Penggunaan teknologi dan alat pembelajaran digital memiliki potensi besar dalam mendukung serta menghambat perkembangan self-regulated learning (SRL) siswa. Teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk memfasilitasi pengaturan diri dan pembelajaran mandiri, tetapi juga dapat membawa risiko ketergantungan yang berpotensi merugikan proses pembelajaran.
Penggunaan teknologi yang tepat dapat memberikan akses lebih mudah terhadap sumber belajar, memungkinkan siswa untuk mengatur waktu belajar, mengakses materi yang sesuai dengan gaya belajar, dan mengawasi kemajuan mereka. Teknologi juga dapat menyediakan platform interaktif yang memungkinkan siswa untuk merencanakan tujuan pembelajaran, mengatur langkah-langkah pencapaian, dan merefleksikan hasil belajar.
Namun, risiko utama adalah ketergantungan pada teknologi yang dapat menghambat pengembangan kemampuan SRL. Teknologi yang terlalu dominan dapat mengurangi kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan metakognitif yang diperlukan dalam SRL. Siswa mungkin cenderung mengandalkan teknologi untuk memberi arahan, mengatur pembelajaran, dan bahkan memantau kemajuan, tanpa mengembangkan kemampuan internal untuk melakukan hal tersebut.
Menurut Flavell (1976), "Metacognition refers to one's knowledge concerning one's own cognitive processes and products or anything related to them." Pernyataan ini menekankan pentingnya pemahaman individu tentang proses kognitif mereka sendiri. Dalam konteks penggunaan teknologi, kemampuan metakognitif menjadi lebih penting untuk menghindari ketergantungan pada teknologi dalam proses pembelajaran.
10. Pentingnya Self-Regulated Learning dalam Perspektif Psikologis dan Perkembangan
Dalam perspektif psikologis dan perkembangan, pentingnya self-regulated learning (SRL) cenderung semakin menonjol seiring dengan perkembangan kognitif dan emosional siswa. Terdapat tahapan-tahapan dalam perkembangan kognitif yang mengarah pada kemampuan yang lebih kompleks untuk mengatur pembelajaran dan mengawasi pemahaman diri.
Tahapan ini, yang sering terinspirasi oleh teori perkembangan Piaget, menunjukkan bahwa kemampuan SRL lebih berkembang secara signifikan pada masa remaja. Di tahap ini, individu memiliki kemampuan kognitif yang lebih matang untuk merencanakan, mengatur, dan mengawasi proses belajar mereka. Oleh karena itu, remaja dapat lebih efektif dalam mengimplementasikan strategi SRL.
Menurut Flavell (1979), "Metacognition refers to one's knowledge concerning one's own cognitive processes and products or anything related to them." Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa perkembangan kemampuan metakognitif merupakan bagian dari perkembangan kognitif individu. Oleh karena itu, pendekatan yang sesuai dengan perkembangan kognitif dan emosional siswa di tahap ini melibatkan memberikan panduan dan dukungan yang relevan untuk mengembangkan kemampuan SRL mereka.
Namun, penting juga untuk memperhatikan bahwa anak-anak pada tahap perkembangan sebelum remaja juga memiliki potensi untuk mengembangkan elemen-elemen awal SRL. Guru dan orang tua dapat membantu mereka dengan memberikan arahan dan model perencanaan serta refleksi. Dalam hal ini, pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif individu memainkan peran penting dalam membantu mereka memahami dan mengaplikasikan SRL.
Kesimpulan dan Penutup
"Education is the kindling of a flame, not the filling of a vessel." - Socrates
Kata-kata bijak dari Socrates ini mencerminkan esensi dari self-regulated learning (SRL) dalam pendidikan. Artikel ini telah membahas bagaimana SRL dapat menginspirasi transformasi pembelajaran, mengubah peran siswa dari "wadah yang diisi" menjadi api yang dinyalakan oleh dorongan belajar yang mandiri dan bersemangat.
Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, SRL memainkan peran utama dalam mengembangkan siswa yang mandiri dan berprestasi. Dari pembahasan tentang pengaruh SRL terhadap motivasi dan keterampilan belajar seumur hidup, hingga dampaknya pada pencapaian akademis dan kemampuan pemecahan masalah yang mendalam, kita melihat betapa pentingnya SRL dalam membantu siswa menjadi pelajar yang aktif dan berpikiran terbuka.
Tidak dapat diabaikan pula peran guru dalam memfasilitasi perkembangan SRL siswa. Guru sebagai panduan dan penyemangat mampu membentuk lingkungan yang merangsang pengembangan keterampilan SRL. Dengan menyediakan strategi khusus, guru dapat membantu siswa mengatasi hambatan dan membangun kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan pembelajaran.