Mohon tunggu...
Poe Three
Poe Three Mohon Tunggu... Arsitek - citizen of the world

Keep Calm and Write It On..

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membuat Belajar Jadi Menyenangkan, Resensi Buku "Teach Like Finland" Bagian 1/2

17 Juli 2020   20:01 Diperbarui: 17 Juli 2020   20:02 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar itu Seumur Hidup

Buku ini amat relevan untuk dibaca tidak hanya bagi siswa, kalangan akademis seperti dosen, kepala sekolah, guru, tenaga pendidikan, namun juga bagus untuk dibaca oleh orang tua siswa, yang seringkali (terutama di era "School From Home" seperti sekarang) berperan ganda sebagai guru, motivator keluarga, ibu/bapak rumah tangga, karyawan, wirausahawan, apapun 'profesi' anda buku ini tetap layak dibaca. Mengapa? 

Karena buku ini relevan bagi semua orang yang ingin belajar. Hal ini karena menurut saya pembelajaran itu kita jalani seumur hidup, selama kita masih mau belajar dan memperbaiki diri. 

Dan buku ini memberikan kiat-kiat praktis dan relatable untuk kita gunakan tidak hanya ketika mengajar anak/orang lain, namun juga ketika kita belajar untuk berkembang dalam hidup kita sendiri sehari-hari.

Saya berusaha tidak menjabarkan secara lengkap, namun hanya mencoba memberikan gambaran betapa menariknya buku ini sehingga (harapannya) anda makin tertarik untuk membacanya. Berikut hal-hal yang paling saya suka dari buku ini.

Mengapa Finlandia?

Finlandia adalah negara Nordic di utara Eropa yang mengejutkan dunia pendidikan internasional dengan hasil tes PISA (Programme for International Student Assessment) -- sebuah program  penilaian berbasis kompetensi murid di usia 15 tahun dalam kemampuan berpikir kritis di pelajaran Matematika, Sains dan Bahasa -- yang menunjukkan bahwa siswa-siswa di negara ini mampu mencetak skor tertinggi pada tahun 2001, 2003 dan 2006. 

Di sisi lain diketahui bahwa jam pelajaran di Finlandia tergolong pendek, pekerjaan rumah minimalis, dan ujiannya tidak terlalu terstandarisasi. Lalu, bagaimana negara ini bisa terus mencetak siswa-siswa yang berprestasi?

Buku ini memberikan gambaran kelas dan sekolah di negara itu dari kacamata seorang guru berkebangsaan Amerika yang berkesempatan mengajar di Sekolah Dasar Finlandia setelah hijrah ke negara tersebut. 

Hijrahnya dimotivasi oleh kelelahan dengan standar sistem pengajaran yang tinggi di negara asalnya, penuh pressure dan ekspektasi baik dari pemerintahnya, institusi sekolah, orang tua muridnya, dan terutama dirinya sendiri.

Kepindahannya ke Finlandia memberikan penulis pengalaman yang saya rasa mengubah pandangannya bukan hanya sebagai seorang pengajar, namun juga sebagai orangtua dan bagian dari masyarakat. 

Kita sebagai pembaca juga dapat dengan mudah mengambil poin-poin yang disajikan penulis dalam rangka membuat suasana 'belajar' menjadi lebih menyenangkan.

Dimulai dengan Kebahagiaan

Kebahagiaan bukanlah semata-mata hasil akhir --misalnya dapat nilai bagus sehingga bahagia-, namun sebuah awal sekaligus dasar pembelajaran. Kebahagiaan bukanlah hasil dari kesuksesan namun kunci dari kesuksesan.

Pendidikan di Finlandia ternyata mengedepankan kebahagiaan siswanya diatas prestasi akademis. Lebih jauhnya mereka percaya bahwa siswa yang bahagia akan menjadi pelajar yang lebih baik. 

Kebahagiaan sendiri (ketika kebutuhan dasar seperti pangan dan papan telah terpenuhi), bisa dilihat dari 4 bahan utama yaitu : rasa memiliki (keterlibatan), kemandirian, penguasaan dan pola pikir (Raj Raghunathan, 2016). Penulis menambahkan kesejahteraan sebagai komponen kebahagiaan dalam belajar.

Kesejahteraan

Tempat belajar sepatutnya memberikan kesempatan yang sama bagi pelajar. Di Finlandia, tidak ada sekolah swasta, semua sekolah memiliki standar yang sama sehingga apapun latar belakang sosial ekonomi (budaya umumnya tergolong homogen di Finlandia), murid bisa memperoleh hak pendidikannya dengan merata.

Finlandia memperhatikan jadwal istirahat otak (15 menit istirahat tiap 45 menit pelajaran), belajar sambil bergerak untuk anak-anak aktif, kelas di alam secara rutin untuk menghirup udara segar, guru secara rutin bermain dengan murid, hingga merayakan hasil pembelajaran siswa dengan cara eksibisi kelas.

Finlandia juga tegas dalam hal menjaga perdamaian, prinsipnya adalah siswa tidak menyakiti dan mengganggu diri sendiri dan orang lain. Bullying/perisakan/perundungan juga amat diperhatikan di sekolah, dimana pihak-pihak yang terlibat didorong untuk menyelesaikan masalah dengan sekolah sebagai mediatornya.

Yang paling saya suka adalah program berkawan, dimana murid kelas atas diharuskan dalam jangka waktu tertentu, mengajari dan menemani adik-adik kelasnya bermain (misalnya kelas 5 dengan kelas 1, kelas 8 dengan kelas 6, dst). Manfaat dari kegiatan ini adalah rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang meningkat diantara para murid.

Kemandirian

Pendidikan kemandirian sudah dimulai sedari dini di rumah masing-masing. Anak Sekolah Dasar, bahkan Taman Kanak-kanak, disana terbiasa pulang dan pergi ke sekolah sendiri, dengan angkutan umum, sepeda maupun berjalan kaki. Hal ini membuat mental anak-anak tangguh, dan lebih bangga terhadap pencapaian-pencapaian yang mereka dapat dengan usaha mereka sendiri.

Di sekolah pun pendidik terbiasa memberikan kebebasan yang mengasah kemandirian anak-anak dengan cara memberikan jam pelajaran pilihan, kebebasan memilih cara belajar (misalnya boleh sambil mendengarkan earphone) di jam-jam tertentu, penggunaan teknologi untuk presentasi secara kreatif, dan banyak hal lain yang intinya menekankan bahwa pembelajaran yang didapat haruslah berasal dari usaha mereka sendiri. Namun, kemandirian disini juga berarti mampu bekerja sama dengan individu mandiri lainnya untuk menghasilkan karya yang bisa bersama-sama mereka banggakan.

Bagian selanjutnya dari resensi ini akan membahas ketiga 'resep' lainnya yaitu Rasa Memiliki, Penguasaan, dan yang paling berkesan bagi saya: Pola Pikir dalam belajar dan mengajar. See you then.

Semoga kebahagiaan membaca selalu bisa menginspirasi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun