Seperti yang telah dikemukakan, terlepas dari banyak kepercayaan yang memecah belah masyarakat manusia, pengejaran cinta atau akar ontologislah yang mempersatukan kita. Tulisan ini menunjukkan bahwa posisi ini berlaku untuk teis, ateis, dan pemikir kosmik.Â
Cinta memainkan peran penting bagi semua kelompok orang karena membantu mereka memahami dunia dan tempat mereka di dalamnya. Berbeda dengan cita-cita lainnya, cintalah yang pantas menyandang gelar makna hidup karena cintalah yang menyatukan, mencerahkan, dan menyembuhkan umat manusia. Dengan cara ini, kita berharap tulisan ini dapat membela pernyataan Mahatma Gandhi bahwa 'hidup tanpa cinta adalah kematian'.
8. References
Alighieri, Dante, Divine Comedy, Paradiso, Canto XXXIII, lines 142-145, trans. by C. H. Sisson (Oxford: Oxford University, 1998).
Ferry, Luc, On Love: A Philosophy for the Twenty-First Century, trans. by Andrew Brown (Cambridge: Polity Press, 2013).
Gandhi, Mahatma, All Men Are Brothers: Autobiographical Reflections, ed. by Krishna Kripalani (New York: Continuum, 1980).
Jollimore, Troy, Love’s Vision (Princeton: Princeton University Press, 2011).
 Yohanes 3:16, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 1975.
Kierkegaard, Søren, Works of Love, trans. David Swenson (Princeton: Princeton University Press, 1949).
Markus 12:30-31, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 1975 .
May, Simon, Love: A History (New Haven: Yale University Press, 2012).
Plato, Symposium, trans. by Robin Waterfield (Oxford: Oxford University Press, 1994).