Dalam dunia kesehatan, komunikasi merupakan dasar dari setiap interaksi antara petugas kesehatan dan pasien. Komunikasi yang efektif tidak hanya berperan dalam menyampaikan informasi medis, tetapi juga penting dalam membangun hubungan yang baik dengan pasien, terutama bagi mereka yang sedang mengalami distress atau menunjukkan perilaku agresif.
Apa Itu Komunikasi Asertif?
Komunikasi asertif adalah kemampuan menyampaikan pendapat, perasaan, atau informasi secara tegas tanpa mengabaikan hak-hak orang lain. Berbeda dengan komunikasi pasif yang cenderung menghindari konflik dan komunikasi agresif yang menekan hak-hak orang lain, komunikasi asertif mencari keseimbangan, sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas namun tetap menghargai pihak lain.
Tantangan dalam Berkomunikasi dengan Klien Distress Dan Agresif
Di sektor kesehatan, klien yang mengalami distress sering kali berada dalam kondisi emosional yang labil. Menurut Hans Selye, stress adalah respons tubuh terhadap tuntutan apapun, sementara distress merupakan jenis stress yang berdampak negatif. Distress yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kondisi mental yang lebih parah seperti depresi, sehingga kemampuan petugas kesehatan untuk berkomunikasi dengan empati dan asertif sangatlah penting.
Pentingnya Komunikasi Asertif dalam Tim Kesehatan
Komunikasi asertif tidak hanya penting dalam berinteraksi dengan pasien, tetapi juga dalam hubungan antar petugas kesehatan. Dengan komunikasi yang asertif, petugas dapat menyampaikan pandangan dan kekhawatiran mereka tanpa rasa takut, yang berkontribusi pada efektivitas tim. Beberapa manfaat dalam komunikasi secara asertif, yaitu:
1. Meningkatkan Efektivitas Tim
Komunikasi asertif memungkinkan setiap anggota tim untuk berbicara secara terbuka mengenai pendapat, kekhawatiran, atau saran tanpa rasa takut atau ragu, sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan.
2. Mengurangi Stress Antar Petugas Kesehatan
Saat berkomunikasi secara asertif, maka dapat mengekspresikan kebutuhan dan keterbatasan, sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan mengurangi konflik.
3. Meningkatkan Keselamatan Pasien
Komunikasi yang asertif antar petugas kesehatan lain dapat meningkatkan keselamatan pasien. Kesalahan komunikasi seringkali menjadi penyebab terjadinya suatu insiden medis.
Strategi Meningkatkan Komunikasi Asertif
Dalam berkomunikasi asertif diperlukan pelatihan komunikasi untuk meningkatkan komunikasi asertif. Pelatihan ini dapat memberikan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan dan memastikan bahwa setiap interaksi, baik dengan pasien maupun antar petugas, berjalan dengan lancar dan produktif. Dalam meningkatkan komunikasi asertif terdapat beberapa strategi, yaitu:
1. Memperhatikan Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sehingga diperlukan banyak latihan untuk meningkatkan gaya komunikasi. Salah satu gaya komunikasi saat berkomunikasi secara asertif yaitu menggunakan "aku" atau "saya", dua kata tersebut menandakan bahwa kita fokus akan pembicaraan.
2. Meminta Umpan Balik
Umpan balik adalah hal yang penting dalam meningkatkan komunikasi asertif karena dapat dijadikan suatu pembelajaran. Dalam latihan komunikasi asertif, umpan balik dapat berupa tanggapan orang lain mengenai cara kita berkomunikasi.
3. Gunakan Bahasa Tubuh
Salah satu cara terbaik dalam mempraktekkan komunikasi asertif yaitu menggunakan bahasa tubuh. Tetap menjaga kontak mata dengan lawan bicara serta membawa ekspresi wajah merupakan salah satu dalam bahasa tubuh.
Dampak Komunikasi Asertif dalam Dunia Kesehatan
Penggunaan komunikasi asertif yang efektif memiliki dampak signifikan,baik dalam petugas kesehatan maupun dengan klien distress dan agresif. Dalam konteks antar petugas kesehatan, komunikasi asertif mampu mengurangi kesalahan komunikasi, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan keselamatan pasien.Â
Dukungan dari pemimpin organisasi juga sangat diperlukan untuk mendorong budaya berbicara yang terbuka dan asertif di lingkungan kerja.
Sementara itu bagi klien, komunikasi asertif membantu mengurangi perilaku agresif dan meningkatkan kontrol diri. Ketika pasien merasa didengarkan dan dihargai, mereka lebih mungkin untuk merespons dengan cara yang lebih tenang dan kooperatif. Hubungan terapeutik yang kuat antara petugas kesehatan dan pasien juga akan terbentuk, menciptakan rasa saling percaya yang penting untuk perawatan yang efektif.
Dapat disimpulkan bahwa, komunikasi asertif adalah keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap petugas kesehatan. Tidak hanya untuk meningkatkan kolaborasi antar tim, tetapi juga untuk membantu pasien yang berada dalam kondisi distress dan agresif. Dengan komunikasi secara asertif, petugas kesehatan dapat memastikan bahwa pesan yang mereka sampaikan dipahami dengan baik, tanpa mengabaikan perasaan atau hak-hak pihak lain. Pada akhirnya, komunikasi asertif berperan besar dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan kesejahteraan pasien.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI