Mohon tunggu...
Praviravara Jayawardhana
Praviravara Jayawardhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang praktisi Dharma

Semoga seluruh alam semesta berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiada Pertolongan Selain Welas Asih

24 Februari 2018   14:38 Diperbarui: 24 Februari 2018   14:49 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batin yang mementingkan diri sendiri ini juga bertanggung jawab untuk semua jenis ketakutan yang kita hadapi, seperti takut dilukai oleh seorang musuh, takut ajaran agama kita dikalahkan oleh agama yang lain, menderita karena kehilangan sesuatu, menjadi sasaran perkara peradilan, dan dihukum oleh aparat berwenang.

Batin yang seperti ini bertanggung jawab untuk semua kesulitan ini karena batin ini menuntun kita melakukan perilaku-perilaku yang tidak bajik seperti tidak makan sesuai porsinya; mencegah kita melepaskan kemelekatan kita terhadap tiga hal duniawi yang mencakup makanan, pakaian, dan reputasi; dan membuat kita tidak bersedia memaklumi kondisi tidak menyenangkan apa pun yang kita temui.

Batin yang mementingkan diri sendiri bertanggung jawab terhadap masalah yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki posisi kedudukan tinggi, seperti para pemimpin negara maupun pemimpin daerah dan bahkan pemimpin agama. Batin ini bahkan menimbulkan perselisihan antar negara dan menyebabkan peperangan. Batin ini jugalah yang menimbulkan masalah pada tingkat lebih rendah, termasuk ketidaksepakatan di antara partai politik yang satu dengan yang lain, umat beragama yang satu dengan yang lain, di antara sesama anggota keluarga, dan bahkan di antara para pemuka agama yang bersahaja.

Semua penderitaan yang kita rasakan seperti menjadi korban dari pencuri dan perampok adalah disebabkan oleh batin yang mementingkan diri sendiri ini. Hal ini benar adanya bahkan untuk sesuatu yang sepele seperti seekor tikus yang masuk ke rumah kita dan mencuri makanan kita atau sekelompok semut yang merusak makanan kita di atas meja.

Jika kita harus mati akibat keracunan atau akibat memakan makanan yang tidak layak, bukanlah racun tersebut yang membunuh kita. Penyebab utamanya adalah batin yang mementingkan diri sendiri yang mendorong kita untuk memakan semua jenis makanan yang tidak layak. Oleh karena itu, batin yang mementingkan diri sendiri itulah yang membunuh kita. Jika kita difitnah telah mencuri sesuatu, ini juga merupakan akibat yang dibawa oleh perilaku kita yang melukai orang lain di masa lampau karena dorongan batin yang mementingkan diri sendiri.

Batin inilah yang membawa segala jenis hal buruk yang ada di dunia dan merupakan sumber semua perbuatan tidak bajik, dan berbuntut pada semua ketidaknyamanan yang kita alami saat ini!

Sikap Mementingkan Makhluk Lain: Sumber Segala Kebahagiaan

Namun, tidak satu pun kesulitan di atas ini akan muncul jika kita mengatasi sikap mementingkan diri sendiri dan mengatakan kepada musuh tak terlihat kita ini, "Tidak masalah bagiku. Lakukan apa pun yang Anda mau!"Membaca ini, kita menjadi teringat dengan ajaran dari sebuah agama yang mengajarkan untuk memberikan pipi kananmu jika pipi kirimu ditampar.

Guru-guru arif di zaman dahulu juga menyusun doa sebagai berikut "Berkahilah aku agar menyadari bahwa penyakit mematikan berupa sikap mementingkan diri sendiri adalah sumber penderitaan yang tak diinginkan"

Shantidewa di dalam maha karya beliau, Bodhisatwa-caryawatara, juga menulis bahwa. "Semua kesejahteraan yang ada di dunia ini, adalah berasal dari keinginan membahagiakan orang lain."

Oleh karena itu, perlu ditegaskan bahwa semua kualitas baik. seperti terlahir di alam yang lebih tinggi, memperoleh kekayaan materi, dan pengikut yang baik, hidup tenang tentram, rumah tidak dilanda gempa, harta tidak hilang dan sebagainya semuanya adalah justru berasal dari mengutamakan makhluk lain!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun