Sebagaimana kementerian pertanian yang menganggap penting untuk menambah jumlah penyuluh pertanian guna mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan untuk memberi makan 267 juta jiwa penduduk Indonesia, kementerian LHK pun mempunyai argumentasi yang sangat kuat terkait dengan ketersediaan dan kebutuhan pangan nasional.Â
Meskipun pemerintah sekarang telah membangun banyak bendungan diseluruh Indonesia, nampaknya tidak akan menolong keadaan menghadapi krisis air. Akibat berikutnya kemampuan sawah beririgasi teknis akan menurunkan  produksi padinya. Pada akhirnya ketahanan pangan kita akan terganggu.Â
Kemarau panjang dan ekstrem tidak akan menyebabkan krisis air separah itu  apabila lingkungan didaerah hulu terjaga dengan baik. Sebaliknya, musim hujan tahun ini telah diprediksi oleh BMKG terjadi dengan intensitas tinggi, akibatnya banyak terjadi banjir, banjir bandang dan tanah longsor dan dapat ditemukan dimana mana diseluruh pelosok Indonesia.Â
Yang paling menyita perhatian adalah banjir di Jakarta dan Jabodetak pada awal tahun baru 2020 lalu. Dalam konteks ini, peran penyuluh kehutanan menonjol untuk melestarikan dan menjaga lingkungan daerah hulu serta menjaga keberadaan dan ketersediaan air didaerah hilir pada musim kemarau.Â
Sedangkan  penyuluh pertanian berperan  dalam menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Sayangnya, penyuluh yang ada sekarang jumlahnya kurang memadai padahal mereka adalah garda terdepan dalam pembangunan kehutanan dan pertanian.  Â
Penyuluh pertanian dan penyuluh kehutanan sama pentingnya. Bila tidak diperjuangkan kekurangan jumlah penyuluh kehutanan maka pada akhir masa kerja kabinet kabinet Indonesia Maju akan ada ucapan perpisahan sayonara atau goodbye penyuluh kehutanan Indonesia. Semoga ini tidak terjadi !
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H