4.Pandangan Fazlur rahman
Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi. Selain
menjadi subjek pengetahuan, manusia juga berfungsi sebagai objek pengetahuan untuk memperoleh
ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, manusia diartikan sebagai "makhluk Tuhan
yang paling sempurna yang memiliki akal dan budi.
Fazlur Rahman mencoba memberikan pandangan tentang manusia sebagai makhluk istimewa di
bumi dengan kapasitas akal yang melebihi makhluk lainnya. Akal yang dimiliki manusia haruslah
memberikan makna bagi dirinya, bermanfaat bagi seluruh makhluk, dan menjadi jalan yang benar
untuk mengenal Penciptanya. Rahman menekankan bahwa salah satu tugas penting manusia adalah
membangun pemahaman dan kesadaran ilmiah tentang realitas objektif serta menciptakan tatanan
moral berdasarkan pengetahuan ilmiah tersebut. Pengetahuan ilmiah ini harus digunakan dalam
kerangka kebaikan dan tidak disalah gunakan untuk menciptakan malapetaka atau keburukan yang
sia-sia.
Dalam Al-Qur'an, manusia digambarkan oleh Tuhan sebagai ciptaan yang unik dan berbeda dari
ciptaan-ciptaan alamiah lainnya. Manusia diberikan kedudukan tertinggi karena memiliki akal serta
memiliki unsur-unsur ilahi yang dianugrahkan tuhan. Dalam pandangan filsafat Barat, manusia
terdiri dari dua substansi berbeda, yaitu tubuh dan jiwa. Namun, dalam Islam, pandangan ini ditolak.
Menurut Fazlur Rahman, manusia tidak terdiri dari dualisme radikal seperti dalam argumen Barat.
Jiwa dan raga manusia tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.
Istilah "nafs" yang sering ditemukan dalam Al-Qur'an diterjemahkan sebagai "jiwa," yang berarti
"pribadi" atau "keakuan." Ungkapan seperti "al-nafs al-muthma’innah" dan "al-nafs al-lawwamah"
harus dipahami sebagai keadaan, aspek, perilaku, atau kecenderungan pribadi manusia. Semua ini
harus dilihat sebagai sifat mental yang berbeda dari fisikal, namun tidak dipahami sebagai substansi
yang terpisah.
Dari penjelasan diatas Fazlur rahman dalam memandang filsafat jiwa atau manusia berfokus
pada konsep keberadaan manusia yang lebih dalam dan kompleks,yang mana ia memahami
manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi spiritual dan intelektual yang dapat dikembangkan
melalui pendidikan dan pengembangan diri.
5. Analisis dari Ibnu sina,Ibnu taimiyah dan Fazlur rahman
a. Analisis Ibnu sina
1. Ruh sebagai substansi sendiri: Ibnu Sina memahami ruh sebagai substansi yang berbeda
dengan jasad dan memiliki wujud yang tidak terikat dengan batasan ruang dan waktu. Ruh tidak
ikut musnah ketika badan musnah, karena ruh memiliki kekekalan yang bersifat kekal.
2. Ruh sebagai substansi yang berbeda dengan jasad: Ibnu Sina memahami ruh sebagai
substansi yang berbeda dengan jasad, tidak hanya berbeda dalam bentuk dan fungsi, tetapi juga
dalam substansi dan esensi. Ruh memiliki potensi spiritual dan intelektual yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan dan pengembangan diri.
3. Ruh sebagai instrumen Tuhan: Ibnu Sina memahami ruh sebagai instrumen Tuhan yang
dianugerahkan kepada manusia. Ruh memiliki kemampuan untuk menginsafi hakikat dan mengenal,
mendekati, dan menjalin hubungan dengan Tuhan yang merupakan asal-usul dan tempat kembali.
b. Analisis Ibnu taimiyah
1. Manusia terdiri dari dua unsur: Ibnu Taimiyah memahami manusia sebagai makhluk yang
terdiri dari dua unsur, yaitu badan (al-Jasad) dan ruh (al-Nafs). Jasad dan ruh memiliki hubungan
yang sangat erat terkait dengan prilaku manusia.
2. Ruh sebagai pengatur pergerakan indera: Ibnu Taimiyah memahami ruh sebagai pengatur
pergerakan indera atau anggota tubuh. Ruh berfungsi sebagai pengatur dan sumber pergerakan
anggota tubuh, seperti hati dan otak.
3. Fitrah manusia sebagai potensi bawaan: Ibnu Taimiyah memahami fitrah manusia sebagai
potensi bawaan yang ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir. Fitrah ini mengarah kepada
kebaikan atau hal-hal yang bersifat positif atas dasar naluri dan kecenderungan tauhid
c. Analisis Fazlur rahman
1. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi spiritual dan intelektual: Fazlur Rahman
memahami manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi spiritual dan intelektual yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan dan pengembangan diri. Manusia memiliki kemampuan untuk
menginsafi hakikat dan mengenal, mendekati, dan menjalin hubungan dengan Tuhan yang
merupakan asal-usul dan tempat kembali.
2. Ruh sebagai substansi yang berbeda dengan jasad: Fazlur Rahman memahami ruh sebagai
substansi yang berbeda dengan jasad, tidak hanya berbeda dalam bentuk dan fungsi, tetapi juga
dalam substansi dan esensi. Ruh memiliki potensi spiritual dan intelektual yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan dan pengembangan diri.
3. Ruh sebagai instrumen Tuhan: Fazlur Rahman memahami ruh sebagai instrumen Tuhan
yang dianugerahkan kepada manusia. Ruh memiliki kemampuan untuk menginsafi hakikat dan
mengenal, mendekati, dan menjalin hubungan dengan Tuhan yang merupakan asal-usul dan tempat
kembali
C. PENUTUP
1. Simpulan