Mohon tunggu...
Pramono Dwi  Susetyo
Pramono Dwi Susetyo Mohon Tunggu... Insinyur - Pensiunan Rimbawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Quo Vadis Penyuluh Kehutanan

9 Juni 2020   20:40 Diperbarui: 9 Juni 2020   20:43 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana kementerian pertanian yang menganggap penting untuk menambah jumlah penyuluh pertanian guna mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan untuk memberi makan 267 juta jiwa penduduk Indonesia, kementerian LHK pun mempunyai argumentasi yang sangat kuat terkait dengan ketersediaan dan kebutuhan pangan nasional. 

Meskipun pemerintah sekarang telah membangun banyak bendungan diseluruh Indonesia, nampaknya tidak akan menolong keadaan menghadapi krisis air. Akibat berikutnya kemampuan sawah beririgasi teknis akan menurunkan  produksi padinya. Pada akhirnya ketahanan pangan kita akan terganggu. 

Kemarau panjang dan ekstrem tidak akan menyebabkan krisis air separah itu  apabila lingkungan didaerah hulu terjaga dengan baik. Sebaliknya, musim hujan tahun ini telah diprediksi oleh BMKG terjadi dengan intensitas tinggi, akibatnya banyak terjadi banjir, banjir bandang dan tanah longsor dan dapat ditemukan dimana mana diseluruh pelosok Indonesia. 

Yang paling menyita perhatian adalah banjir di Jakarta dan Jabodetak pada awal tahun baru 2020 lalu. Dalam konteks ini, peran penyuluh kehutanan menonjol untuk melestarikan dan menjaga lingkungan daerah hulu serta menjaga keberadaan dan ketersediaan air didaerah hilir pada musim kemarau. 

Sedangkan  penyuluh pertanian berperan  dalam menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Sayangnya, penyuluh yang ada sekarang jumlahnya kurang memadai padahal mereka adalah garda terdepan dalam pembangunan kehutanan dan pertanian.   

Penyuluh pertanian dan penyuluh kehutanan sama pentingnya. Bila tidak diperjuangkan kekurangan jumlah penyuluh kehutanan maka pada akhir masa kerja kabinet kabinet Indonesia Maju akan ada ucapan perpisahan sayonara atau goodbye penyuluh kehutanan Indonesia. Semoga ini tidak terjadi !

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun