Kala itu, ia memimpin satu pleton pasukan Brimob menyisir hutan di pedalaman Aceh Timur.
Targetnya, mencari keberadaan kelompok bersenjata yang bikin onar dan nyaris merusak perdamaian yang telah terbina di bumi Iskandar Muda.
Setelah tiga hari berada di belantara dengan berjalan kaki, pasukan Yozana sudah begitu dekat dengan kelompok pengacau tersebit.
Pilihannya hanya dua; serbu atau selamatkan nyawa pasukan dengan menghindari kontak tembak.
"Kalau perintah serbu, pasti ada korban baik dari kelompok target maupun pasukan saya. Situasi sulit, saya istiqamah untuk hindari korban jiwa atau luka," cerita Yozana mengenang.
Akhirnya, kelompok target menyerahkan diri dan tugas Yozana berakhir dengan tidak ada korban dari kedua belah pihak.
"Ini pengabdian pada Merah Putih. Damai lebih indah ketimbang perpecahan hingga memakan korban jiwa," tambah pria supel ini.
Baginya, memimpin pasukan bukan semata memerintah sesuai kehendak hati, tapi lebih menjadi pengayom dan melindungi pasukannya dari segala ancaman bahaya dalam bertugas.
"Pengabdian selesai sesuai target tugas dan tidak ada yang dikorban, itulah hakikatnya," pungkas Yozana Fajri Sidik AF.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H