Mohon tunggu...
Pratama 123
Pratama 123 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Baca buku/pendiam/ membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Jiwa dan Manusia

26 Juni 2024   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2024   08:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ARTIKEL
FILSAFAT JIWA ATAU MANUSIA
DISUSUN OLEH:
NAMA:ARIF PRATAMA PUTRA
JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
NIM 2315050162


A. PENDAHULUAN


Filsafat Islam merupakan cabang ilmu yang mendalami aspek-aspek kehidupan manusia dari
sudut pandang agama Islam. Salah satu bidang penting dalam filsafat Islam adalah filsafat jiwa atau
filsafat manusia, yang mempelajari hakikat, sifat, dan tujuan dari keberadaan manusia menurut
pandangan Islam.
Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk yang unik dan istimewa, diberikan akal dan
kehendak oleh Allah SWT. Pemahaman tentang jiwa manusia menjadi pokok perhatian dalam
pengembangan pemikiran filosofis Islam. Filsuf-filsuf Islam seperti Al-Farabi, Ibnu Sina
(Avicenna), dan Ibnu Rushd (Averroes) merupakan beberapa tokoh yang berkontribusi besar dalam
pemikiran tentang filsafat jiwa manusia.
Pemahaman tentang jiwa manusia dalam konteks Islam meliputi aspek-aspek seperti sifat-sifat
jiwa, hakikat keberadaan manusia, hubungan antara jiwa dan tubuh, serta tujuan hidup manusia
menurut ajaran agama Islam. Pemikiran ini tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga memiliki
implikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam pengembangan moralitas, etika, dan
pandangan tentang kebahagiaan dan kesempurnaan manusia.
Dalam konteks filsafat Islam, pemahaman tentang jiwa manusia juga dipengaruhi oleh ajaranajaran agama Islam, seperti konsep tauhid (keesaan Allah), akhirat, dan tujuan hidup manusia untuk
beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pemikiran filosofis tentang jiwa manusia dalam
Islam tidak terlepas dari kerangka referensi keagamaan yang menjadi landasan keyakinan umat
Islam.
Dalam penulisan ini, akan dijelaskan lebih lanjut tentang pengertian filsafat jiwa atau manusia,
serta bagaimana pandangan filsuf islam seperti ibnu sina,ibnu taimiyah dan fazlur rahman.


B. PEMBAHASAN


Pada bagian ini akan dikemukakan terkait tentang filsafat jiwa atau manusia. Secara rinci,
bagian-bagian yang akan dibahas di dalam pembahasan ini yakni; pengertian filsafat jiwa atau
manusia,pandangan dari ibnu sina ,pandangan ibnu taimiyah, dan pandangan fazlur rahman. Untuk
lebih jelas menganai konsep-konsep yang dimaksud,berikut akan dijelaskan secara rinci. 


1. Pengertian Filsafat jiwa atau manusia


Filsafat jiwa atau manusia dalam konteks filsafat Islam membahas aspek-aspek mendasar tentang
hakikat, sifat, dan tujuan keberadaan manusia menurut ajaran Islam. Ini mencakup pemahaman
tentang sifat-sifat jiwa, hubungan antara jiwa dan tubuh, serta tujuan hidup manusia dalam
perspektif Islam.
1. Hakikat Jiwa: Dalam filsafat Islam, jiwa dianggap sebagai aspek spiritual yang dianugerahkan
oleh Allah SWT kepada manusia. Jiwa adalah inti dari keberadaan manusia yang membedakannya
dari makhluk lain. Jiwa dipahami sebagai entitas abstrak yang tidak terbatas oleh dimensi fisik,
tetapi mempengaruhi dan mengendalikan tubuh manusia.
2. Hubungan antara Jiwa dan Tubuh: Dalam pandangan Islam, jiwa dan tubuh manusia saling
terkait namun berada dalam dimensi yang berbeda. Tubuh adalah wadah fisik yang menampungjiwa, sementara jiwa merupakan sumber kehidupan dan kesadaran yang menggerakkan tubuh.
Konsep ini menggambarkan hubungan antara dunia material (tubuh) dan dunia spiritual (jiwa).
3. Tujuan Hidup Manusia: Menurut ajaran Islam, tujuan utama keberadaan manusia adalah
mengenal Allah SWT dan beribadah kepada-Nya. Pemahaman ini memberikan arah dan makna
bagi kehidupan manusia. Berbagai aktivitas dan pengalaman manusia di dunia dianggap sebagai
ujian untuk memperkuat iman, mengembangkan akhlak yang baik, dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
4. Peran Akal dan Kehendak: Dalam filsafat Islam, akal (aql) dan kehendak (iradah) dianggap
sebagai karunia Allah yang memungkinkan manusia memahami kebenaran dan membuat pilihan
bebas. Akal membantu manusia memahami ajaran agama dan melaksanakan perintah Allah,
sementara kehendak memberikan kebebasan untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan.
5. Kesempurnaan Manusia: Konsep kesempurnaan manusia dalam filsafat Islam melibatkan
keselarasan antara jiwa dan tubuh, serta kesempurnaan akhlak dan spiritual. Manusia dianggap
sempurna ketika mencapai kedekatan spiritual dengan Allah SWT, memperjuangkan kebaikan
dalam tindakan dan perilaku, serta menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Dengan demikian, filsafat jiwa atau manusia dalam Islam memberikan pemahaman mendalam
tentang esensi keberadaan manusia, hubungan antara jiwa dan tubuh, serta tujuan hidup yang
mengarah pada pencapaian kebahagiaan dan kesempurnaan sesuai ajaran Islam.


