Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

"Flash Sale" yang Semakin Memuakkan

28 Februari 2018   20:25 Diperbarui: 1 Maret 2018   20:29 9263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sial," pikir saya kemarin. Untuk kedua kalinya saya gagal dalam flash sale.

Kemudian dalam rasa super kesal yang tertahan itu saya ingat beberapa waktu sebelumnya saya menonton sebuah review ponsel Xiaomi ini dari seorang Youtuber. Pada awal video dia bilang "Ponsel ini akan dijual dengan cara flash sale. Hih, flash sale," ujarnya dengan mimik muka yang saya ingat betul betapa ia sangat muak dengan flash sale ini. Dan saya tengah merasakannya.

***

Teknik jualan seperti ini memang cukup menarik dan seringkali digunakan untuk "memainkan" emosi calon pembeli. Jumlah barang yang didistribusikan dengan terbatas membuat mereka semakin penasaran sehingga demand barang akan meroket.

Kondisi inilah yang kemudian bisa dimanfaatkan oleh produsen. Xiaomi membuat seolah demand alias permintaan pasar untuk ponsel tersebut menjadi sangat tinggi. Kemudian kondisi ini "dijual" pada supplier komponen agar si produsen bisa mendapat harga lebih murah. "Oh, penjualannya sangat menjanjikan," mungkin pemikiran itu yang ingin dibentuk oleh Xiaomi dalam benak supplier komponen. Tentu saja, dengan mendapat harga komponen yang lebih murah, Xiaomi bisa menekan harga produksi untuk keuntungan.

Tapi lama kelamaan teknik ini bisa membuat para pembeli jadi semakin muak dan bosan dipermainkan. Apalagi kebanyakan mereka yang ikut flash sale tidak membeli hanya satu atau dua unit. Biasanya ada pemborong yang membeli sampai 10 unit sekaligus guna dijual kembali.

Flash sale secara sepintas memang sangat menarik apalagi dengan menawarkan harga yang berbeda sampai 300 ribu dari harga biasa. Tapi jika proses dan kejadiannya seperti ini terus, lama kelamaan orang juga muak dengan gimmick ini.

Sekian curhatan saya. Huft.

False Hope Hurts More

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun