Matahari baru saja menyembulkan sinarnya ketika Arya, seorang mahasiswa semester akhir membuka pintu kamar kosnya yang sederhana. Aroma kopi yang diseduhnya seolah menjadi pengiring semangat untuk memulai hari yang penuh rutinitas. Arya memandangi dinding kamarnya yang dipenuhi foto-foto kenangan bersama keluarganya di kampung halaman. Kerinduan yang mendalam sering kali menghampirinya, terutama pada saat-saat seperti ini, ketika kesibukan kuliah dan tugas-tugas akhir menyita hampir seluruh waktunya.
Setelah menyantap sarapan sederhana, Arya bergegas menuju kampus. Di kampus, suasana sudah mulai ramai oleh mahasiswa yang berlalu lalang. Di sinilah Arya bertemu dengan sahabat karibnya, Rina. Rina adalah mahasiswa yang aktif dalam berbagai organisasi, selalu ceria, dan menjadi penyemangat bagi Arya di tengah kesibukan kuliah. "Pagi, Arya! Sudah siap untuk presentasi nanti?" sapa Rina dengan senyum lebar. Arya hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
Siang itu, setelah menyelesaikan presentasi, Arya dan Rina memutuskan untuk makan siang di kantin kampus. Mereka duduk di sudut ruangan yang menghadap taman, tempat yang biasa mereka kunjungi untuk sekadar melepas penat. Taman kampus dengan pepohonan rindangnya selalu memberikan ketenangan bagi Arya. Namun, meskipun berada di tengah keramaian, rasa rindu kepada keluarganya tetap mengiringi setiap langkahnya.
Malam harinya, Arya pulang ke kos dan duduk di depan meja belajarnya. Laptop terbuka, menampilkan layar dengan tulisan tugas akhir yang hampir rampung. Namun, pikirannya melayang jauh, membayangkan senyum ibu dan adiknya yang selalu menemaninya di rumah. Kerinduan itu semakin menguat saat malam menjelang. Telepon dari ibunya menjadi momen yang paling ditunggu Arya setiap malam. "Kami merindukanmu, Nak," suara lembut ibunya dari seberang telepon membuat hatinya hangat meski jarak memisahkan mereka.
Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa, Arya selalu berusaha mencari senyum di balik kerinduan yang terus membayanginya. Entah di rumah, kampus, taman, atau di manapun dia berada, senyum itu selalu menjadi penyemangatnya untuk terus melangkah dan meraih mimpi-mimpinya.
Arya mencoba fokus kembali pada layar laptopnya. Suara-suara kecil dari kamar sebelah, suara hujan rintik-rintik yang mulai turun, semuanya seakan bersekongkol mengalihkan perhatiannya. Ia menarik napas panjang, berusaha mengumpulkan kembali semangatnya. Saat itu, notifikasi pesan masuk dari Rina muncul di layar ponselnya.
"Bagaimana tugas akhirnya? Sudah hampir selesai, kan?" tanya Rina dalam pesannya.
Arya tersenyum tipis dan membalas cepat, "Sedikit lagi. Besok kita ketemu di perpustakaan, ya. Ada yang ingin aku diskusikan."
Rina selalu menjadi teman yang setia mendampingi Arya dalam berbagai situasi. Di saat-saat seperti inilah Arya merasa bersyukur memiliki sahabat yang selalu siap membantu dan mengerti keadaannya. Setelah membalas pesan Rina, Arya menutup laptopnya dan merebahkan diri di tempat tidur. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar, pikiran melayang ke masa-masa di rumah, bermain bersama adiknya di halaman, dan tawa ibunya yang selalu menenangkan.
Keesokan paginya, Arya berangkat lebih awal ke kampus. Udara pagi yang segar dan sinar matahari yang hangat memberinya semangat baru. Di perpustakaan, Rina sudah menunggunya dengan tumpukan buku di meja. "Pagi, Arya! Siap berdiskusi?" sapanya ceria. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, meneliti, dan menyempurnakan tugas akhir Arya. Setiap kali Arya merasa lelah, senyum dan dorongan semangat dari Rina membuatnya kembali bangkit.
Siang itu, mereka memutuskan untuk makan siang di kafe kecil dekat kampus. Kafe itu terkenal dengan suasana yang nyaman dan makanan yang lezat, menjadi tempat favorit mahasiswa untuk melepas penat. "Arya, setelah lulus nanti, apa rencanamu?" tanya Rina sambil menyeruput kopi pesanannya. Arya terdiam sejenak, memikirkan jawabannya.