2. Pandangan ibnu sina


Jiwa menurut ibnu sina memiliki arti kesempurnaan awal bagi jasad dan ia beranggapan bahwa
jasad berfungsi berkat bantuan ruh atau jiwa.Ibnu sina dan aristoteles memiliki pandangan yang
sama yaitu jasad dan jiwa itu berbeda tetapi disini ada yang membedakan dari keduanya yaitu dari
segi kesempurnaanya,yang mana ibnu sina ini mengartikan kesempurnaan itu adalah sebagai
substansi. Jasad bersifat materi dan merupakan pelengkap bagi jiwa. Namun, tidak semua
kesempurnaan bersifat materi.Sedangkan menurut aristoteles jasad merupakan kesempurnaan bagi
jiwa. Namun hal ini bukan berarti jiwa menjadi satu subtansi dengan jasad. Keduanya tetap
memiliki subtansi yang berbeda.
Adapun hakikat jiwa menurut ibnu sina adalah ruh merupakan subtansi sendiri dan terpisah
dengan jasad,karana ibnu sina ini berpandangan bahwa jiwa atau ruh ini tidak dapat dipisahkan dari
badan,tetapi memiliki wujud yang tidak terikat dengan batasan ruang dan waktu dan ia
berpandangan juga bahwa jiwa ini tidak ikut musnah ketika badan musnah,karna jiwa memiliki
kekekalan yang bersifat kekal.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan jiwa (ruh) adalah sebagai substansi yang terpisah dari
jasad. Meskipun jiwa tidak dapat dipisahkan dari badan dalam fungsinya, ia memiliki eksistensi
yang tidak terikat oleh batasan ruang dan waktu. Selain itu, Ibnu Sina percaya bahwa jiwa tidak
musnah ketika badan musnah, karena jiwa bersifat kekal.


3. Pandangan ibnu taimiyah


Menurut ibnu taimiyah jiwa atau ruh itu berada diseluruh tubuh sebagai kehidupan. Hati dan otak
juga merupakan bagian dari jiwa. Oleh karena itu, al-Nafs (jiwa) memiliki hubungan erat dengan
al-Qalbu sebagai disposisi batin untuk merespon situasi tertentu.
Jasad dan jiwa (ruh) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Keterhubungan antara jasad dan ruh
berkaitan dengan perilaku manusia. Hubungan ini dapat dianalogikan seperti hubungan antara pilot dan pesawat. Pilot bertindak sebagai pengatur dan pengarah tujuan penerbangan pesawat. Begitu
pula dengan hubungan antara jasad dan jiwa. Jiwa atau ruh berperan sebagai pengendali pergerakan
indera atau anggota tubuh (jasad).Ibnu taimiyah berpendapat:
فإن ألقلب هو ألملك األعضاء جنوده
“Sesungguhnya hati merupakan raja dan seluruh anggota badan
merupakan prajuritnya”
Perilaku dan tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh proses berpikir. Artinya, perilaku dan
tindakan merupakan hasil dari sebuah pemikiran. Menurut Ibnu Taimiyah, proses berpikir
seseorang dimulai dari kehendak atau keinginan hati (al-Qalb) yang kemudian ditransfer ke otak
ketika sudah sempurna. Proses berpikir ini menghasilkan perilaku. Sebelum bertindak, seseorang
akan berpikir terlebih dahulu untuk menentukan apakah tindakan tersebut akan bernilai baik atau
buruk.
Jiwa (al-Nafs) dalam pandangan Ibnu Taimiyah adalah sesuatu yang tidak dapat digambarkan
dalam sesuatu bentuk. Hal ini disebabkan karena jiwa tidak terbentuk dari salah satu unsur; air,
udara, api, dan tanah. Oleh sebab itu, jiwa tidak dapat digambarkan dalam bentuk objek yang dapat
diketahui oleh indera. Namun, sifat dan karakteristik jiwa manusia (al-Nafs) dapat diketahui
melalui al-Quran dan Sunnah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun