Mohon tunggu...
Prabu Mulya Singacala
Prabu Mulya Singacala Mohon Tunggu... Relawan - Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Mulya Institut (MI) pendor sekolah berkebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ekonomi Kuat ada di Pesta Demokrasi

2 November 2024   22:22 Diperbarui: 2 November 2024   22:39 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ekonomi Kuat ada di Pesta Demokrasi

Oleh: Mulya 

Nak, kalau mau melihat Indonesia sejahtera lihat pilpres dan pilkada, ukurannya banyak terpasang baliho, bener, pamflet dan APK lainnya. Namun ketika selesai pilpres dan pilkada ekonomi kita kembali lesu dan bahkan tidak berdaya, untuk pasang pengumuman buang sampah aja harus urun rembuk warga masyarakat. Oleh karena itu, ekonomi Indonesia bergeliat hanya di pilpres dan pilkada saja. 

Pernyataan ini disarikan dari obrolan kecil Ayah dan Anak yang sedang belajar mengamati keadaan kesejahteraan saudara sendiri, rasanya bukan isapan jempol belaka, karena ekonomi kita benar-benar tumbuh saat pilpres dan pilkada saja. 

Kok demikian, tentu pertanyaan ini perlu di buktikan, kalau kita hitung dengan jarikulator sepasang baliho yang ada di pinggir jalan memakan biaya minimal 300.000,- apabila ditemukan 100 baliho yang terpasang maka uang yang dihamburkan untuk ditonton saja mencapai 300 juta rupiah. Sungguh luar biasa bukan. 

***

Ini hari dimana demokrasi diciptakan, kita sudah sepakat pesta demokrasi jadi pilihan, maka ketika ada pesta maka ada poya pora yang di lakukan dan penikmat poya pora itu hanya segelintir orang. 

Pilih kita ya pesta demokrasi, pemilihan pemimpin itu jalannya hakikatnya adalah pesta yang semua orang berbahagia disaat nya, begitu yang di upayakan dan di ciptakan dan kita masyarakat menikmatinya. 

Pilkada dan pilpres jadi indikator tambahan untuk menguji kekuatan ekonomi masyarakat, sumbangan para pengusaha sangat diharapkan, bukan mony politik tapi ini bukti suka citanya demokrasi yang kebablasan. 

Begitu indikator ekonomi berjalan. Uang beredar dimasyarakat jadi lebih banyak tapi kebutuhan produk lebih menyempit dan yang masyarakat inginkan hanya sebaran rupiah yang tak peduli masa depan. Sungguh sebuah musibah jadinya. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun