Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eco-Style: Surat Apostolic Paus Fransiskus Laudate Deum, Bukan Cuma OOTD, tapi OTD (One with The Earth)

6 Desember 2023   23:22 Diperbarui: 5 Juni 2024   23:29 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[OOTD adalah singkatan dari "Outfit of the Day". Istilah ini digunakan untuk merujuk pada pakaian atau penampilan yang seseorang kenakan pada suatu hari tertentu, biasanya dipamerkan atau dibagikan melalui media sosial. Jadi, dalam konteks judul artikel sebelumnya, "Eco-Style: Surat Apostolic Paus Fransiskus, Bukan Cuma OOTD, tapi OTD (One with The Earth)!" bermain dengan singkatan tersebut untuk menyoroti pentingnya gaya hidup ramah lingkungan (One with The Earth)]. 

Bentar-bentar, Bro dan Sis! Udah pada denger belum nih tentang Laudate Deum? Gue mau kasih lu tau nih, ini bukan lagu pop terbaru, tapi Surat Apostolic super keren dari Paus Fransiskus. Jangan bosen dulu, karena isinya bukan cuma omong kosong, tapi ngebahas serius nih, apalagi tentang lingkungan.

Jadi gini, Paus Fransiskus abis bikin tulisan seru, ada 73 paragraf loh, yang namanya Laudate Deum. Buat yang belum ngerti, Surat Apostolic itu kayak arahan dari Paus yang nyeritain pandangan Gereja Katolik tentang sesuatu. Nah, kali ini, Paus ngajakin kita buat ngerawat bumi, kayak jadi superhero lingkungan gitu deh.

Pesan Paus itu bukan cuma buat anak gereja doang, Bro, Sis! Semua diajak buat peduli sama lingkungan. Dia bilang, Tuhan itu menciptain segala sesuatu, dan kita punya tanggung jawab buat jaga bumi ini, jangan sampe hancur gara-gara kita lupa sayang.

Paus juga ngasih tau, kita ini saudaraan sama semua makhluk hidup. Jadi jangan sombong dan egois, hayo yang suka ngegas di media sosial, introspeksi dulu! Dan, yang pasti, dia ngajakin kita buat berubah, gak cuma dari segi kebijakan aja, tapi juga gaya hidup kita sehari-hari.

Gue nggak ngebut banget jelasinnya, tapi intinya, Paus Fransiskus kayak ngajak kita semua buat jadi Eco-Warrior, jadi pejuang lingkungan yang kece! Kita butuh perubahan besar, mulai dari keputusan pemerintah sampe tindakan pribadi kita. Jadi, daripada bengong, mending baca sendiri deh Laudate Deum, pasti lu pada ngeh dan keren abis! 

Yuk, jadi anak muda yang peduli sama bumi, jadi bagian dari solusi bukan masalah. Langsung baca Laudate Deum, siapa tau jadi semangat buat aksi nyata! #LaudateDeum #EcoWarrior #BumiKeren

1. Paus Fransiskus, Gasspoll! Bahas Iklim dan Lingkungan, Nih Ada Sinopsisnya! 

Paus Fransiskus mengawali pesannya dengan memuji Allah atas ciptaan-Nya, mengacu pada ajaran Santo Fransiskus yang menunjukkan kelembutan Yesus terhadap semua makhluk. Paus menyoroti sensitivitas Yesus terhadap ciptaan Sang Bapa, mengutip ayat-ayat Alkitab yang menekankan perhatian-Nya terhadap burung-burung dan bunga-bunga di ladang. Ia mengajak untuk mengagumi kelembutan tersebut.

Delapan tahun setelah merilis Surat Ensiklik Laudato Si', Paus menyatakan keprihatinannya terhadap kurangnya respons yang memadai terhadap isu perubahan iklim. Ia mencatat bahwa dunia kita menghadapi kemungkinan keruntuhan dan dampak perubahan iklim yang akan merugikan banyak orang. Isu ini tidak hanya ekologis, tetapi juga berkaitan erat dengan martabat hidup manusia.

Paus menyoroti pandangan global bahwa perubahan iklim adalah isu sosial yang mengancam kehidupan manusia. Ia merujuk pada pernyataan Uskup-uskup Amerika Serikat dan Sinode untuk Amazonia yang menekankan bahwa serangan terhadap alam berdampak langsung pada kehidupan manusia. Paus menyebut perubahan iklim sebagai contoh nyata dosa struktural yang memengaruhi semua orang.

Pada akhirnya, Paus Fransiskus berbagi refleksi dan informasi selama delapan tahun terakhir, menekankan urgensi situasi saat ini. Bagi kaum muda, pesannya adalah untuk menyadari signifikansi perhatian terhadap lingkungan. 

Mereka diharapkan terlibat dalam komitmen berkelanjutan, karena perubahan iklim bukanlah hanya masalah ideologis, melainkan sebuah drama yang merugikan semua pihak. Paus mendorong kaum muda untuk bertindak sebagai pelindung alam demi keberlanjutan kehidupan mereka dan generasi mendatang.

2. Paus Ngajak Kita Mikir: Perubahan Iklim Bukan Cuma Pusingin Bumi, Tapi Juga Kehidupan Manusia 

Paus Fransiskus menyampaikan pesan pokok tentang Krisis Iklim Global dalam tulisannya. Ia menegaskan bahwa tanda-tanda perubahan iklim semakin nyata, dengan fenomena cuaca ekstrem, gelombang panas, dan protes bumi yang menjadi manifestasi dari masalah yang meresap ke seluruh dunia. Paus mengingatkan bahwa peningkatan suhu global memiliki dampak serius, termasuk banjir, kekeringan, dan bencana lainnya.

Paus juga mencatat bahwa beberapa orang berusaha meremehkan fakta-fakta tersebut, mengabaikan percepatan perubahan iklim yang dapat terjadi dalam satu generasi. Ia menolak argumen bahwa perubahan iklim merupakan fenomena alamiah, mengingat bahwa kebanyakan perubahan terjadi akibat intervensi manusia terhadap alam dalam dua abad terakhir.

Pentingnya informasi yang akurat menjadi sorotan Paus, mengingat bahwa kurangnya pemahaman dapat menyebabkan kebingungan antara proyeksi iklim jangka panjang dengan prediksi cuaca jangka pendek. Paus mengecam upaya menjadikan miskin sebagai penyebab utama perubahan iklim, sementara fakta menunjukkan bahwa negara-negara kaya lebih banyak mencemari daripada 50% terendah penduduk dunia.

Paus menegaskan bahwa perubahan iklim bukan hanya masalah ekologis, melainkan juga masalah sosial yang berkaitan erat dengan martabat manusia. Ia menyebutnya sebagai "dosa struktural" yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.

Dalam konteks kaum muda, Paus mendorong mereka untuk menyadari signifikansi perhatian terhadap lingkungan. Pesannya menekankan komitmen berkelanjutan yang harus diambil oleh generasi muda, agar mereka menjadi pelindung alam dan mewariskan dunia yang lebih baik kepada anak cucu mereka. 

Paus menyoroti bahwa upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dapat menciptakan lapangan kerja baru, sehingga pemimpin politik dan bisnis perlu fokus pada hal tersebut.

Kesimpulannya pada bagian ini, Paus menekankan urgensi perspektif yang lebih luas terkait perubahan iklim dan mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 juga menunjukkan hubungan erat antara kehidupan manusia dengan lingkungan alam. Paus mengajak untuk menyadari bahwa “Everything is connected” dan “No one is saved alone”.

3. Paus Ngingetin Kita, Gais! Teknokrasi Bisa Jadi Ancaman Serius, Harus Bener-Bener Aware. 

Paus Fransiskus mengkritisi paradigma teknokratis yang mendasari kerusakan lingkungan saat ini. Ia menyoroti cara pandang yang salah tentang kehidupan dan aktivitas manusia yang menurutnya telah menyebabkan kerugian serius pada dunia. Paradigma ini mendasarkan kebenaran dan kebaikan pada kekuatan teknologi dan ekonomi, dengan mudah menerima ide pertumbuhan tak terbatas yang menarik bagi ekonom, ahli keuangan, dan teknolog.

Paus menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat kemajuan paradigma teknokratis ini melalui kecerdasan buatan dan inovasi teknologi terkini. 

Sementara sumber daya alam yang dibutuhkan oleh teknologi tidak tak terbatas, masalah utamanya adalah ideologi obsesi untuk meningkatkan kekuatan manusia di luar batas, membuat alam menjadi semata-mata sumber daya. Paus menilai bahwa teknokrasi memberi kekuasaan yang besar kepada sebagian kecil manusia, yang dapat mengancam seluruh umat manusia dan dunia.

Paus Fransiskus mengajak untuk me-rethink penggunaan kekuatan manusia, menyadari bahwa peningkatan kekuatan tersebut tidak selalu berarti kemajuan bagi umat manusia. Ia mencatat bahwa keberhasilan teknologi seringkali disertai dengan risiko serius, seperti penggunaan teknologi untuk memusnahkan populasi dan merusak etnis.

Paus menekankan perlunya memahami bahwa dunia bukanlah objek eksploitasi atau ambisi tak terbatas. Sebaliknya, manusia harus diakui sebagai bagian dari alam, berinteraksi dengan lingkungan, dan memiliki tanggung jawab terhadapnya. Ia mengingatkan bahwa paradigma teknokratis telah merusak hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan, dan bahwa perlu melampaui paradigma tersebut.

Pesan utama untuk kaum muda adalah agar mereka menyadari bahwa kekuatan dan kemajuan teknologi yang mereka hasilkan juga dapat mengancam keberlangsungan hidup mereka sendiri. Paus mengajak generasi muda untuk memiliki kejernihan dan kejujuran dalam mengenali bahwa kekuatan dan kemajuan yang dihasilkan bisa menjadi ancaman bagi manusia.

Komitmen berkelanjutan yang disarankan bagi kaum muda adalah untuk merenungkan kembali makna kekuatan manusia, memahami batasannya, dan menghindari terjebak dalam paradigma teknokratis yang merugikan. Paus juga menyoroti perlunya memiliki etika, budaya, dan spiritualitas yang mampu menetapkan batas dan mengajarkan kendali diri yang jelas.

Selain itu, Paus mengajak kaum muda untuk tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, tetapi juga merenungkan makna hidup mereka, kontribusi terhadap lingkungan, dan warisan yang akan mereka tinggalkan bagi anak cucu mereka.

4. Politik Dunia Lagi Lemah, Paus Bilang Kita Harus Bangkit! Fratelli Tutti Jadi Kunci! 

Paus Fransiskus menyoroti kelemahan politik internasional dan mengusulkan rekonfigurasi multilateralisme sebagai solusi. Ia menekankan bahwa kemajuan yang kokoh dan berkelanjutan memerlukan preferensi terhadap perjanjian multilateral antar negara. Paus juga mengingatkan bahwa krisis global, seperti krisis keuangan 2007-2008 dan pandemi Covid-19, kerap disia-siakan dan malah memperkuat individualisme serta memberikan keleluasaan kepada pihak berkuasa.

Paus Fransiskus mengajak untuk merekonfigurasi multilateralisme, mempertimbangkan situasi dunia yang baru. Ia mencatat bahwa kelompok dan organisasi dalam masyarakat sipil dapat membantu mengatasi kelemahan komunitas internasional. Selain itu, Paus Fransiskus menyoroti bahwa globalisasi dapat mendukung pertukaran budaya spontan dan integrasi antar bangsa, mendorong munculnya multilateralisme "dari bawah".

Dalam konteks ini, Paus mengaitkannya dengan sensitivitas baru terhadap yang lebih rentan dan lemah, menekankan pentingnya melindungi martabat manusia di segala kondisi. Ia melihat bahwa multilateralisme harus digunakan untuk menyelesaikan masalah nyata umat manusia, dengan menempatkan etika di atas kepentingan lokal atau kontingensi.

Paus Fransiskus menggarisbawahi pentingnya Encyclical Letter Fratelli Tutti, yang menekankan primasi manusia dan pembelaan terhadap martabatnya. Ia mengajak kaum muda untuk mengakui bahwa kekuatan baru semakin relevan dan mampu memberikan hasil signifikan dalam menyelesaikan masalah konkret, seperti yang terlihat selama pandemi.

Pesan utama untuk kaum muda adalah untuk mendukung multilateralisme yang dapat mengatasi tantangan global dengan memprioritaskan etika dan hak asasi manusia. Paus Fransiskus melihat bahwa kekuatan dan solusi dapat muncul dari berbagai negara, dan bahwa multilateralisme merupakan proses yang tidak dapat dihindari.

Komitmen berkelanjutan yang disarankan untuk kaum muda adalah terlibat aktif dalam dialog global, mendukung upaya-upaya yang memperkuat multilateralisme, dan memperjuangkan hak asasi manusia serta perlindungan lingkungan. Paus Fransiskus menegaskan bahwa untuk mengendalikan kerusakan lingkungan, warga negara perlu mengendalikan kekuatan politik dan mengajak kaum muda untuk turut serta dalam upaya tersebut.

5. Paris Agreement: Jelas Ambisius, Tapi Gagal Sanksi! Paus Ngasih Pencerahan Buat Gen Z

Selama beberapa dekade, perwakilan dari lebih dari 190 negara berkumpul dalam Konferensi Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)) untuk membahas isu perubahan iklim. Beberapa konferensi, seperti Copenhagen (2009), gagal mencapai kesepakatan, sementara yang lain, seperti COP3 di Kyoto (1997), berhasil mengambil langkah-langkah penting, seperti Protokol Kyoto yang menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca secara global. Namun, banyak negara tidak memenuhi target tersebut.

Protokol ini juga berkomitmen untuk melaksanakan program adaptasi guna mengurangi dampak perubahan iklim, termasuk bantuan kepada negara-negara berkembang. 

Setelah itu, muncul usulan untuk menciptakan mekanisme mengenai kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim yang memberikan tanggung jawab kepada negara-negara kaya. Konferensi COP21 di Paris (2015) menghasilkan Perjanjian Paris, menetapkan tujuan ambisius untuk membatasi kenaikan suhu global rata-rata di bawah 2°C atau bahkan 1.5°C.

Perjanjian Paris memiliki tujuan luas dan ambisius, namun, tidak menyediakan sanksi untuk tidak memenuhi komitmen, dan beberapa aspek memberikan ruang yang luas untuk kebijakan diskresioner. Sejumlah konferensi berikutnya, termasuk COP26 di Glasgow (2021), belum memberikan kemajuan yang signifikan, dan implementasi perjanjian terkendala oleh kurangnya mekanisme pengawasan dan sanksi.

Paus Fransiskus menyoroti konferensi iklim sebagai upaya internasional, tetapi juga menunjukkan kegagalan dan hambatan dalam implementasi kesepakatan. Paus menyatakan keprihatinan bahwa negara-negara cenderung menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan bersama, dan ini dianggapnya sebagai kegagalan moral dan tanggung jawab.

Bagi kaum muda, pesan utama adalah kesulitan dan kegagalan dalam perundingan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh penempatan kepentingan nasional di atas kepentingan bersama. Hal ini menekankan pentingnya moralitas dan tanggung jawab global dalam menanggapi krisis lingkungan. Paus Fransiskus mendorong kaum muda untuk terlibat dalam upaya perlindungan lingkungan dan mendukung perubahan yang berkelanjutan untuk menjaga keberlanjutan alam.

6. Paus Fransiskus Ngomongin COP28 di Dubai, Makin Terdengar Keren, Nih! 

Pada COP28 yang diadakan di Dubai (Kamis, 30 November - Selasa, 12 Desember 2024), Paus Fransiskus menyoroti peran penting Uni Emirat Arab (UEA) sebagai produsen besar bahan bakar fosil, meskipun juga telah melakukan investasi signifikan dalam sumber energi terbarukan. Paus mengungkapkan keprihatinan bahwa jika harapan tidak dipertahankan, hal itu dapat membahayakan semua umat manusia, terutama yang paling miskin, dari dampak terburuk perubahan iklim.

