Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Smartphone, Enkripsi dan Peluang Kejahatan

19 April 2016   15:51 Diperbarui: 20 April 2016   10:01 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, enkripsi ini menjadi dua mata pisau. Bayangkan saja ketika para pelaku kriminal bisa bercakap-cakap dengan leluasa merencanakan satu tindakan kejahatan baru. Pasti akan sangat berbahaya bukan?

Bahkan tahun lalu pasca penyerangan teroris terhadap majalah Charlie Hebdo, Perdana Menteri Inggris David Cameron akan melarang teknologi enkripsi end-to-end pada jaringan internet. Dalam sebuah tanggapannya David Cameroon mengatakan bahwa tidak akan ada tempat bersembunyi bagi para teroris, termasuk di dunia maya.

Tentu saja bagi para pegiat teknologi, pernyataan David Cameroon ini mengundang kontra. Karena proses enkripsi data sejatinya adalah tulang punggung keamanan informasi di dunia. Tanpa adanya teknologi ini, tidak akan pernah ada internet banking, e-commerce, atau transaksi online lainnya.

Lalu bagaiamana dengan Indonesia? Mungkin Indonesia belum menyadari lebih jauh tentang pola dua sisi mata pisau tentang enkripsi data ini. Sudah seharusnya pemerintah juga memperhatikan perkembangan teknologi seperti ini. Apalagi teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk tindak kejahat dalam skala besar.

Korupsi misalnya. Bisa saja para koruptor dengan bebas membicarakan soal penyelewangan dana atau hal lain lewat Whatsapp dan Telegram. Tentu saja dengan pesan yang dienkripsi, pihak berwajib akan lebih sulit melacak pelaku kejahatan seperti ini.

Para pakar mengatakan bahwa orang-orang baik (the good guy) dan orang-orang jahat (the bad guy) menggunakan teknologi enkripsi untuk mengamankan komunikasinya. Dan karena teknologi ini sudah menjadi tulang punggung keamanan siber dunia, maka tidak akan mungkin untuk ditiadakan.

Lalu apa solusinya? Sebenarnya ada solusi sederhana untuk masalah ini. Pemerintah bisa saja melobby si empunya aplikasi untuk membuat backdoor yang bisa digunakan untuk eksploitasi jika diperlukan sewaktu-waktu. Tapi sayang penggunaan backdoor ini sangat riskan dan bisa saja dimanfaatkan pihak tidak bertanggung jawab.

Atau bisa saja pemerintah membuat kesepakatan tertentu kepada pemilik aplikasi agar mau membantu dan bersinergi jika suatu saat dibutuhkan kerja sama untuk mengungkap satu tindak kejahatan.

Teknologi enkripsi sesungguhnya bukanlah sebuah musuh, tapi lebih jauh, teknologi ini adalah aspek penting dalam sebuah masyarakat yang bebas. Hanya saja bagaimana penggunaannya itu semua bergantung pada siapa yang memanfaatkannya.

---
“-How long do you want these messages to remain secret?[...]
+I want them to remain secret for as long as men are capable of evil.”
― Neal Stephenson, Cryptonomicon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun