Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eco-Style: Surat Apostolic Paus Fransiskus Laudate Deum, Bukan Cuma OOTD, tapi OTD (One with The Earth)

6 Desember 2023   23:22 Diperbarui: 5 Juni 2024   23:29 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komitmen berkelanjutan yang disarankan untuk kaum muda adalah terlibat aktif dalam dialog global, mendukung upaya-upaya yang memperkuat multilateralisme, dan memperjuangkan hak asasi manusia serta perlindungan lingkungan. Paus Fransiskus menegaskan bahwa untuk mengendalikan kerusakan lingkungan, warga negara perlu mengendalikan kekuatan politik dan mengajak kaum muda untuk turut serta dalam upaya tersebut.

5. Paris Agreement: Jelas Ambisius, Tapi Gagal Sanksi! Paus Ngasih Pencerahan Buat Gen Z. 

Selama beberapa dekade, perwakilan dari lebih dari 190 negara berkumpul dalam Konferensi Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)) untuk membahas isu perubahan iklim. Beberapa konferensi, seperti Copenhagen (2009), gagal mencapai kesepakatan, sementara yang lain, seperti COP3 di Kyoto (1997), berhasil mengambil langkah-langkah penting, seperti Protokol Kyoto yang menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca secara global. Namun, banyak negara tidak memenuhi target tersebut.

Protokol ini juga berkomitmen untuk melaksanakan program adaptasi guna mengurangi dampak perubahan iklim, termasuk bantuan kepada negara-negara berkembang. 

Setelah itu, muncul usulan untuk menciptakan mekanisme mengenai kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim yang memberikan tanggung jawab kepada negara-negara kaya. Konferensi COP21 di Paris (2015) menghasilkan Perjanjian Paris, menetapkan tujuan ambisius untuk membatasi kenaikan suhu global rata-rata di bawah 2°C atau bahkan 1.5°C.

Perjanjian Paris memiliki tujuan luas dan ambisius, namun, tidak menyediakan sanksi untuk tidak memenuhi komitmen, dan beberapa aspek memberikan ruang yang luas untuk kebijakan diskresioner. Sejumlah konferensi berikutnya, termasuk COP26 di Glasgow (2021), belum memberikan kemajuan yang signifikan, dan implementasi perjanjian terkendala oleh kurangnya mekanisme pengawasan dan sanksi.

Paus Fransiskus menyoroti konferensi iklim sebagai upaya internasional, tetapi juga menunjukkan kegagalan dan hambatan dalam implementasi kesepakatan. Paus menyatakan keprihatinan bahwa negara-negara cenderung menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan bersama, dan ini dianggapnya sebagai kegagalan moral dan tanggung jawab.

Bagi kaum muda, pesan utama adalah kesulitan dan kegagalan dalam perundingan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh penempatan kepentingan nasional di atas kepentingan bersama. Hal ini menekankan pentingnya moralitas dan tanggung jawab global dalam menanggapi krisis lingkungan. Paus Fransiskus mendorong kaum muda untuk terlibat dalam upaya perlindungan lingkungan dan mendukung perubahan yang berkelanjutan untuk menjaga keberlanjutan alam.

6. Paus Fransiskus Ngomongin COP28 di Dubai, Makin Terdengar Keren, Nih! 

Pada COP28 yang diadakan di Dubai (Kamis, 30 November - Selasa, 12 Desember 2024), Paus Fransiskus menyoroti peran penting Uni Emirat Arab (UEA) sebagai produsen besar bahan bakar fosil, meskipun juga telah melakukan investasi signifikan dalam sumber energi terbarukan. Paus mengungkapkan keprihatinan bahwa jika harapan tidak dipertahankan, hal itu dapat membahayakan semua umat manusia, terutama yang paling miskin, dari dampak terburuk perubahan iklim.

Meskipun banyak negosiasi dan perjanjian telah dilakukan, emisi global terus meningkat, dan Paus menyatakan bahwa perubahan menuju sumber energi bersih tidak berkembang dengan kecepatan yang diperlukan. Paus mengajak untuk melebihi mentalitas penampilan keprihatinan semata namun tanpa keberanian untuk melakukan perubahan substansial.

Pentingnya COP28 di Dubai ditekankan oleh Paus sebagai kesempatan untuk percepatan transisi energi yang efektif dan berkomitmen, yang dapat mengubah arah perjuangan lingkungan sejak 1992. Paus berharap bahwa konferensi ini dapat menjadi titik balik positif atau akan menjadi kekecewaan besar yang membahayakan pencapaian yang telah ada.

Pesan utama kepada kaum muda adalah perlunya keberanian untuk menghasilkan perubahan nyata dalam transisi energi. Paus menekankan bahwa ini bukan hanya masalah ekologi, tetapi masalah manusia dan sosial yang memerlukan keterlibatan semua pihak. Kaum muda dihimbau untuk terlibat dalam upaya perlindungan lingkungan dan mendukung perubahan menuju keberlanjutan guna menjaga masa depan anak cucu mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun