Kepindahannya ke Finlandia memberikan penulis pengalaman yang saya rasa mengubah pandangannya bukan hanya sebagai seorang pengajar, namun juga sebagai orangtua dan bagian dari masyarakat.Â
Kita sebagai pembaca juga dapat dengan mudah mengambil poin-poin yang disajikan penulis dalam rangka membuat suasana 'belajar' menjadi lebih menyenangkan.
Dimulai dengan Kebahagiaan
Kebahagiaan bukanlah semata-mata hasil akhir --misalnya dapat nilai bagus sehingga bahagia-, namun sebuah awal sekaligus dasar pembelajaran. Kebahagiaan bukanlah hasil dari kesuksesan namun kunci dari kesuksesan.
Pendidikan di Finlandia ternyata mengedepankan kebahagiaan siswanya diatas prestasi akademis. Lebih jauhnya mereka percaya bahwa siswa yang bahagia akan menjadi pelajar yang lebih baik.Â
Kebahagiaan sendiri (ketika kebutuhan dasar seperti pangan dan papan telah terpenuhi), bisa dilihat dari 4 bahan utama yaitu : rasa memiliki (keterlibatan), kemandirian, penguasaan dan pola pikir (Raj Raghunathan, 2016). Penulis menambahkan kesejahteraan sebagai komponen kebahagiaan dalam belajar.
Kesejahteraan
Tempat belajar sepatutnya memberikan kesempatan yang sama bagi pelajar. Di Finlandia, tidak ada sekolah swasta, semua sekolah memiliki standar yang sama sehingga apapun latar belakang sosial ekonomi (budaya umumnya tergolong homogen di Finlandia), murid bisa memperoleh hak pendidikannya dengan merata.
Finlandia memperhatikan jadwal istirahat otak (15 menit istirahat tiap 45 menit pelajaran), belajar sambil bergerak untuk anak-anak aktif, kelas di alam secara rutin untuk menghirup udara segar, guru secara rutin bermain dengan murid, hingga merayakan hasil pembelajaran siswa dengan cara eksibisi kelas.
Finlandia juga tegas dalam hal menjaga perdamaian, prinsipnya adalah siswa tidak menyakiti dan mengganggu diri sendiri dan orang lain. Bullying/perisakan/perundungan juga amat diperhatikan di sekolah, dimana pihak-pihak yang terlibat didorong untuk menyelesaikan masalah dengan sekolah sebagai mediatornya.
Yang paling saya suka adalah program berkawan, dimana murid kelas atas diharuskan dalam jangka waktu tertentu, mengajari dan menemani adik-adik kelasnya bermain (misalnya kelas 5 dengan kelas 1, kelas 8 dengan kelas 6, dst). Manfaat dari kegiatan ini adalah rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang meningkat diantara para murid.