Mohon tunggu...
Prabu Bathara Kresno
Prabu Bathara Kresno Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Sosial Ahli Pertama

Dalam Asa, Rasa, Cipta, Karsa dan Karya Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lain Sisi: Yang Sabar Ya Bos - Karena Surat, Uangku Bisa Cair

17 Juni 2017   01:50 Diperbarui: 17 Juni 2017   02:07 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya nggak akan mundur pak dengan kondisi saya, camkan itu pak!!!” tegas Ibu Mesnami.

“Waduuh prosedur bu prosedur…. Itu adalah cara kerjanya di PKH mulai pemutakhiran kemudian verifikasi hingga sampai pada penghitungan bantuan, gitu lho bu maksudnya saya…” Salim mulai kehilangan kesabaran.

Ibu Mesnami adalah satu dari ibu-ibu di Indonesia yang kecanduan dengan film sinetron di TV, yang terkadang tak sadar ia bawa adegan film tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Kalau ada seorang sutradara yang melihat tingkah Ibu Mesnami pasti langsung diminta ikut casting.

“Pokoknya saya nggak mau tahu pak, yang penting duit saya harus dibayar… Anak saya sudah sekolah pak, pertemuan kelompok juga sudah saya ikuti, sekarang kok tiba-tiba Bapak bilang uang saya tidak cair, saya tidak terima pokoknya tidak terima” Ibu Mesnami kembali meninggikan suaranya, sampai tetangga di sebelah rumahnya ikutan nimbrung dari jendela.

“Lho gini lho dengarkan penjelasan saya dulu, anak ibu kan sudah sekolah tapi pihak sekolah menyatakan anak ibu tidak sekolah.” Salim menjelaskan.

“Bagaimana bisa pak, anak saya itu sekolahnya aktif. Dulu kan Bapak tahu sendiri, waktu apa itu pemutihan? Kan sudah saya jelaskan anak saya sekolah pak” jawab Ibu Mesnami.

“Pemutihan? Pemutakhiran mungkin maksud ibu, tapi pihak sekolah menyatakan seperti itu bu, tahap kemarin memang anak ibu aktif sekolahnya tapi tahap ini tidak ada” jawab Salim ambil menunjukkan lembar verifikasinya.

“Anak saya sekolah pak, sekolaaaaaaaah……itu apa kertas, kok dibawa kesini, saya nggak bisa baca pak, coba ngeledekin saya ya pak” mata Ibu Mesnami melotot ke verifikasi yang dibawa Salim.

“Ini lho bu, ini lho buktinya…..” Salim menyodorkan verifikasinya, tapi percuma juga kalau ngomong ke KPM dampingan yang buta huruf padahal biarpun tidak bisa membaca KPM seperti ini tahu berapa jumlah uang yang diterima dan kalaupun kurang pastinya langsung protes ke pendamping.

Perbincangan panas dan sengit sudah tidak bisa dihindarkan, antara Salim dan Ibu Mesnami, Salim sudah kehilangan kesabaran. Bukannya kejelasan yang didapat malah alur cerita yang semakin rumit. Ia menyadari betapa susahnya menjadi pendamping kalau menghadapi masalah seperti ini, biarpun sudah 8 tahun jadi pendamping tetap juga kadang kesulitan. Pendamping PKH adalah ujung tombak dari program dari Pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, dan terhadap kondisi di lapangan seperti ini Salim juga yang harus menghadapi. Setumpuk materi yang dia dapat dari diklat pendamping dulu seolah tidak ada gunanya kalau di lapangan, mau setinggi apapun ijazahnya tetap yang dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan.

“Oke bu, kalau Ibu tetap ngotot kalau anaknya sekolah, saya akan minta keterangan sekali lagi dari pihak sekolah. Sebentar ya bu saya akan mencoba menelepon lagi pihak sekolah” kata Salim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun