Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Program Pendidikan Guru Penggerak, Lebih Baik Lanjut atau Tidak?

14 Januari 2024   21:51 Diperbarui: 15 Januari 2024   01:48 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid - Sumber : edukasi.kompas.com

"Apakah benar Program Pendidikan Guru Penggerak hanya buang-buang anggaran saja?"

Mungkin sesekali kita melihat beberapa rekan yang berprofesi sebagai guru memposting kegiatannya bersama komunitas dimana ia tergabung. Mereka menambahkan caption yang menerangkan sedang mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP). 

Pertanyaan pun muncul, apa sih sebenarnya PPGP itu? 

Tak jarang pula terdengar omongan miring soal program ini, "Ah, paling juga ngabisin anggaran aja, ganti menteri juga bakal ganti kebijakan lagi!" 

Eits, jangan salah! PPGP merupakan wujud keseriusan pemerintah dalam menciptakan pembelajaran yang lebih berkualitas. Bukan hanya sekedar membenahi kurikulum saja, namun lebih dari itu. 

Hal terpenting dalam mewujudkankan pendidikan yang berkualitas adalah berfokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), dalam hal ini adalah sosok guru yang memiliki peran penting. 

Pendidikan di negeri kita masih menyisakan beberapa permasalahan, yang menjadi dosa besar pendidikan di negeri kita adalah perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Hal ini merupakan permasalahan serius yang perlu perhatian khusus. 

Lalu apa kaitannya dengan PPGP? 

PPGP bertujuan untuk menciptakan guru sebagai pemimpin pembelajaran. Pembelajaran yang bagaimana? Tentunya pembelajaran yang berpihak kepada murid, pembelajaran yang memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman, sehingga tercipta sebuah ekosistem pendidikan yang baik. 

Ketika ekosistem pendidikan yang baik tercipta, maka murid akan lebih merasa aman dan nyaman dalam belajar. Mereka pun akan lebih optimal dalam mengeksplorasi potensi yang dimiliki, karena dihargai atas segala perbedaan yang dimilikinya. Yakinlah, ketika hal baik itu tercipta, maka seiring sejalan akan terwujud murid dengan well being yang baik. 

"Program Pendidikan Guru Penggerak memberikan energi positif yang nyata!"

Internalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai Pondasi Utama

Seorang guru harus mampu menuntun murid dengan memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Apa maknanya? Setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Mereka dipengaruhi oleh lingkungan dan sosiokultural dimana mereka berada. Hal ini juga berkaitan dengan bakat minat yang dimiliki murid yang beragam. 

Sebab itulah seorang guru perlu memahami secara mendalam akan hal ini. Perbedaan adalah keniscayaan, begitulah pendidikan tidak dapat disamaratakan. Kemudian, seiring dengan perkembangan zaman, dituntut adaptif. 

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini menjadi bagian penting yang harus diresapi seorang guru dalam PPGP sebagai hal yang fundamental. 

Internalisasi pemikiran Ki Hadjar Dewantara diharapkan mampu mengubah cara pandang ataupaun paradigma guru dalam perspektifnya terhadap murid. 

Murid yang Berbahagia

Bagaimana murid akan dapat merasa bahagia jika di sekolahnya tidak merasakan aman dan nyaman dalam belajar? Bagaimana murid dapat merasa senang dan antusias dalam belajar jika ia tidak mampu mengeksplorasi bakat dan minatnya? 

Sebuah pertanyaan yang cukup menantang untuk dapat dijawab dengan bukti nyata. Dalam PPGP hal ini menjadi pemantik yang nyata bagaimana guru-guru yang terlibat dalam program tersebut untuk menciptakan pembelajaran dan ekosistem pendidikan yang membahagiakan.

Pembelajaran berdiferensiasi dikedepankan. Artinya guru harus mampu mengakomodir kebutuhan murid yang beragam. Guru pun perlu melakukan kolaborasi dengan guru lainnya untuk menciptakan pembelajaran yang mengasyikkan. 

Lalu, wujud nyata dalam upaya menghapus dosa besar pendidikan, guru yang mengikuti PPGP belajar bagaimana menerapkan disiplin positif di sekolah. Tidak ada lagi hukuman, namun kedisiplinan terbangun atas dasar motivasi intrinstik dari murid itu sendiri. 

Asset Based Thinking

Mengeluh akan keterbatasan yang ada? Bukan zamannya lagi. Jika terus mengeluh, hanya energi positif yang tercipta. Progres kemajuan tak akan terasa sama sekali. Sebab itulah sebagai guru penggerak, perlu memiliki kompetensi untuk dapat berpikir berdasarkan aset. 

Keterbatasan bukanlah sebuah penghalang untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas namun tetap menyenangkan. 

Berbagi Praktik Baik

Hal baik yang didapatkan jika tidak dibagikan rasanya sia-sia. Sebuah kebiasaan yang mulai dilakukan dan dibudayakan adalah bagaimana berbagi praktik baik secara konsisten dilakukan.

Seorang guru penggerak terlatih dan terbiasa untuk berperan aktif dalam komunitas belajar dalam membagikan energi positif. Hal ini begitu penting, mengapa? Jika energi positif dibagikan, maka cakupannya akan lebih luas dan tentunya akan mempermudah mewujudkan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Banyal hal baru dan hal bauk yang didapat dan dibagi akan lebih mengasyikkan.

"Hingga artikel ini ditulis, seleksi guru penggerak sudah sampai pada angkatan 11."

PPGP ini sangat terasa sekali energi positifnya. Membuka wawasan betapa pentingnya peran guru dalam mewujudkan ekosistem pendidikan yang lebih berkualitas dalam upaya menghapus dosa besar pendidikan yang pernah ada. 

Ketika gempuran cibiran mengenai program ini bertubi-tubi, namun energi positif yang lebih besar dari guru-guru hebat yang berhati mulia akan mampu meredamnya. 

Dari semua yang diulas di atas, simpulannya adalah PPGP adalah upaya menciptakan ekosistem pendidikan yang mampu memanusiakan manusia. Bukankah begitu adanya? Lalu, ketika perubahan positif terasa nyata, apakah harus dihentikan begitu saja? 

Semoga bermanfaat! (prp)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun