Mohon tunggu...
Praditya Aryaputra Adiwilaga
Praditya Aryaputra Adiwilaga Mohon Tunggu... Lainnya - https://www.kompasiana.com/pradit8545

Untuk simpan tugas, sambil belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Film Tanda Tanya

17 Maret 2022   07:23 Diperbarui: 17 Maret 2022   07:33 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disusun oleh :

Praditya Aryaputra Adiwilaga

Naskah Resensi Film (UH Psikomotorik dan UH Kognitif)

(Isi resensi sesuai ketentuan struktur dan kaidah kebahasaannya, naskah berisi 10-15 paragraf)

?

Identitas

Sutradara: Hanung Bramantyo

Produser: Celerina Judisari, Hanung Bramantyo

Penulis: Titien Wattimena

Pemeran : Revalina S. Temat

Reza Rahadian

Endhita 

Agus Kuncoro 

Rio Dewanto 

Hengky Solaiman 

Edmay  

Glenn Fredly 

David Chalik 

Deddy Sutomo 

Penata musik : Tya Subiakto

Sinematografer: Yadi Sugandi

Penyunting: Satrio Budiono, Saft Daultsyah 

Distributor: Dapur Film, Mahaka Pictures

Tanggal rilis: 7 April 2011

Durasi : 100 menit 

Negara: Indonesia

Bahasa: Indonesia 

Anggaran: Rp. 5.000.000.000,-

Penghargaan : Festival Film Indonesia 2011 kategori Sinematografi Terbaik

(Yadi Sugandi)

Pendahuluan 

?adalah sebuah film drama layar lebar yang memiliki tema pluralisme agama di Indonesia yang dalam kehidupan nyata seringkali menjadi akar terjadinya konflik keyakinan antar umat beragama. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan ditulis oleh Titien Wattimena ini, mempunya kisah sejuta makna karena menampilkan kehidupan keluarga tiga agama dan budaya berbeda di tanah air (Islam, Katolik, dan Buddha) yang tinggal berdampingan serta berbagai konflik yang menyertainya. Setelah melewati rangkaian konflik keluarga dan pertemanannya masing-masing, sekelompok tokoh berbeda agama ini berhasil melangkah ke tahap kehidupan yang lebih harmonis dan damai. Film ke-14 Hanung Bramantyo ini dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris besar, seperti : 

  • Revalina S. Temat sebagai Menuk

  • Reza Rahadian sebagai Soleh 

  • Endhita sebagai Rika 

  • Agus Kuncoro sebagai Surya

  • Rio Dewanto sebagai Hendra

  • Hengky Solaiman sebagai Tan Kat Sun

  • Edmay sebagai Lim Giok Lie 

  • Glenn Fredly sebagai Doni

  • David Chalik sebagai Wahyu

  • Deddy Sutomo sebagai pastor di gereja Rika

Film ini dibuat Hanung berdasarkan pengalamannya sebagai anak ras campuran dan dibuat dengan maksud melawan penggambaran Islam sebagai "agama radikal". Namun, Hanung mengalami kesulitan dalam menemukan dukungan pendanaannya, karena tema film ini yang diangkat dari masalah pluralisme agama dan inti cerita yang kontroversial. Pada akhirnya, Hanung berhasil mendapat pendanaan Rp.5.000.000.000 untuk membiayai proses produksi film ini. Syuting film ini dimulai pada tanggal 5 Januari 2011 di Semarang. 

Pada tanggal 7 April 2011, film?dirilis. Selain sukses secara komersial, karena film ini juga mendapat ulasan yang menguntungkan dan telah dilihat oleh lebih dari 550.000 orang, film ini tidak luput dari berbagai macam kritikan. Pesan pluralismenya membuat film ini diprotes keras oleh beberapa kelompok Muslim di Indonesia, seperti Majelis Ulama Islam, Front Pembela Islam, dan yang lainnya. Film ini diputar secara internasional dan mendapatkan nominasi pada sembilan kategori Piala Citra di Festival Film Indonesia 2011 dan berhasil memenangkan satu diantaranya. 

Alur cerita 

Film ? memiliki fokus pada hubungan antar agama di Indonesia, sebuah negara tempat konflik agama menjadi hal yang umum, dan ada sejarah panjang kekerasan dan diskriminasi terhadap Tionghoa Indonesia. Alur cerita film menceritakan tentang 3 keluarga yang tinggal di sebuah area dekat Pasar Baru di Semarang, Jawa Tengah. Adalah keluarga Tionghoa-Indonesia yang beragama Buddha, Tan Kat Sun dan anaknya, Hendra; pasangan beragama Islam, Soleh dan Menuk; serta seorang konver Katolik, Rika dan anaknya yang seorang Muslim bernama Abi.

 

Sun dan istrinya menjalankan sebuah usaha restoran Tionghoa yang walaupun rumah makan itu menyajikan daging babi yang diharamkan dalam Islam, sebagai pemilik restoran, Sun tetap mempekerjakan pegawai muslim dan menghargai pengunjung yang berbeda agama dengannya. Untuk memastikan hubungan baik dengan karyawan muslim dan pelanggannya, Sun menggunakan peralatan khusus untuk mempersiapkan daging babi, karena ia tidak mengizinkannya untuk digunakan untuk hidangan lainnya. Selain itu, Sun memastikan pegawainya memiliki waktu untuk shalat. Ia juga memberi mereka liburan selama Idul Fitri, hari raya terbesar umat Islam. Salah satu karyawannya adalah Menuk, yang bersuamikan Soleh, seorang pengangguran bertemperamen tinggi. Menuk memiliki teman bernama Rika, seorang konver yang terlibat romansa dengan seorang aktor muslim yang kerap hanya menjadi figuran film, bernama Surya.

 

Pada usia 70-an, Sun jatuh sakit, dan usaha restoran pun terpaksa diambil alih oleh Hendra. Secara tidak bijak, Hendra memutuskan untuk mengubah kebiasaan restoran yang secara eksklusif hanya melayani masakan non halal dan tetap beroperasi di hari ke-2 Idul Fitri sehingga sejumlah pegawai muslimnya hanya mendapat libur satu hari. Konflik makin parah dengan masuknya Hendra ke dalam konflik antara Menuk dan Soleh, yang ternyata sebelumnya pernah menjadi kekasihnya. Menuk menjadi semakin tertekan setelah Soleh mengatakan kepadanya bahwa ia berencana untuk menceraikannya setelah merasa tidak dihargai sebagai laki-laki dan kepala keluarga.

 

Sementara itu, Rika juga merasa stres karena berpisah dari suaminya yang ingin memiliki istri lagi dan mempoligaminya serta kondisi dirinya yang dikucilkan oleh anak serta orang tua karena memilih untuk memeluk agama Katolik. Namun dibalik konflik ini adalah Surya teman berkasih Rika, yang berkonflik dengan dilema antara karir serta peran berakting yang didapatkannya. Berawal dari memerankan Yesus di gereja saat perayaan Natal dan Paskah, hingga menjadi Santa Klaus untuk menghibur anak teman Rika yang sakit. Walau terdesak masalah keuangan, Surya ragu hal tersebut bertentangan dengan agamanya dan akan menggoyahkan imannya. Kisah Rika berakhir manis dengan hadirnya orang tua Rika saat syukuran khatam Qur'an Abi yang menandakan telah direstuinya keputusan Rika perpindahan kepercayaan.

 

Setelah menganggur lama, akhirnya Soleh mendapat pekerjaan dengan bergabung bersama kelompok amal Islam, Nahdlatul Ulama (NU). Walaupun awalnya enggan menjaga keamanan gereja, di akhir hayatnya ia mengorbankan hidupnya saat menemukan sebuah bom yang ditaruh oleh seseorang dalam gereja Katolik di malam perayaan Natal. Dengan memeluk bom itu, Soleh bergegas lari dan membawa bom keluar dari gereja. Sayang, bom terlanjur meledak dalam dekapan Soleh sehingga ia meninggal dunia.

 

Di lain kisah, restoran milik Sun diserang oleh sekelompok pimpinan Soleh yang tidak terima ada restoran tetap buka kala Idul Fitri hari ke-2 hasil pemberlakuan aturan Hendra. Sun terluka akibat pukulan balok Soleh, dan meninggal beberapa hari setelah kejadian. Hendra yang menyesal merasa bersalah pada ayahnya, secara tak sengaja menemukan buku Asmaul Husna yang dihadiahkannya untuk Menuk. Usai membaca 99 Nama Allah dalam buku tersebut, Hen akhirnya menemui ustad, berkonsultasi dan berlanjut memeluk Islam. Lalu, ia mencoba untuk mendekati Menuk yang telah sendiri, meskipun tidak jelas apakah Menuk akan menerima dirinya.

 

Keunggulan 

 

Film ini diperankan oleh aktor dan aktris besar tanah air dari berbagai angkatan. Beberapa diantaranya yang familiar adalah Reza Rahadian sebagai Soleh, Glenn Fredly sebagai Doni, Rio Dewanto sebagai Hendra, Revalina S. Temat sebagai Menuk. Wajah lainnya pun tak asing di dunia film Indonesia. Akting dan dialog yang natural, serta penjiwaan karakter yang mereka lakukan, setting waktu dan tempat yang menarik, serta alur cerita yang sarat makna dan dekat dengan kehidupan nyata adalah sejumlah hal yang dapat menjadi alasan film ini layak ditonton bersama keluarga. 

 

Kelemahan 

 

Ada sejumlah keganjilan akting yang kurang sesuai, serta alur akhir yang tiba-tiba cepat selesai, seperti proses Hendra berubah sikap dan berpindah agama; serta kasus pemboman gereja yang kurang jelas penyelesaiannya, menjadikan film ini terasa kurang sempurna. 

 

Melanjutkan bagian keunggulan dan kelemahan. Saya membuat beberapa pernyataan yang dapat dikatakan sebagai keunggulan sekaligus kelemahan. Pertama,  film ini adalah salah satu film yang plotnya lebih dari satu. Di satu sisi penonton memiliki beberapa cerita yang bisa dinikmati. Namun, hal ini juga akan menimbulkan kebingungan bagi penonton untuk mengetahui kisah mana yang menjadi alur utama. Film ini juga tergolong penuh makna, dan melelahkan bagi mereka yang mencari tontonan ringan penghilang penat. Mengenai tema dan pesan moral yang ingin disampaikan, pada dasarnya sangat menarik mengingat Indonesia adalah negara dengan tingkat pluralisme tinggi. Saling menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda adalah salah satu hal yang selalu diajarkan dimanapun kita berada. Dibalik sisi menarik ini, ada sisi yang siap menjadi bahan kontroversi yang kerap laku diperbincangkan. 

 

Penutup

 

Akhirnya, untuk siapakah film ini direkomendasikan? Bisa dikatakan film ini cocok untuk mereka yang senang dengan kajian nilai-nilai kehidupan, namun tidak menutup kemungkinan menarik pula untuk ditonton oleh mereka yang penasaran dengan akting aktor dan aktris besar arahan sutradara besar pula. Di sisi lain, film ini kurang cocok untuk mereka yang menonton film hanya untuk hiburan dan mengistirahatkan otak setelah lelah berpikir. Dengan adanya tiga alur yang perlu diperhatikan serta tema film yang berbobot, jelas perlu tenaga ekstra untuk mencerna dan memperhatikan film ini. Saya merekomendasikan film ini kepada mereka yang ingin menambah bekal dalam menjalani hidup yang mengharuskan kita mudah beradaptasi dengan pluralisme sebab dapat saya pastikan, film ini adalah tontonan yang sangat menarik, penuh makna, sarat ilmu dan pesan moral. 

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/%3F_(film) 

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3920111/film-tanda-tanya-film-tentang-pluralisme-yang-sempat-diwarnai-kontroversi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun