Disinilah aku hidup,
Dan pada akhirnya, pelan-pelan menghantarkan aku ke dalam keadaan dimana aku bukan lagi aku, karena aku menjelma menjadi sebuah perspektif.
Bagi orang bodoh, aku adalah kebudayaan, budaya.
Bagi orang pandai, aku adalah musuh yang harus dijauhi.
Bagi seorang pemalas, aku adalah keputusasaan.
Bagi seorang skeptis dan sinis, aku adalah keabadian. Dan akulah palu penghakiman.
Bagi seorang perfeksionis, aku adalah aib.
Bagi seorang ‘religius’ dangkal, aku hanyalah ‘dosa’.
Bagi seorang penggosip, aku adalah hiasan dan pernak-pernik yang indah bagi mulutnya.
Bagi seorang lawan, aku adalah senjata, akulah bom waktu.
Bagi seorang bijaksana, aku adalah guru.