Teater mungkin sudah gak asing bagi penikmat seni akting. Apalagi, pada zaman dahulu cerita rakyat banyak ditampilkan menggunakan wayang—kayu maupun orang. Film layar lebar juga menjadi media penyebaran cerita rakyat yang menarik dengan suguhan visual yang apik.
Manfaat bagi perkembangan kognitif anak
Biasanya, kisah rakyat punya pesan moral di akhir cerita. Disuguhkan dengan suatu masalah yang dihadapi sang protagonis, plot twist dan cara penyelesaian masalah si tokoh utama akan memberikan "pelajaran" kepada pembaca atau pendengarnya.Â
Contohnya, kisah Malin Kundang yang berubah menjadi batu setelah bersikap kasar dan tak mengenali ibunya mengajarkan anak-anak agar tidak durhaka kepada orang tua yang telah merawat dan menyayangi mereka.
Â
(foto oleh cottonbro studio)
Lewat cerita rakyat, anak bisa belajar bahwa manusia memiliki berbagai emosi dan perasaan; marah, cinta, benci, sedih. Di sini anak bisa melihat bahwa setiap orang punya keunikan dan perbedaan yang harus dirangkul.
Selain itu, keterampilan bahasa anak juga akan meningkat. Terlebih jika dikenalkan sejak belum bisa membaca atau menulis. Anak akan terlatih untuk berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, hingga nantinya siap memahami bacaan sastra yang lebih kompleks seiring bertambahnya usia dan kemampuan membaca.
Menikmati cerita rakyat adalah salah satu langkah mudah untuk melestarikan budaya lokal. Kita tentu harus bangga karena punya budaya tradisional yang sangat kaya. Coba ingat sesenang apa kita waktu masih kecil, setiap membaca buku cerita di perpustakaan sekolah atau menonton kartun tentang cerita rakyat? Saatnya kita berbagi kesenangan yang sama kepada generasi berikutnya.Â
Kalau disuruh memilih, cerita rakyat apa yang jadi favoritmu?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H