Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pentingnya Empati sebagai Pengikat Hubungan Anak dan Orang Tua

13 Oktober 2022   10:15 Diperbarui: 13 Oktober 2022   12:19 2106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mama, ini di Hirotada ada cerita nyata yang serem. Serem banget Ma, kasian anak ini. Kok bisa sampe gitu ya,” ekspresinya Si Bungsu saat bicara benar-benar mencerminkan rasa ngeri.

Ternyata dia habis menonton kanal youtube Hirotada Radifan yang menyajikan kisah tentang seorang gadis hamil di luar nikah. 

Dalam kebingungannya, gadis ini mencoba cari jalan keluar sendiri dan masuk ke dalam sekte sesat. Di komunitas ini dia mempersembahkan janin dalam kandungannya sebagai sajian ritual.

“Kasian ya Ma, dia segitu takutnya cerita ke orang tuanya sampai memilih jalan seperti itu," komentarnya. 

“Menurut kamu kenapa sampai gadis ini tidak berani cerita ke orang tuanya?” Pancingku.

“Pasti karena orang tuanya tidak bisa menerima kalau dia bikin salah, mungkin waktu kecil dulu nilai jelek pun dia dipukuli," jawabnya. 

"Apalagi masalah serius seperti hamil luar nikah, mana berani dia cerita,” dia menambahkan.

Perbincangan ringan, pemikiran polos seorang anak, mengantarkan saya lebih jauh berpikir tentang pentingnya rasa empati orang tua sebagai pengikat hubungan orang tua dengan anak.

Apa itu empati?

Alfred Adler, seorang ahli dalam ilmu psikologi, mendefinisikan empati sebagai penerimaan terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain serta mampu meletakkan diri kita pada situasi orang tersebut.

Ketika kita menempatkan diri dalam situasi seseorang, reaksi kita mestinya lebih terkendali. Karena di sana bukan hanya logika yang hadir, namun juga ada perasaan, ada pemahaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun