"Kun, Bapak pulang, malam ini bapak tugas, lanjutkan latihanmu" Bapak mengusap kepalaku, menyuruhku kembali masuk aula, aku merogoh saku gamis, kusodorkan surat itu pada Ibu, sebenarnya bukan surat, karena tak pakai amplop, hanya kertas yang kulipat dua. Isinya singkat saja. "Pak, aku tak mau pulang, aku ingin tetap tinggal di Assalam, banyak hal yang harus kupelajari tentang hidup disini, tinggal disini seperti berada dalam telaga, meskipun awalnya kurasa gersang, kalau bapak mau menjemputku nanti menjelang libur saja. Anakmu. Â
Cepat ibu meraih kertas di tanganku, lalu diselipkan dalam tas kecilnya. "Kardus barang -- barangmu ada di sekretariat, nanti di ambil, ada bungkusan tempe bacem dan kerupuk ikan kegemaranmu" ibu mengingatkan, aku membuncah. "Masuklah" Bapak menunjuk pintu aula, sejak tadi Ulum menungguku di mulut pintu. Bapak berjalan di belakang Ibu, "Kun sudah jadi perempuan Pak! Putriku itu benar -- benar manis" Ibu menoleh ke Bapak, "dia juga putriku!" Bapak menukas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H