pasifik dan Samudera Hindia, 'pergeseran Indo-Pasifik' ini memberi arti bahwa Indonesia harus siap menjadi sebuah kekuatan regional yang signifikan.Â
Bagaimana Indonesia menjalankan peran ini, jelas  akan memiliki dampak yang berkesinambungan terhadap arsitektur ekonomi, keamanan dan diplomatik di kawasan ini.
Diplomasi pertahanan Menhan Ryamizard ke AS
Dari perkembangan pergeseran geopolitik Asia Pasifik kepada konsep Indo Pasifik yang digagas oleh AS, maka Indonesia dari sisi posisi geografis dinilai menjadi negara sentral kawasan regional yang sangat diperhitungkan oleh negara-negara di sekitarnya.Â
AS dengan cepat membaca kebutuhan Indonesia menjadi mitra dalam persaingannya  dengan China (Tiongkok), AS tidak suka dengan ulah China yang semakin reaktif dan ganas dalam menguasai kawasan Laut China Selatan.
Pada era pemerintahan Presiden Obama tahun 2009 saat menggeser kepentingan AS dalam konsep Rebalancing, Obama menyatakan membutuhkan Malaysia dan Indonesia sebagai mitra, di samping AS sudah memiliki beberapa negara sekutu di kawasan Asia Tenggara.Â
Malaysia menolak karena PM Najib lebih dekat ke China, akhirnya pada pemilu 2018 lalu Najib jatuh karena kasus korupsinya dibongkar oleh FBI dan US Department of Justice.Â
Najib dikalahkan oleh DR Mahathir Mohamad dan bahkan kini ditahan. Selama ini diakui ataupun tidak, ada hambatan dalam pelaksanaan hubungan bilateral Indonesia-AS dalam arti lemahnya pembangunan kepercayaan yang lebih mendalam.