Mohon tunggu...
Nita Harani (Syamsa Din)
Nita Harani (Syamsa Din) Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah Ibtidaiyah

I'm Nothing Without Allah SWT. Guru Madrasah Ibtidaiyah. pengagum senja, penyuka sastra. Love to read, try to write, keep hamasah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Elegi Mbah Kersen

15 Agustus 2017   10:28 Diperbarui: 30 November 2017   15:29 3416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Meniran, kunyit, temu ireng, suruh istrimu meramunya untuk Marno, ini lebih mujarab dari pada bermalam di rumah sakit, tunggu sebentar!" mbah Kersen masuk kedalam, lalu keluar membawa botol kecil berisi madu.

"Minumkan madu ini kalo Marno nggak doyan makan, madu ini asli, aku ambil sendiri dari sarangnya" mbah Kersen kembali menyalakan kretek.

"Suwun nggeh mbah!" Sugeng membuncah bergegas pulang.

"Banyak cerita yang mestinya kau saksikan, di tanah kering bebatuan..."

Dengan segenap tenaga dan rasa, mbah Kersen mengikat tali bendera pada ujung bambu, lalu menancapkannya di samping tanaman perdu. Matahari mulai naik. Dengan nafas naik turun, mbah Kersen mentap hikmad sang pusaka yang berkibar di tiup angin pagi. Dada mbah Kersen bergemuruh, bebagai rasa memenuhi jiwanya. "Tiga hari lagi, usiamu genap 62,  kau memang menua, tapi kuharap jiwamu tak pernah menua, tetaplah muda seperti kala 20" batin mbah Kersen.

"Mamper Sur!" teriak mbok Jum dari bawah tali jemuran. Mbok Sur berpikir sejenak, lalu berbelok.

"Dari mana?" mbok Jum mengajak Mbok Sur duduk di kursi kayu muka rumah.

"Dari rumah pak Manuel Yu"

"Si kaya pemilik toko  bahan bangunan? Pinjam uang ya?" selidik mbok Jum.

"Ah..YuJum tahu saja, iya Yu" mbok Sur menepuk pelan bahu mbok Jum.

"Desas -- desus yang kudengar, katanya anakmu diterima kerja di perusahaan besar ya?" mbok Jum serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun