Mami..Mami, sudah papi putuskan sepenuh hati
Kita harus main cantik berdua kaki
Kaki kanan menendang, mengelus pakai kaki kiri
Yang satu alirkan bola ke gawang, yang lain garuk punggung sendiri
#
Papi tidak sanggup melawan arus yang deras
Hantarkan anak kita di singgasana teratas
Menjadi pengekor dia jelas tak puas
Para simpatisanpun mulai terkuras lepas
#
Ini bukan pertunjukan sulap simsalabim
Bukan pula ajang dapat simpati dari "playing victim"
Ketika logistik dan dana segar terlambat dikirim
Lepas kesempatan jadi "the rising star" tanpa salam salim
#
Menyelamatkan biduk ini lebih utama
Karena mungkin saja tidak masuk ke syarat minimalnya
Sudah terlalu banyak prahara ada disana
Rakyat muak kaderpun kutu loncat semua
#
Yang penting mami tahu
Dimanapun kaki kita disini dan disitu
Hati papi tetap romansa tetap merindu
Tuk selalu bilang pada mami kata indah " ai lap yu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H