Mohon tunggu...
Pointri Dinita
Pointri Dinita Mohon Tunggu... Penulis - catatan kecil

zona mencatat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karnaval

24 Juni 2021   10:24 Diperbarui: 24 Juni 2021   10:33 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Frans merinding karena terharu sekaligus bangga walau disini dia berbeda, namun dia adalah salah satu dari budaya Indonesia. Si bule masih terheran-heran dan Frans membusungkan dada. Rombongan Jawa Tengah mulai berarak mendekati Frans, hati Frans kembali berdebar, ada cintanya didalam rombongan itu. Dimual dari baris awal para pemuda mengenakan kostum petani, di belakangnya ada empat pemuda berjingkat-jingkat di atas kuda mainan. Pemuda yag paling kanan terlihat pucat, gerakannya tak selincah yang lainnya. Belum makan mungkin dia atau kehabisan cairan karena terpanggang di atas aspal.

Anastasya sungguh cantik, beriringan dengan yang lainnya, meski tidak menonjol tapi Frans telah mengenalinya. Tempo hari dia bercerita, dia akan mengenakan pakaian pengantin jawa, dengan balutan batik yang bercorak untuk pengantin jawa. Pakaian di Jawa ini unik-unik tidak sesederhana pakaian di tanah kelahiran Frans, ada batik yang memiliki filosofi di setiap goresannya. Orang Jawa memang banyak berfilosofi. Berkesenian ataupun berkreasi yang sarat makna di dalamnya. Bagi masyarakat Jawa, hidup penuh dengan aturan dan norma yang memang harus dipatuhi.

"Kau tahu Frans, setiap motif batik menyimpan makna dan fungsinya masing-masing, setiap menggoreskan canting ke kain putih, para perempun di Jawa juga menorehkan harapan di dalam batiknya" Frans dengan baik mendengarkan penjelasan pujaan hatinya

"Misalnya motif kawung bermakna keinginan dan usaha keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang bekerja keras akan menuai hasil, walau terkadang harus memakan waktu lama. Motif parang kusuma yang bermakna hidup harus dilandasi dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman bunga kusuma. Contohnya bagi orang Jawa yang paling utama dari hidup di masyarakat adalah keharuman pribadi tanpa meninggalkan norma yang berlaku akan terhindar dari bencana lahir dan batin."

Anastasya... oh Anastasya, gadis elok nan rupawan. Dia melambai perlahan, tak jarang melemparkan senyumnya kepada Frans. Frans membumbung di atas awan. Gadis kuning langsat itu berjalan sedikit-sedikit karena lilitan kain batik sido mukti yang tempo lalu diceritakan maknanya oleh Anastasya.

"Motif ini berasal dari daerah Surakarta, dan biasanya dikenakan temanten putra putri saat resepsi. Motif Batik Sido Mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat.. "

Tanah surga butuh Anastasya sebagai bidadarinya, beberapa kali Frans menjelaskan kepada papa dan mama ketika pulang tempo lalu, papa menolak keras cintanya. Mama sebagai seorang yang bijaksana pun tidak berani membujuk papa. Frans tahu dalam hati mama juga melarang cintanya, mama hanya bernapas panjang beberapa kali kemudian tersenyum kecut kepada Frans, dan Frans telah yakin benar cintanya tidak direstui.

"Frans... cukup ko ambil ilmu di Jawa, selesaikan kuliah ko dan kembalilah secepatnya kesini" itulah kalimat terakhir mama, kemudian mama dan papa kompak mendiamkan Frans berhari-hari sebelum ia kembali ke Jawa.

Arak-arakan pentas budaya sudah setengahnya Frans lihat, berbagai karakter pula Frans amati.  Frans sedang meresapi kerinduannya dan cintanya yang menyatu dalam karnaval ini. Andaikan papa dan mama melihat betapa anggun pujaan hatinya. Banyak hal memang yang berbeda diantara keduanya, warna kulit, jenis rambut, tutur kata Anastasya yang lemah lembut berbeda dengannya. Hati Frans berontak.

Belum pernah Frans mencintai gadis, hanya Anastasya, dan bagaimana pun jadinya harus Anastasya.

Banyak orang telah pulang, lapak-lapak pedagang kaki lima mulai berbenah, pedagang es cendol sudah duluan pulang, ia paling riang. Wajah-wajah lugu anak-anak terlihat kuyu tapi senyumnya masih mengembang. Anak memakai topi jerami melompat-lompat di atas pundak bapaknya menirukan tarian khas Papua tadi. Ibu yang memakai payung telah melipat payungnya, anak yang digendongnya telah tertidur pulas. Semua berbenah menandakan karnaval hampir usai, masih ada rombongan penutup dari salah satu instansi pemerintahan. Matahari telah cukup menyinari hari ini dan akan kembali esok pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun