Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meresapi Makna 3 Peribahasa Jawa Ini dalam Mengarungi Kehidupan

13 Juni 2021   21:11 Diperbarui: 13 Juni 2021   21:20 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang Tua yang Menasihati Anaknya - Sumber : suara.com

Ketika masih kecil seringkali kita mendengar dari orang tua, entah ayah, ibu, kakek, atau nenek yang memberikan nasihat-nasihat tentang kehidupan. 

Begitu pula ketika di sekolah, Bapak dan Ibu guru senantiasa menyampaikan pesan bermakna tentang bagaimana berperilaku yang baik dalam kehidupan. 

Bagaimana bersikap kepada yang lebih tua dan juga yang lebih mudah semua diatur sedemikian rupa dalam sebuah nilai dan norma. Tak tertulis memang, namun terpatri dalam hati sehingga jika melakukan hal yang bertentangan maka akan terasa ada penyesalan di dalam hati kecil. Terkadang ketika beliau-beliau menyampaikan pesan-pesan itu tidak secara langsung disampaikan. 

Hal yang menarik adalah ketika beliau menyampaikan pesan hidup, menggunakan peribahasa-peribahasa yang sarat akan makna mendalam. Tidak hanya dengan peribahasa Indonesia namun juga dengan peribahasa Jawa. 

Rasa penasaran akan peribahasa yang disampaikan memantik diri untuk mencari tahu apa sebenarnya pesan tersirat dari peribahasa-peribahasa yang disampaikan oleh orang tua kita sewaktu masih kecil. Terkadang mencoba bertanya kepada teman ketika di sekolah untuk mencari tahu jawabannya. 

Jikalau mentok tak menemukan jawaban, mencoba memberanikan diri mengangkat tangan untuk bertanya kepada Guru Bahasa Jawa ketika pembelajaran berlangsung. 

Sudah pasti akan dijawab oleh Bapak dan Ibu guru sehingga merasa sangat puas ketika rasa penasaran terobati. Berikut contoh peribahasa yang paling berkesan, tertanam, dan berupaya senantiasa penulis amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

 "Manusia terlahir dengan beragam latar belakang yang membentuk karakternya. Meskipun memiliki karakter yang berbeda, manusia memiliki hati kecil yang senantiasa berkata jujur atas semua yang dilakukannya. Hati kecil senantiasa memberikan alarm tentang baik atau buruk yang dilakukan oleh manusia. Sepandai apapun orang berdusta, ia tidak akan mampu mendustai hati kecilnya."

Sopo Nandur Bakal Ngunduh

Makna dari peribahasa Jawa ini adalah siapapun yang senantiasa menanam kebaikan dalam hidupnya maka suatu saat akan menuai kebaikan pula. 

Begitupun sebaliknya, siapapun yang akan menanam kejahatan atau keburukan, suatu saat nanti akan menuai hal yang sama. Pesan hidup ini benar-benar harus diresapi dan diamalkan dalah kehidupan sehari-hari. 

Mengamalkan pesan atau nasihat hidup ini sungguh mulia. Tidak hanya kepada sesama manusia namun juga kepada seluruh makhluk Tuhan seperti hewan, tumbuhan, dan alam. 

Contoh saja jika kita senantiasa berlaku baik terhadap lingkungan maka suatu saat nanti akan ada hal baik yang dapat kita rasakan dalam hidup yang kita tuai. 

Lingkungan yang baik berdampak baik pada kesehatan kita. Begitupula sebaliknya jika kita berperilaku merusak lingkungan atau alam sekitar, maka cepat atau lambat akan mendapatkan peringatan, bencana alam misalnya. Setiap nafas yang kita hirup dan hembuskan selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik.

Becik Ketitik Ala Ketara

Masih berkaitan dengan bagaimana berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan hal ini akan berpengaruh besar bagaiman karakter seseorang akan tumbuh. 

Namun satu hal, bahwa setiap orang memiliki hati kecil yang akan senantisa berkata jujur dan berperan sebagai pemberi tanda baik buruknya atas apa yang dilakukan dalam kehidupan. Ketika mengingat peribahasa ini, sepandai apapun kita menyembunyikan kejahatan, keburukan, dan kedzaliman maka suatu saat akan tampak dengan sejelas-jelasnya. 

Hal ini merupakan nasihat dan peringatan agar senantiasa berbuat baik. Perbuatan baik akan dikenali, begitupun dengan perbuatan buruk, maka akan tampak dengan sangat jelas. 

Sopo Sing Tekun, Sanajan Nganggo Teken, Mesti Tekan

Artinya adalah siapapun yang tekun, meskipun menggunakan tongkat dalam berjalan, yakinlah pasti akan sampai pada tujuan. Peribahasa ini mengajarkan bahwasannya kita tidak boleh kalah dan menyerah dengan keadaan. 

Sesulit apapun keadaan yang harus dihadapi, selagi ada ketekunan dan memiliki tujuan hidup, maka yakinlah akan sampai pada tujuan yang kita inginkan. 

Setiap orang terlahir di dunia dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada yang beruntung terlahir dari keluarga kaya ada pula yang terlahir dari keluarga kurang mampu. 

Hal itu bukan alasan untuk menyerah dan berleha-leha. Meskipun dilahirkan dalam kondisi yang mengharuskan terus berjuang, maka selagi ketekunan dalam diri tumbuh dan berkembang serta senantiasa terus berjalan, maka cita-cita atau tujuan akan dapat menjadi nyata. 

***

3 peribahasa Jawa sarat akan makna dalam mengarungi kehidupan. Menurut penulis 3 peribahasa di atas sunggu dapat menjadi pegangan hidup. 

Membentuk karakter dan juga akan mampu menjadikan manusia yang manusia. Senantiasa menanam kebaikan, berbuat baik, dan tekun, yakinlah hidup akan penuh keberkahan dan kedamaian. (prp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun