Sesi foto bersama Akademisi PLN dan Tim Kompasiana (Sumber foto: dokpri ©prattemm)
Humas (Hubungan Masyarakat) atau dikenal sebagai Public Relations/ Public Affairs, merupakan fungsi terdepan dari sebuah organisasi dalam memberikan informasi baik itu dari internal ke eksternal maupun sebaliknya. Humas bertanggung jawab atas membangun saling pengertian, menghindari persepsi yang salah serta meningkatkan citra positip organisasi di mata publik.
Definisi Humas menurut J.C.Seidel merupakan proses berkelanjutan dari usaha manajemen untuk memperoleh itikad baik dan pengertian dari internal pegawai, para pelanggan, masyarakat umumnya. Di internal dengan melakukan analisis serta perbaikan terhadap diri sendiri, ke eksternal dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.
Kualifikasi utama seorang humas antara lain wawasan luas, komunikatif, percaya diri, berpenamplian baik, ramah, supel, fleksibel, gaul, kemampuan berbahasa asing, mahir Menulis. Menurut Pete Codella profesi humas ditengah kondisi komunikasi yang terkadang "konfrontatif" ; membutuhkan orang-orang "pemersatu" (uniters), bukan "pemisah" (dividers). Di tengah era New Media saat ini ketrampilan menulis seorang humas harus sangat baik dimana sarana komunikasi bertukar informasi baik secara tradisional maupun digital. Kompleksitas saluran komunikasi digital dengan internet dan perangkat media sosial, menuntut humas sebagai komunikator yang kreatif dalam mengemas penyampaian pesan.
PT PLN (Persero) menyadari dinamika komunikasi publik saat ini dalam perbaikan kinerja internal korporasi, usaha memberikan layanan terbaik bagi para pelanggan serta membangun citra positip di mata khalayak umum. PT PLN (Persero) bersama Kompasiana mewujudkannya melalui pelatihan bertajuk Akademi Menulis Kompasiana PLN. Para pemagang Akademisi Menulis PLN yang berjumlah 20 orang yang telah terseleksi ketat dari seluruh jenjang karir PT PLN (Persero) ini , mendapatkan materi pelatihan selama dua hari 18-19 April 2016. Material pelatihan oleh jajaran Kompasiana, Kompas.com dan Kompasianer pakar media antara lain:
✏Pelatihan Jurnalisme: hard news dan feature oleh Pepih Nugraha (COO Kompasiana)
✏Blog Creation: Pengenalan dan pembuatan blog oleh Nurulloh (Content & Community Editor Kompasiana)
✏Blogging: Kiat Menulis cepat dan menarik oleh Iskandar 'Isjet' Zulkarnain (Ass Manager Kompasiana)
✏Media Sosial oleh Hilman Fajrian (Kompasianer dan Pakar Media Sosial)
✏Multimedia Content: Photo dan videoblogging oleh Fikria Hidayat (Redaktur Konten Multimedia Kompas.com)
Kemudian selama 20-23 April para pemagang melakukan praktek baik offline maupun online, dengan kegiatan menulis artikel reportase, feature, foto dan video. Praktek ini dibimbing oleh Tim Kompasiana, Kompas.com dan Kompasianer pakar/praktisi media seperti Hilman Fajrian dan Gaper "GapeySandy" Fadli .
Akhirnya pada 25 April 2016 bertempat di Usdiklat PT PLN (Persero) Slipi Jakarta Barat yang dikenal juga dengan nama PLN Corporate University ini, dilakukan penjurian Akademi Menulis Kompasiana PLN disaksikan oleh 30 undangan Kompasianer terpilih. Para Akademisi PLN yang juga Kompasianer pendatang baru ini, akan melakukan presentasi mengenai kegiatan dan hasil karya tulis blog, foto dan video. Sementara 30 Kompasianer akan melakukan laporan kegiatan melalui live-tweet serta memberikan tanggapan presentasi berupa pertanyaan, saran, kritik, serta ide dan gagasan.
Datang paling pertama langsung disambut hangat oleh Tim Usdiklat/PLN Corporate University. Belum terlihat Tim Kompasiana dan Kompas.com, maka diperkenankan untuk menunggu di Executive Lounge. Terlihat tagline PLN Bersih. No Suap! No Korupsi! No Gratifikasi! kami bersih anda bersih Kita bersih. Dalam hati berujar:"Lanjutkan". Upaya nyata PLN yang patut diapresiasi karena terus menerus dipraktekkan secara internal korporasi dan dalam memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.
Setelah lima belas menit kemudian oleh Ridho Utomo dipersilahkan masuk ke ruang tempat pembukaan acara untuk mencicipi snack pagi. Tak berselang lama mulai berdatangan Tim Kompasiana dan Kompas.com , beberapa Kompasianer dan Akademisi PLN. Sempat ngobrol dengan beberapa Akademisi seperti Soelistiyoadi Nikolaus dan Bayu Aswenda. Ada pertanyaan menarik dan menggelitik dari Bayu Aswenda dan dua Akademisi, katanya kalo menulis di Kompasiana ada bonusnya ya?
Acara pembukaan dimulai tepat waktu dengan dipandu oleh Widha Karina, yang menjelaskan prosesi kegiatan Akademi Menulis Kompasiana PLN. Dalam sambutan pembukanya Wisnu Satrijono (GM Pusdiklat PT PLN (Persero)) menyatakan selama ini PLN lebih berfokus pada masalah teknis untuk peningkatan layanan pelanggan, namun citra positip korporasi kurang terbangun akibat komunikasi publik yang tidak terbangun secara aktif. Wisnu juga menginginkan tak hanya bagian humas saja yang pro aktip membangun citra PLN ke yang lebih baik, namun juga seluruh pegawai PLN dapat menjadi duta humas PLN yang sesungguhnya melalui kinerja yang baik di unit tempat berkarya. Di era New Media yang digital ini dapat aktif menyampaikan melalui tulisan, foto, video yang berisikan informasi yang berimbang mengenai dinamika PLN pada berbagai macam platform media sosial, khususnya di Kompasiana dengan keanggotaan hampir 320 ribu orang dan segmentasi jutaan pembaca.
Sementara Pepih Nugraha (COO Kompasiana) mengatakan pelatihan Akademi Menulis ini menggunakan teknik bercerita (story-telling), dimana tulisan yang memiliki ruh tentunya akan dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Tulisan akan menarik di media sosial dengan tambahan konten menarik seperti foto dan video. Dalam pelatihan pun para Akademisi PLN selalu disemangati bahwa tidak ada terlalu tua untuk belajar internet dan media sosial. Hal ini tentu melihat para Akademisi PLN ada yang jarang dan bahkan belum bersentuhan dengan media sosial.
Ridho Utomo (Manajer Udiklat Palembang PT PLN) menegaskan bahwa PT PLN (Persero) ingin menjadi pionir pelatihan kehumasan korporasi seperti yang dilakukan dengan berpartner dengan Kompasiana sebagai bagian dari Kompas.com. Para Akademisi PLN akan melakukan presentasi selama 10 menit dan menanggapi pertanyaan dewan juri serta Kompasianer sekama 40 menit. Proses penjurian akan dilakukan di tiga ruang yang berbeda dan masing-masing ruangan akan dihadiri oleh 10 Kompasianer undangan.
Ruang Diponegoro dengan Tim Penguji Wisnu Satrijono (GM Pusdiklat- PT PLN (Persero) ), Pepih Nugraha (COO Kompasiana), Adhyatmika (Videografer Kompas.com), menghadirkan peserta Akademisi PLN sebagai berikut:
✏ Muhammad Taufiq (PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan Sektor Pembangkitan Keramasan )
✏ Rakhmadsyah (PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara)
✏ Soelistiyoadi Nikolaus (PLN Nusa Tenggara Timur )
✏ Emmeilia Tobing (PLN Sumatera Barat )
✏ Grahita Muhammad (PLN Pembangkitan Tanjung Jati B Jepara Jateng )
Kompasianer yang hadir adalah Evelyne Angelyne, Riap Windu, Andri Mastiyanto, Ignasia Kijm, Topik Irawan, Anjar Setyoko, Indra Furwita, Tamita Wibisono.
Ruang Teuku Umar dengan Tim Penguji I Made Suprateka (Kepala Satuan Komunikasi -PT PLN (Persero) ), Iskandar 'Isjet' Zulkarnain (Assistant Manager Kompasiana), Getar Jagatraya (Scriptwriter Kompas.com ), menghadirkan peserta Akademisi PLN sebagai berikut:
✏ Rosmalina (PLN Sumatera Selatan )
✏ Bayu Aswenda (PLN Kalselteng)
✏ Mustafrizal (PLN Sumatera Utara)
✏ Asep Irman (PLN Unit Induk Pembangkit VI )
✏ Suargina (PLN Jawa Barat)
Kompasianer yang hadir adalah M. Firmansyah, E.Kumalasari, Muthia Erlisa Karamoy, Rahayu Damanik, Eva Butar Butar, Tina Purbo, Ahyar Rosyidi
Ruang Imam Bonjol dengan Tim Penguji Okto Rinakdi (Kepala Divisi Talenta - PT PLN (Persero) ), Nurulloh (Content & Community Editor Kompasiana), Roderick Adrian Mozes (Fotografer Kompas.com), Ridho Hutomo (Manager Udiklat Palembang PT PLN (Persero), pengganti sementara saat Okto Rinaldi masih pertemuan dengan Dewan Direksi PLN ), menghadirkan peserta Akademisi PLN sebagai berikut:
✏ Mohammad Qohar (PLN Distribusi Jakarta Raya/ Disjaya)
✏ Sumber Arustie Utami (PLN Transmisi Jawa-Bali Bagian Barat )
✏ Agus Yuswanta (PLN Bangka Belitung )
✏ Mohammad Arief Fatchiudin (PLN Jasa Sertifikasi )
Kompasianer yang hadir adalah Uci Junaedi, Rika Fitri, Novita Maria Gassner, Haendy Busman, Charles Emanuel, Majawati Oen, Syifa Annisa, Setyaningrum, Rushans Novaly, E.Pratomo.
Mohammad Qohar yang berasal dari Humas PLN Disjaya menjadi Akademisi PLN membuka checkpoint presentasi pertama di Ruang Imam Bonjol, dengan Nindya Prismahita sebagai pemandu kegiatan presentasi dan tanya jawab. Dengan latar pendidikan akuntansi M.Qohar bertugas pada bagian keuangan PLN. Aktivitas monoton berkutat angka dan komputer di belakang meja menjadikan keinginan kuat untuk dapat berkarya di berbagai bidang penugasan lain. Manajemen PLN yang sangat mendukung keinginannya tersebut, memberikan kesempatan pendidikan kehumasan dan menempatkan pada bidang kehumasan selama satu tahun terakhir.
Proses pembelajaran di Kompasiana agak membuat keraguan M.Qohar karena tidak pernah belajar menulis. Belajar membuat konten penulisan, foto dan video dengan alur konsep 5W 1H (what, who, when, where, why, how), sehingga memudahkan pengumpulan informasi dan menganalisis permasalahan. Ternyata disadari bahwa humas itu haruslah 'kepo' menurut ilmu yang dipelajarinya.
Pada salah satu karyanya M.Qohar awalnya tertarik pada keberadaan salah satu salon misterius di Pasar Palmerah, namun urung merekam gambar video karena ketidaknyamanan dari pemilik. Maka Teras Bank BRI di Pasar Palmerah dengan produk Simpedes yang berada di wilayah perkotaan yang menjadi titik perhatian, karena penasaran kenapa produk pedesaan menyasar nasabah perkotaan.
Ridho Hutomo memberikan tanggapan materi M.Qohar yang kurang tervisualisasi. Namun sangat apresiasi proses pembelajaran yang gigih dan nilai plus berupa senyuman (smile) yang baik. M.Qohar mengakui lebih menyukai penulisan artikel liburan dan wisata. Menanggapi pertanyaan Roderick Mozes kesulitan dalam pembuatan foto dan video, M.Qohar mengakui secara teori mengerti namun baru dapat memperbaiki kekurangannya setelah melihat hasilnya.
Mengenai peruntukan sosial media dalam menulis seperti ditanyakan oleh Nurulloh, dijelaskan oleh M.Qohar bahwa menulis dalam platform Kompasiana tentunya akan menulis dalam kapasitas pribadi maupun korporasi. Untuk akun pribadi media sosial lainnya hanya membawa opini pribadi.
Menanggapi pertanyaan beberapa Kompasianer, M.Qohar mengatakan bahwa tujuan belajar di Kompasiana karena melihat orang lain bisa lalu kenapa says tidak bisa. Penulisan Program PLN 35.000 Watt akan ditulis berbagai kendala yang dihadapi dan keuntungan yang akan dinikmati masyarakat. "The Power of Kepepet" sering menjadikan saat saat terakhir M.Qohar baru mampu membuat tulisan dalam 15 menit , meski dinilai kurang baik oleh para mentor. Tulisan yang menarik adalah judulnya yang menggelitik sehingga mampu menarik keinginan pembaca untuk melihatnya. Tagline PLN Bersih akan dikampanyekan dengan inspirasi pengalaman pembelajaran langsung dari mantan juru bicara KPK Johan Budi. Pelatihan bersama Kompasiana melahirkan psy-war di keluarga terutama istri yang selalu memindahkan data perangkat ponsel pintar M.Qohar ke perangkatnya.
Checkpoint kedua dengan presentasi akademisi Sumber Arustie Utami yang akrab dipanggil Dhini Utami yang bertugas di kehumasan PLN Transmisi Jawa Bagian Barat. Tulisan yang menarik antara lain banyak masyarakat belum menyadari keuntungan proyek listrik 35000 Watt, isu kesehatan dalam kehidupan dibawah SUTET, peruntukan lahan di bawah jaringan bertegangan tinggi yang masih dapat dipakai sebagai lahan pertanian. Tulisan tentang konsistensi pekerja PLN yang bertugas melakukan recovery gardu induk listrik yang terbakar, tanpa memikirkan keadaan keluarga yang ditinggalkan sementara. Dhini Utami merasa masih perlu belajar ngeblog dengan masih perlu beradaptasi dengan bahasa yang populer dan bahasa yang mengalir.
Tanggapan pertanyaan Nurulloh mengenai komplain masyarakat tentang gangguan listrik, dijelaskan mengenai skala prioritas pengaturan arus lalu lintas pemadaman listrik. Pemberian Informasi pembangunan transmisi PLN merupakan proyek negara , sementara PLN hanya sebagai operator pengelola aset negara.
Media sosial sangat membantu PLN dalam berkomunkasi dengan masyarakat, Sementara dalam berkomunikasi dengan media massa biasanya melakukan diskusi media (press conference) langsung di lapangan untuk memantau langsung perkembangan terkini.
Okto Rinaldi mengakui persepsi masyarakat terhadap PLN sangat buruk. Pengaduan masyrakat misalnya pemadaman listrik selalu pertama yang dituju adalah justru beberapa radio dan surat kabar, bukannya pengaduan ke PLN 123. Hal inilah yang menyebabkan perlunya positioning yang lebih baik bagi PLN. Menanggapi hal ini Dhini Utami mengatakan bahwa dirinya di bagian transmisi hanya menyediakan data, sementara pengolahan informasi data dilakukan pada unit distribusi. Program pemberdayaan humas terus dilakukan untuk dapat berkomunikasi dengan lebih baik kepada masyarakat luas.
Checkpoint presentasi ketiga dibawakan oleh Agus Yuswanta yang bertugas di kehumasan PLN Bangka Belitung. Agus Yuswanta menuliskan artikel opini dalam 60 menit, foto esai dalam waktu 60 menit dan video berdurasi 5 menit. Dalam artikelnya Agus menyadari masih banyaknya sentimen negatif di media massa terhadap citra PLN.
Menurut Nurulloh terlihat masih ada kesulitan dalam diri Agus Yuswanta dalam penulisan artikel opini , apakah opini tersebut mewakili pribadi atau mewakili korporasi. Ditanya pengaplikasian karya dengan ruang lingkup kerja saat ini, Agus Yuswanta menyatakan penyampaian pesan yang selama ini disampaikan melalui media massa mainstream, akan dikombinasikan melalui media sosial. Humas itu harus bisa menulis karena harus menyampaikan informasi perusahaan kepada khalayak umum. Saat ini media sosial sangat penting dalam ruang lingkup kerja karena sangat berpengaruh pada nilai kinerja perusahaan. Akun pribadi di media sosial akan digunakan untuk beropini.
Checkpoint presentasi keempat sebagai penutup menghadirkan Mohammad Arief Fatchiudin yang bertugas sebagai Supervisor Pemasaran di PLN Jasa Sertifikasi. Penulisan artikel feature news dibuat dengan pendekatan faktual. Penulisan opini mengenai Dualisme Akreditasi dan Ketenagalistrikan ini mampu mencerahkan dengan adanya solusi. Sertifikasi merupakan regulator aturan perundang-undangan, tak hanya instalasi namun juga semua peralatannya. Standarisasi ini tentu saja untuk menghindari hal buruk penggunaannya pada instalasi listrik para pelanggan.
Sementara Kreativitas pembuatan video dari hasil beberapa hasil foto jepretan di ponsel karena keterbatasan waktu dan ilmu teknik pembuatannya, membuat video masih kurang hidup dengan informasi yang minim.
Menurut Arief Fatchiudin tantangan dan peluang bersosial media haruslah fokus karena mengharuskan investasi waktu. Diharapkan semua pegawai PLN lintas unit tugas dapat menjadi duta kehumasan untuk membangun citra perusahaan yang baik untuk kedepannya.
Akhirnya terpilih peserta terbaik Akademisi PLN adalah Emmeilia Tobing yang berasal dari PLN Sumatera Barat. Selain juga pengumuman pemenang live-tweet dan penanya terbaik para Kompasianer per ruangan, diumumkan juga para pemenang blog-competition PLN: Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik .
Habis Gelap Terbitlah Terang.
Dari Akademi Menulis Kompasiana PLN, menuju komunikasi publik terdepan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H