Berdasarkan tinjauan di atas, dapat kita buktikan cara Allah menjelaskan istilah “Jin” pun sering menggunakan gaya bahasa sastra atau majas atau Mutasyabihat atau Tasbih.
Sehingga eksistensi Jin dapat diilustrasikan seperihalnya janin sebagai mahluk yang tersembunyi dan belum menentu apakah janin itu akhirnya baik dan atau buruk. Sepertihalnya ujung api, juga belum menentu apakah ujung api itu dipergunakan untuk kebaikan dan atau kejahatan.
Artinya istilah Jin ini awalnya masih netral sepertihalnya manusia pubertas . Atau masih hampa budaya. Menjadi tidak netral ketika setelah baligh. Ketika alternatif nilai-nilai Haq dan bathil tersampaikan.
Beranjak dari itulah Jin dan manusia memilih satu kesadaran. Jadi Jin dan manusia berpotensi sebagai hamba atas kedua alternatif kesadaran itu. Apakah selanjutnya jadi kesadarannya menjadi hamba Allah dan atau hamba setan.
Begitulah Jin yang berasal dari rumusan ujung api atau lidah api sebagaimana tersurat dengan indah dalam ungkapan di QS 55:15.
Faktanya ujung api memang paling panas. Begitu gambaran energi atau kekuasaan yang paling tinggi juga adanya di Top Management dan yang paling panas.
Jin Sebagai Kaum Elit Dalam Piramida Sosial
Dari tinjauan stratifikasi sosial, golongan Jin adalah istilah Al-Quran untuk menyebutkan suatu golongan elit. Kemudian disimbolkan Al Qur'an sebagai bangsa Jibal atau sejenis bukit. Kuantitasnya walau segelintir tapi sangat menentukan dominasi jalannya kebudayaan dan peradaban manusia.
Siapa yang merancang lidah api emas pada tugu Monas?, siapa yang merancang bundaran HI, siapa yang merancang sistem pendidikan sekolah?, siapa yang merancang sistem peradilan, perekonomian, politik dan ideologi di Indonesia?, Dll. Apakah kaum elit atau kaum marjinal?. Apakah pendukung Freemason, Illuminati, Zionis, Satanic sebagai organisasi rahasia dan atau pendukung penduduk pribumi?
Itu sebabnya dalam QS Al-Hijr:27 disebut juga bahwa Jin itu berasal dari api yang sangat panas. Itulah kenapa Iblis adalah wujud dari sangat panasnya arogansi dan kedengkian serta dendam. Ingat juga, Iblis yang mengaku begitu bangganya tercipta dari (kalangan) Nar. Ingat juga, ada Malaikat yang menjadi ashaban-Naar (Al-Muddasir: 31).
Tidak heran, Iblis inilah nenek moyangnya Jin (sebagaimana dalam tafsir Al Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793).