Meskipun banyak negosiasi dan perjanjian telah dilakukan, emisi global terus meningkat, dan Paus menyatakan bahwa perubahan menuju sumber energi bersih tidak berkembang dengan kecepatan yang diperlukan. Paus mengajak untuk melebihi mentalitas penampilan keprihatinan semata namun tanpa keberanian untuk melakukan perubahan substansial.

Pentingnya COP28 di Dubai ditekankan oleh Paus sebagai kesempatan untuk percepatan transisi energi yang efektif dan berkomitmen, yang dapat mengubah arah perjuangan lingkungan sejak 1992. Paus berharap bahwa konferensi ini dapat menjadi titik balik positif atau akan menjadi kekecewaan besar yang membahayakan pencapaian yang telah ada.

Pesan utama kepada kaum muda adalah perlunya keberanian untuk menghasilkan perubahan nyata dalam transisi energi. Paus menekankan bahwa ini bukan hanya masalah ekologi, tetapi masalah manusia dan sosial yang memerlukan keterlibatan semua pihak. Kaum muda dihimbau untuk terlibat dalam upaya perlindungan lingkungan dan mendukung perubahan menuju keberlanjutan guna menjaga masa depan anak cucu mereka.

Komitmen berkelanjutan yang disarankan bagi kaum muda adalah terlibat secara aktif dalam mendukung transisi energi yang efisien, mengikuti perkembangan perjanjian internasional, dan mendukung tindakan konkret untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

7. Kalo Mau Jadi Cool, Ikutin Pesan Paus Fransiskus, Jadi Eko-Warrior itu Keren.

Dalam tulisannya, Paus Fransiskus menekankan motivasi spiritual sebagai dorongan untuk merawat lingkungan. Ia mengajak umat Katolik dan pemeluk agama lain untuk memahami bahwa iman yang autentik memberikan kekuatan pada hati manusia, mengubah hidup, dan memberikan cahaya terhadap hubungan dengan sesama dan seluruh ciptaan.

Paus mengacu pada Kitab Suci, memperlihatkan bahwa Tuhan menciptakan segalanya dan menyatakan bahwa bumi adalah milik-Nya. Keterlibatan manusia dalam merawat bumi dianggap sebagai tanggung jawab yang berasal dari iman. Paus juga menegaskan bahwa alam semesta mencerminkan kekayaan tak terbatas Tuhan, dan kebijaksanaan manusia mengharuskan kita untuk memahami keberagaman dan hubungan yang rumit antar makhluk ciptaan.

Paus merinci bahwa pandangan kosmos dalam tradisi Yudaisme dan Kekristenan menegaskan nilai sentral manusia di tengah-tengah semua ciptaan Tuhan. Namun, dia menekankan perlunya mengakui bahwa kehidupan manusia tidak dapat dipahami atau dijaga tanpa keterlibatan makhluk-makhluk lain. 

Paus menyatakan bahwa kita semua terhubung oleh ikatan tak terlihat dan membentuk keluarga universal yang mengharuskan kita untuk meresapi rasa hormat yang sakral, penuh kasih, dan tunduk.

Pesan utama bagi kaum muda adalah bahwa iman yang dihayati menginspirasi perubahan nyata dalam cara kita memperlakukan lingkungan. Paus mendorong kaum muda untuk terlibat dalam perubahan gaya hidup dan keyakinan yang mendalam di dalam masyarakat. Meskipun keputusan politik besar di tingkat nasional dan internasional sangat penting, setiap usaha kecil juga memiliki dampak positif. Paus menekankan bahwa transformasi kultural dan perubahan personal akan membawa pada perubahan yang lebih besar dalam masyarakat.

Signifikansi dari pesan Paus ini adalah pentingnya perubahan budaya dan gaya hidup sebagai bagian dari solusi untuk merawat lingkungan. Kaum muda diajak untuk terlibat dalam upaya mereduksi polusi dan limbah, serta konsumsi yang bijaksana. Paus juga menyoroti pentingnya tanggung jawab politik dan ketidaksenangan terhadap ketidakpedulian dari pihak yang berkuasa.

Sebagai contoh, Paus merujuk pada perbedaan emisi antara negara-negara dengan gaya hidup konsumtif, dan menegaskan bahwa perubahan signifikan dalam gaya hidup Barat akan memiliki dampak jangka panjang yang berarti. Komitmen berkelanjutan yang diusulkan untuk kaum muda adalah terlibat dalam perubahan kultur dan gaya hidup, mendukung kebijakan lingkungan yang bertanggung jawab, serta melibatkan diri dalam upaya global untuk merawat bumi.

Itu tadi, Bro dan Sis, petualangan seru kita membahas Laudate Deum bareng Paus Fransiskus. Sekarang, gue mau ngajakin lu semua buat jadi Eco-Warrior sejati! Nggak bosenin kok, karena lingkungan ini bukan cuma urusan anak gereja, tapi urusan kita semua.

Dari 73 paragraf yang Paus tulis, gue bisa nangkep pesan pentingnya. Jangan cuma baca doang, tapi kita harus beneran jadi bagian dari solusi. Kita semua saudaraan, termasuk sama bumi dan makhluk hidup lainnya. Jadi, jangan egois, jangan sombong, tapi jadi yang peduli dan berkontribusi buat bumi yang lebih baik.

Paus juga ngajak kita buat pertobatan ekologis, yang artinya kita harus beneran ngeser gaya hidup kita yang suka bikin bumi nangis. Dari keputusan pemerintah sampe tindakan kita sehari-hari, semuanya punya pengaruh. Kita butuh aksi nyata, bukan cuma omong doang!

Nggak ada kata terlambat buat ikutan jadi bagian dari perubahan. Baca Laudate Deum itu kayak baca petunjuk buat jadi pahlawan lingkungan. Yuk, mulai dari yang kecil-kecil, seperti gak buang sampah sembarangan, pakai barang daur ulang, sampe dukung kebijakan yang pro-lingkungan.

Kesimpulannya, jadi anak muda yang keren itu lebih dari sekadar gaya atau tren. Jadi anak muda keren itu berarti peduli sama bumi, bukan cuma buat diri sendiri, tapi buat generasi yang akan datang. Kita punya kekuatan buat ubah dunia, Bro, Sis!

Mending jadi orang yang punya dampak positif daripada jadi beban buat bumi. Kita butuh ekosistem yang seimbang, dan itu dimulai dari tindakan kita sehari-hari. Yuk, kita jadi Eco-Warrior keren dan berjuang bareng-sama buat bumi yang lebih hijau dan bersahabat! #EcoWarrior #LaudateDeum #TobatEkologis

Mgr. Pius Riana Prapdi:

"Tulisan ini keren banget, guys! Ngasih info lengkap dan nge-boost semangat supaya kita nggak cuma ikutan tren tapi juga berani ubah perilaku. Kalau Covid-19 bisa diatasi dengan vaksin, nih, perubahan iklim cuma bisa diatasi kalau kita semua berubah perilaku, lho. Setiap kita, guys, mungkin karena lupa jadi manusia yang peduli sama sesama dan bumi, ya, kehilangan makna martabat itu bikin kita amnesia tentang jati diri kita sebagai penolong satu sama lain dan buat bumi ini. Ingat gaes, Tuhan dulu pernah bilang dalam Kejadian 2: 18, "Nggak baik kalo manusia sendirian. Aku bakal kasih temen yang setara buat dia." Jadi, setiap orang itu punya peran jadi penolong buat yang lain. Jadi penolong buat sesama juga artinya kita bantu diri sendiri, guys. Karena tanpa temen sepadan, kita bisa jadi kesepian banget, kayak yang dirasain sama Adam dulu. Dia nyari penolong yang setara, tapi gak nemu, padahal udah semua makhluk hidup dibawa ke depannya. Jadi, kehadiran orang lain itu bikin kita jadi pribadi yang komplit dan bermartabat. Apalagi kalo suasana sekitarnya enak dan sehat. Nah, di sinilah gaya hidup punya peran penting banget, soalnya langsung atau enggak, gaya hidup kita pasti nyambung sama alam."

Referensi:

"Laudate Deum": Apostolic Exhortation to all people of good will on the climate crisis (4 October 2023) | Francis (vatican.va)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun