Mohon tunggu...
Mohamad Irvan Irfan
Mohamad Irvan Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Aktifis Sosial

Sedang belajar jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fanatisme Tak Selalu Negatif, namun Tetap Diwaspadai

29 Maret 2019   22:20 Diperbarui: 11 Desember 2019   23:32 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4) Rela mengorbankan diri untuk mencapai tujuan.
-Rela mengorbankan diri untuk suatu tujuan adalah hal yang biasa bagi semua orang fanatik, apakah itu terkait dengan agama, politik, dunia hiburan, hobi, atau lainnya.

- Selain dirinya sendiri, seorang fanatik bahkan rela mengorbankanorang-orang terdekatnya, untuk menunjukkan kerelaanya kepada "tujuan mulia," atau jika dia seorang pemimpin nasional yang lebih suka mengorbankan warganya ketimbang harus berunding atau menyerah.

Fanatisme dan Fundamentalisme: Kembar tak identik
Perbedaan utama Fanatisme dan Fundamentalisme adalah, bila fundamentalisme lebih kepada fenomena sikap (atitiude), berhubungan dengan suatu pandangan dunia tertentu, misalnya Perempuan muslim harus memakai cadar, sebagai sikap menuruti ajaran Islam yang diyakininya. Sementara fanatisme lebih kepada sebuah fenomena prilaku, misalnya fans klub sepakbola, hobi seperti main game, dsb.

Misalnya, tak semua jenis fanatisme diambil dari pandangan dunia (contohnya fanatisme yang berhubungan dengan olahraga, hiburan atau hobi), sementara fundamentalisme selalu berdasarkan pada suatu pandangan dunia tertentu. Fundmentalis percaya bahwa pandangan dunianya harus dipatuhi oleh semua orang. Jika fundamentalisme hanya menunjukkan sikap "Ini Kami, hormati sikap kami", tak terlalu menjadi masalah, tetapi bila sudah mulai bertindak ekstrim memakai kekerasan untuk memaksakan sikapnya kepada orang lain, itu sudah mendekati terorisme. Sementara fanatik, sebagian berbuat begitu, sebagian tidak. Contohnya fanatik politik , orang-orang yang fanatik politik tidak selalu memegang teguh pandangan dunianya (ideologi)pandangan dunia (ideologi)dalam ideologi, pada masa puncak Fasisme dan Nazisme pada tahun 1930-an, banyak elit partai komunis di Eropa, salah satunya adalah Partai Komunis Belanda, banyak elit Partai Komunis Belanda  berubah haluan ideologi menjadi Fasisme dan nazisme. Atau ketika runtuhnya rejim komunisme di Eropa, banyak elit partai komunis berubah drastis menjadi sangat liberal. Sementara Fundamentalisme tak akan pernah berubah pandangan dunianya, orang fundamentalis memegang teguh  pandangan dunianya sampai akhir hayat.

Pada akhirnya, kita perlu memahami bahwa meskipun fanatisme dan fundamentalisme bukan kembar identik, dalam prakteknya keduanya seringkali berhubungan satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun