Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

"Flash Sale" yang Semakin Memuakkan

28 Februari 2018   20:25 Diperbarui: 1 Maret 2018   20:29 9263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flash sale Redmi Note. FoneArena

Nganggur, 28 Feb 2018

Beberapa waktu lalu sekitar akhir 2017 Xiaomi meluncurkan dua varian ponsel terbarunya yakni Redmi 5 dan Redmi 5 Plus dan pada bulan lalu dua ponsel yang menyasar pasar menengah ini secara resmi masuk ke Indonesia.

Xiaomi sebagai produsen ponsel dengan harga terjangkau memiliki basis penggemar yang sangat besar di negara berkembang salah satunya Indonesia. Mi Fans---begitu kata mereka, rela mengantre panjang untuk mendapat setiap tipe terbaru ponsel asal Tiongkok ini.

Xiaomi memiliki banyak penggemar tak lain karena harga ponsel yang dipasarkan selalu berada di bawah para pesaingnya, tentu saja dengan spesifikasi yang tinggi sehingga dengan mudah menarik minat para pecinta gadget.

Untuk dua tipe terbaru ini juga (Redmi 5 dan Redmi 5 Plus) dibanderol dengan harga yang cukup murah. Namun untuk penetapan harga ini Xiaomi juga memiliki strateginya tersendiri yang kemudian bersinggungan dengan strategi distribusi. Xiaomi dengan cerdik membuat dua harga berbeda dalam dua distribusi penjualan yakni offline dan online.

Khusus untuk online, biasanya perusahaan menawarkan harga yang lebih murah sekitar dua atau tiga ratus ribu ketimbang offline. Prediksi saya, jalur online memang banyak memotong anggaran pengeluaran untuk distribusi sehingga pengguna bisa mendapat harga yang lebih murah.

Namun sayangnya harga murah ini hanya bisa didapatkan melalui flash sale alias penjualan cepat dengan jumlah stok barang yang terbatas. Biasanya Xiaomi menggandeng beberapa e-commerce sekaligus. Terakhir yang digandeng untuk flash sale Redmi 5 dan Redmi 5 Plus adalah Shopee dan JD.id.

Pada dasarnya kampanye flash sale ini cukup menarik karena menawarkan produk baru secara eksklusif dengan keterbatasan jumlah dan waktu. Dan juga teknik flash sale ini cukup menjadi andalan bagi para produsen karena dapat membuat image bahwa barang yang mereka pasarkan memang sangat dicari di pasar sehingga tak jarang para e-commerce yang digandeng seringkali membuat pengumuman besar seperti "SOLD OUT DALAM 3 MENIT" setelah kampanye berakhir. Tentu saja ini untuk membentuk citra bahwa publik sangat tertarik dan antusias dengan barang yang dijual sehingga seluruh stok bisa dijual hanya dengan hitungan menit.

Tapi pertanyaannya adalah, seberapa banyak barang yang distok untuk kepentingan flash sale ini? Apakah hanya dalam jumlah puluhan unit atau ratusan?

Tentu saja sulit untuk kita memprediksi seberapa banyak barang yang disediakan untuk kampanye penjualan cepat ini, entah itu banyak atau memang sedikit. Karena bisa saja kalimat itu hanya akal-akalan produsen dan distributor untuk memainkan emosi publik agar semakin penasaran dengan barang yang dijual.

Saya pun pernah mencoba ikut berburu flash sale ini. Waktu itu saya mencoba untuk mendapatkan Redmi 5A yang dijual dengan harga di bawah Rp 1 juta, padahal harga normalnya sekitar Rp 1,3 juta di pasar.

Flash sale dimulai sekitar pukul 11 siang atau 12 siang waktu itu, saya agak lupa. Tapi yang jelas pembeli hanya diberi waktu selama sekitar satu jam untuk mendapat ponsel Redmi 5A ini. Persiapan sudah saya lakukan mulai dari registrasi akun di e-commerce tempat penjualan, melengkapi data diri, alamat, hingga kartu kredit pun sudah saya siapkan di hadapan.

Saya berburu flash sale ini dari kantor. Internet kantor yang cukup cepat mungkin bisa saya andalkan supaya tidak kehabisan barang dan bisa "mencuri" kesempatan lebih besar dari calon pembeli lain. Semuanya sudah siap. Sudah registrasi, hingga metode pembayaran pun sudah saya siapkan supaya bisa lebih cepat.

Jam menunjukkan tepat pada waktu dimulainya penjualan cepat. Saya langsung buka alamat situs yang sudah saya simpan. Tak lama halaman terbuka, ternyata flash sale masih belum dimulai. "Mungkin butuh selang waktu satu atau dua menit," begitu pikir saya. Maklum, kita kan memang tidak tahu jam mana yang menjadi acuan dimulainya flash sale ini.

Selang satu menit kemudian saya kembali refresh halaman tersebut dan saya cukup terkejut. "STOK HABIS". Tulisan dengan ukuran cukup besar ini membuat pupus harapan untuk mendapat ponsel dengan harga yang lebih murah. Saya coba cek di e-commerce lainnya juga serupa. Stok telah habis, entah siapa yang membelinya.

Kecewa tentu saja, tapi itu saya jadikan pelajaran bahwa saat Anda mengikuti flash sale jangan pernah luput dan lepaskan pandangan Anda dari laptop. Coba terus refresh halaman tempat promo ini berlangsung.

Oke, itu cerita pertama.

Karena masih penasaran, saya kembali mencoba ikut flash sale. Tanggal 27 Februari pukul 11.45 siang secara tidak sengaja saya melihat di linimasa Facebook sebuah banner promosi penjualan cepat Xiaomi yang akan dimulai pada pukul 12.00.

"30 MENIT LAGI". Begitu bunyi tulisan yang telah diposting seperempat jam sebelumnya. Artinya penjualan akan dimulai pada pukul 12.00. Melihat tulisan itu sontak membuat saya membuka halaman e-commerce tempat penjualan dilakukan, dan ternyata memang belum dimulai.

Berbekal dari pengalaman lalu, saya tidak luput sedikit pun dari halaman muka e-commerce itu. Minus 2 menit saya sudah refresh berulang-ulang halaman tersebut, tujuannya agar tidak "kecele" seperti sebelumnya.

Pukul 12.00 penjualan belum dimulai. Saya terus refresh halaman itu dan pada akhirnya sebuah link dengan tulisan "Enjoy" muncul. Link itu langsung mengarahkan saya pada halaman pembelian. Tanpa ba-bi-bu langsung saya klik tombol "beli" yang ada di sisi kanan gambar ponsel. Saya klik, kemudian muncul ikon berputar menandakan proses tengah dijalankan.

Apa yang terjadi? Ikon terus beputar sekitar satu menit. Karena penasaran, saya coba refresh halaman itu. Hasilnya, saya kembali ke halaman pertama dan tombol "beli" yang awalnya menyala kini jadi buram. Serta pada informasi jumlah stok barang muncul tulisan "stok habis".

"Sial," pikir saya kemarin. Untuk kedua kalinya saya gagal dalam flash sale.

Kemudian dalam rasa super kesal yang tertahan itu saya ingat beberapa waktu sebelumnya saya menonton sebuah review ponsel Xiaomi ini dari seorang Youtuber. Pada awal video dia bilang "Ponsel ini akan dijual dengan cara flash sale. Hih, flash sale," ujarnya dengan mimik muka yang saya ingat betul betapa ia sangat muak dengan flash sale ini. Dan saya tengah merasakannya.

***

Teknik jualan seperti ini memang cukup menarik dan seringkali digunakan untuk "memainkan" emosi calon pembeli. Jumlah barang yang didistribusikan dengan terbatas membuat mereka semakin penasaran sehingga demand barang akan meroket.

Kondisi inilah yang kemudian bisa dimanfaatkan oleh produsen. Xiaomi membuat seolah demand alias permintaan pasar untuk ponsel tersebut menjadi sangat tinggi. Kemudian kondisi ini "dijual" pada supplier komponen agar si produsen bisa mendapat harga lebih murah. "Oh, penjualannya sangat menjanjikan," mungkin pemikiran itu yang ingin dibentuk oleh Xiaomi dalam benak supplier komponen. Tentu saja, dengan mendapat harga komponen yang lebih murah, Xiaomi bisa menekan harga produksi untuk keuntungan.

Tapi lama kelamaan teknik ini bisa membuat para pembeli jadi semakin muak dan bosan dipermainkan. Apalagi kebanyakan mereka yang ikut flash sale tidak membeli hanya satu atau dua unit. Biasanya ada pemborong yang membeli sampai 10 unit sekaligus guna dijual kembali.

Flash sale secara sepintas memang sangat menarik apalagi dengan menawarkan harga yang berbeda sampai 300 ribu dari harga biasa. Tapi jika proses dan kejadiannya seperti ini terus, lama kelamaan orang juga muak dengan gimmick ini.

Sekian curhatan saya. Huft.

False Hope Hurts More

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun