Mohon tunggu...
Vox Populi
Vox Populi Mohon Tunggu... Buruh - Pengamat

Vox populi vox moneta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Megawati adalah Contoh Betapa Tak Terhingga Kasih Seorang Ibu

6 Oktober 2022   16:08 Diperbarui: 6 Oktober 2022   16:11 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbekal dukungan pemerintah, kubu Suryadi yang merasa sebagai pengurus sah berusaha merebut kantor pusat PDI di Jakarta. Terang saja kubu Megawati tidak mau menyerahkan begitu saja.

Puncaknya adalah apa yang kita kenal sebagai Peristiwa Kudatuli, "kudeta" 27 Juli 1996. Kubu Megawati terusir, sedangkan kubu Suryadi ditetapkan Pemerintah sebagai pengurus sah PDI.

Meski secara politik kalah, ternyata kejadian ini kian melambungkan popularitas Megawati. Dia mendapatkan momentum emas saat Soeharto lengser dan ada desakan untuk membentuk pemerintahan baru dengan menggelar Pemilu pada 1999.

Tekad Bulat

Jelang Pemilu 1999, Megawati dan pendukungnya mendirikan PDI Perjuangan. Sama-sama berlogo kepala banteng, tetapi bentuknya bulat dan bantengnya tampak marah dengan sepasang mata merah darah.

Kita sama-sama tahu, PDIP keluar sebagai peraih suara terbanyak dalam Pemilu 1999. Artinya, politikus PDIP mendominasi dewan legislatif yang akan mendapat amanat untuk memilih presiden dan wakil presiden.

Kemenangan PDIP dan popularitasnya yang tengah di puncak, membuat nama Megawati digadang-gadang sebagai calon kuat presiden terpilih. Keadaan yang membuat PDIP lengah, sehingga kecolongan oleh Amien Rais yang menggalang Poros Tengah.

Apa yang dilakukan Amien Rais meruntuhkan imaji PDIP untuk mengembalikan Megawati sebagai penghuni Istana Negara.  Ternyata kebanyakan partai di DPR/MPR bergabung dengan Poros Tengah, mengeroyok PDIP.

Di luar perhitungan banyak pihak, justru Abdurrahman Wahid yang keluar sebagai pemenang pemilihan presiden di MPR. Megawati duduk di urutan kedua, sehingga mau tak mau harus rela menjadi wakil presiden.

Jadi, Megawati adalah ketua umum partai pemenang pemilu yang gagal menjadi presiden. Ketika kemudian dia "naik pangkat" jadi presiden, itu terjadi karena (lagi-lagi) manuver Amien Rais yang mendongkel Gus Dur.

Pendek kata, Megawati dan PDIP terlihat kurang lincah dalam beratraksi di panggung politik. Kemalangan yang mereka terima di 1999 dan keuntungan yang mereka dapat pada 2001 adalah akibat manuver pihak lain.

Seolah tak mau belajar dari pengalaman, PDIP dan Megawati kembali kena tikung di Pemilu 2004. Bekas pembantu Megawati di kala menjabat presiden, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mendirikan Partai Demokrat yang langsung melesat sebagai pemenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun