"Aku ingin bekerja dulu, mencari pengalaman. Tapi yang paling penting, aku ingin pulang, menghabiskan waktu bersama keluarga sebelum memulai petualangan baru," jawab Arya dengan mata berbinar.
Malam itu, setelah kembali ke kos, Arya merasa lebih ringan. Diskusi dengan Rina dan obrolan hangat di kafe tadi siang memberinya perspektif baru. Ia menatap layar ponselnya, melihat foto keluarga yang menjadi latar belakang. Arya menulis pesan singkat kepada ibunya, "Aku merindukan kalian. Sebentar lagi aku selesai, dan aku akan pulang."
Arya kembali duduk di depan laptopnya, menyelesaikan tugas akhir dengan semangat yang baru. Senyum di balik kerinduannya, meski sederhana, memberinya kekuatan untuk terus maju. Di tengah malam yang hening, hanya suara ketikan keyboard dan hati yang penuh harapan yang menemani Arya, seorang mahasiswa yang selalu mencari cahaya di balik kerinduan yang mendalam.
Arya sedang asyik mengetik tugas akhirnya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari teman sekelasnya, Dika, masuk. "Arya, ada masalah besar. Tugas kelompok kita belum lengkap, dan kita harus mengumpulkannya besok!" Arya mengerutkan kening. Ia telah menghabiskan berjam-jam untuk tugas akhir dan tidak menyangka bahwa tugas kelompok yang mereka kerjakan bersama Dika dan Nina, teman sekelasnya yang lain, belum selesai.
Arya segera menghubungi Dika. "Dika, apa yang terjadi? Bukankah kita sudah membagi tugasnya dengan baik?" tanyanya dengan nada cemas. Dari seberang telepon, Dika terdengar gelisah. "Iya, tapi Nina bilang dia tidak bisa menyelesaikan bagiannya karena ada masalah keluarga mendadak. Aku juga sibuk dengan pekerjaan paruh waktu. Aku benar-benar butuh bantuanmu, Arya," kata Dika.
Arya menghela napas berat. Tugas kelompok itu sangat penting, dan dia tidak bisa mengabaikannya. Namun, tugas akhirnya juga sangat mendesak. Ia berada di persimpangan dilema, merasa terjebak di antara tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan tanggung jawab terhadap teman-temannya.
Tanpa berpikir panjang, Arya menghubungi Rina. "Rina, ada masalah. Tugas kelompok kita belum selesai, dan kita harus mengumpulkannya besok. Nina ada masalah keluarga, dan Dika sibuk dengan pekerjaan paruh waktu. Aku tidak tahu harus bagaimana," kata Arya, suaranya terdengar putus asa.
Rina langsung merespon dengan tegas, "Tenang, Arya. Kita bisa melewatinya. Ayo kita bertemu di perpustakaan sekarang. Aku akan membantumu."
Sesampainya di perpustakaan, Arya dan Rina langsung bekerja keras menyelesaikan tugas kelompok itu. Mereka bekerja hingga larut malam, berusaha menyelesaikan setiap detail dengan teliti. Sementara itu, pikiran Arya terus melayang ke tugas akhirnya yang juga membutuhkan perhatian penuh.
"Rina, aku benar-benar khawatir. Tugas akhirku juga belum sepenuhnya selesai," kata Arya di sela-sela mengetik. Rina menepuk pundaknya, memberikan semangat. "Kita selesaikan ini dulu. Setelah itu, aku akan membantumu dengan tugas akhir. Kita pasti bisa, Arya," ucap Rina dengan yakin.
Pada saat yang sama, Nina mengirim pesan kepada Arya, meminta maaf karena tidak bisa menyelesaikan bagiannya. "Maafkan aku, Arya. Aku tahu ini memberatkanmu, tapi keluargaku sedang dalam masalah besar. Terima kasih sudah mengerti," tulis Nina. Arya merasa berat, tetapi ia mengerti situasi Nina. Ia membalas pesan itu dengan kata-kata yang menenangkan, menyampaikan bahwa mereka akan menyelesaikannya bersama.