Mohon tunggu...
Praviravara Jayawardhana
Praviravara Jayawardhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang praktisi Dharma

Semoga seluruh alam semesta berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiada Pertolongan Selain Welas Asih

24 Februari 2018   14:38 Diperbarui: 24 Februari 2018   14:49 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, jika kita menghindari pembunuhan makhluk lain karena kita mengasihi semua bentuk kehidupan, kita akan mengalami akibat dari perbuatan bajik karena meninggalkan pembunuhan. Hasil ini termasuk dilahirkan di alam yang lebih tinggi dan mempunyai umur yang panjang. Demikian juga, ketika sikap mengutamakan orang lain menggerakkan kita untuk mempraktikkan kebajikan seperti kemurahan hati dan tidak mencuri, tindakan- tindakan ini akan membawa kekayaan yang luar biasa dan hasil yang menyenangkan lainnya di masa depan.

Shantidewa lebih lanjut bahkan menegur kita dengan cukup tajam, "Mengapa terus berpanjang lebar? Cukup hanya dengan mempertimbangkan perbedaan ini saja: si dungu mengejar kepentingan mereka sendiri; sang bijaksana bertindak untuk kepentingan yang lain!"

Kita sudah terlalu lama berpegang teguh pada sikap yang mementingkan diri sendiri dan berupaya keras secara terus-menerus sejak samsara tak berawal dengan dipacu oleh satu pemikiran ini bahwa, "Aku harus menemukan kebahagiaan untuk diriku sendiri." Namun, tanpa kita sadari, kita telah GAGAL TOTAL mencapai bahkan bagian terkecil pun dari kepentingan- kepentingan kita. Tidak hanya kita gagal memperoleh cara yang bisa menjaga kita supaya tidak terlahir di alam-alam rendah, tetapi kita masih menemukan diri kita berada dalam kondisi merana karena harus menanggung tiada yang lain selain penderitaan.

Welas Asih Agung: Sumber Segala Pertolongan

Apa artinya memikirkan kebahagiaan makhluk lain? Artinya adalah welas asih agung yang tanpa batas. Di dalam teks Delapan Bait Latihan Batin, seorang cendekiawan ulung, Guru Langri Tangba berdoa bahwa, "Semoga aku selalu mengutamakan semua makhluk, yang lebih berharga daripada sebuah permata pengabul harapan, dengan melihat bahwa mereka membantuku memperoleh tujuan tertinggi."

Tidak ada pertolongan lain bagi kita selain welas asih. Adalah sepenuhnya tepat dan satu-satunya pertolongan bagi kita untuk mengembangkan batin yang mementingkan makhluk lain apabila kita berharap untuk cepat melewati masa-masa tidak nyaman dengan baik.

Kita seyogyanya berdoa sebagai berikut, "Berkatilah aku untuk mengenali bahwa penyakit kronis mementingkan diri sendiri adalah sumber dari penderitaan yang tidak diinginkan..."

Welas asih adalah satu-satunya jalan untuk mencapai pencerahan sempurna. Kecuali jika kita tidak memiliki niat untuk mencapai Kebuddhaan, maka kita semua harus menjadikan welas asih sebagai praktik yang paling utama.

Bahkan Yang Mulia Atia (abad ke-10 Masehi) tidak merasa puas meskipun sudah menguasai semua aspek Dharma. Dengan risiko mengalami kesukaran yang hebat, beliau mengarungi lautan selama tiga belas bulan untuk mencari ilmu welas asih yang sangat berharga ini. Setelah bertemu Guru Suvarnadwpa dari Kerajaan Sriwijaya, dan kemudian dari beliaulah Sang Guru agung menerima instruksi lengkap untuk melatih batin pencerahan yang intinya adalah praktik welas asih agung. Yang Mulia Atia kemudian menjadikan instruksi-instruksi ini sebagai praktiknya yang paling utama dan meletakkan posisi guru yang mengajarkannya pada tingkatan tertinggi dari semua gurunya yang lain.

Dengan welas asih yang mengabaikan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan kebahagiaan orang lain, kita akan bisa menghimpun kebajikan dengan sangat cepat dan ekstensif, sebagaimana dikatakan oleh Shantidewa, "Semua bentuk lain kebajikan, seperti pisang raja, akan mati setelah berbuah. Tetapi pohon batin pencerahan (welas asih agung) tumbuh subur; Dan menghasilkan buah terus-menerus dan tidak akan mati."

Lebih jauh, Shantidewa juga mengatakan bahwa, "Sejak seseorang menganut batin yang berusaha membebaskan lingkaran makhluk hidup yang tak berujung dengan kebulatan tekad yang tak tergoyahkan; Maka sejak saat itu pula, bahkan pada saat tidur sekalipun atau dalam kondisi tanpa perhatian, seseorang akan mendapatkan banyak arus kebajikan yang mengalir terus-menerus yang seluas angkasa."

Karena pada dasarnya memang benar bahwa seseorang yang merenungkan untuk menghilangkan rasa sakit kepala beberapa makhluk pun dikatakan telah mengembangkan keadaan batin yang bajik yang terberkahi dengan kebajikan tak terbatas. Tentu saja bagi seseorang yang berkeinginan untuk menghilangkan kesakitan tiada akhir setiap makhluk dan membawa kebajikan tak terukur bagi setiap makhluk tersebut akan memiliki kebajikan yang bahkan jauh lebih unggul lagi.

Dunia memang menghormati pelaku kebajikan misalnya seseorang yang mempersembahkan makanan kepada beberapa orang. Walaupun itu hanyalah pemberian sementara berupa makanan belaka yang bahkan mungkin dilakukan dengan tidak sopan, dan hanya memuaskan selama setengah hari saja. Tentu saja dengan logika yang sama kita bisa memahami bahwa apabila kita memberikan segala hal yan tak terbatas kepada jumlah makhluk yang tak terhingga  dan dengan sepenuhnya memenuhi harapan setiap makhluk tentu memiliki kebajikan yang berlipat-lipat lebih unggul daripada tindakan yang pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun