Kubiarkan Haryo memandangku dengan tatapan heran dan nyaris tak percaya. Jiwa kelelakiannya bergolak, jakunnya turun naik, mungkin dia sedang membayangkan bahwa yang berada di hadapannya sekarang ini benar-benar jasad seorang wanita jelita yang sedang sial karena terasuki oleh rohku yang penasaran sejak kehilangan perempuan lautku itu.
“bicaralah dengan jujur Haryo, jangan permainkan aku. Kita bukan bocah lagi, dan kusarankan jangan membuatku tambah marah kali ini.” Aku berbicara dengan intonasi yang cukup jelas, sejenak jakunku berfungsi kembali. Jenis suaraku yang berat ditambah lagi dengan kondisiku yang sedang marah membuat lelaki yang mengaku lebih tulen dariku itu tersenyum kecut, ketakutan.
“tapi aku tak tahu…”
“jangan sampai aku memaksamu bicara dengan kedua tanganku Yo!”
“baik, baik…. Sebenarnya kabar terakhir yang kuterima dari orang tuanya, Murni pergi bersama lelaki yang dikawinkan dengannya beberapa bulan lalu.”
“dusta!”
“sungguh Lim, kali ini aku tidak berniat berbohong dan aku sedang mengucap hal yang ingin kau ketahui.”
“kenapa….?”
“karena orang tua Murni ingin menyelamatkannya, selama ini kau dianggap sebagai penghalang bagi masa depan anak mereka.”
Cukup. Penjelasan Haryo membuat sakit di ulu hatiku semakin menjadi. Aku tahu orang tua Murni memang tidak pernah sudi melihat anak gadisnya berdekatan denganku. Tapi mereka, apakah mereka tahu bahwa aku adalah bagian dari Murni yang tak mungkin dilenyapkan?!
Sebelum aku pergi dulu, dia sudah berjanji untuk menungguku, dia katakan bahwa dia tidak akan kawin dengan laki-laki manapun selama aku tak ada disampingnya. Sekarang, bagaimana mungkin dengan begitu gampangnya dia tinggalkan aku bersama lelaki yang katanya sudah kawin dengannya itu?!