Senada dengan itu, filsuf Troy Jollimore setuju bahwa cinta memiliki makna kosmik. Dalam bukunya Love's Vision, ia berpendapat bahwa cinta dibimbing oleh akal meskipun seringkali menghindari rasionalitas. Untuk tujuan kita, bagian paling relevan dari argumennya adalah pengamatannya bahwa metafora surya atau matahari populer sering menggambarkan cinta sebagai katalisator fungsi kosmos. Dia mencatat bahwa lagu-lagu seperti, 'You Are My Sunshine' dan 'Ain't No Sunshine When She's Gone' menunjukkan bahwa cinta mirip dengan matahari.Â
Metafora surya atau matahari ini penting karena menunjukkan bahwa cinta, seperti matahari, diperlukan untuk kehidupan di bumi, sehingga tanpanya, hidup akan sia-sia. Saran selanjutnya adalah bahwa cinta, seperti matahari, bersifat visioner. Ini memberi individu visi yang jelas yang memungkinkan umat manusia untuk melihat dunia dan orang lain sebagaimana mereka benar-benar ada.
Juga, hubungan manusia diciptakan dan dipertahankan oleh cinta. Koneksi paling kuat dengan orang yang kita cintai; 'kita semua selalu terhubung, tetapi Anda juga dapat memperkuat kekuatan koneksi ini – saat Anda mencintai. Jadi tolong, jangan meminta kekuatan dari kosmos tetapi jalani cinta di dalam diri Anda. Ia ada di sana dan ia ingin hidup.' Cinta meningkatkan jaringan manusia dan bertindak sebagai energi yang menopang percakapan dan kreasi – cobalah beralih ke Simposium-nya Plato, misalnya, menunjukkan bahwa salah satu pernyataan Diotima yang terkenal adalah bahwa ide-ide kreatif lahir karena cinta.
6. Motivasi berpikir bahwa cinta adalah jawabannya
Seperti yang telah dikemukakan, cinta berfungsi sebagai kekuatan pendorong bagi para teis, ateis, dan pemikir yang lebih kosmis. Cinta dipuji sebagai makna hidup karena, seperti yang ditunjukkan oleh inti tulisan ini, cinta berfungsi sebagai ciri khas dari apa artinya hidup. Cinta adalah jawabannya karena, tanpa cinta, hidup ini sia-sia. Plato, dalam salah satu karya terbesarnya tentang cinta, Simposium-nya, mengungkapkan bahwa hanya cinta yang memiliki kekuatan untuk memperbaiki kehancuran, ketidaklengkapan, dan kerinduan kita yang tak terelakkan untuk menjadi utuh.Â
Menggunakan protagonisnya Aristophanes, Plato menulis, 'cinta adalah nama untuk pengejaran kita akan keutuhan, untuk keinginan kita untuk menjadi lengkap'. Secara keseluruhan, poin-poin ini menggambarkan bahwa cinta memiliki kekuatan untuk membuat kita merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri dan dengan demikian dapat memberi kita tujuan.
Cinta adalah kandidat yang tepat sebagai jawaban atas pertanyaan terberat hidup karena memuaskan hasrat manusia akan kebebasan. Cinta memungkinkan kita untuk menyadari bahwa kita adalah makhluk bebas dan otonom. Cinta mengingatkan kita bahwa kita memiliki kemampuan untuk memahami diri kita sendiri, orang lain, dan kosmos. Seperti yang dilihat oleh teolog Norman Wirzba, cinta adalah 'prasyarat yang sangat diperlukan untuk kebijaksanaan karena itu membuka hati dan pikiran kita ke kedalaman realitas yang luas dan misterius'.
 Seperti disebutkan sebelumnya, pemikirannya adalah bahwa cinta memungkinkan kita untuk memfokuskan kembali perhatian kita dari diri kita sendiri dan preferensi kita. Cinta mengembalikan perhatian kita dengan membiarkan kita melihat orang lain dan dunia sebagaimana adanya dan bukan seperti yang kita inginkan. Karenanya, cinta tetap menjadi salah satu kekuatan paling kuat dalam masyarakat. Mengutip ulang Karl Marx, cintalah yang menjadi candu rakyat.
Mengingat pentingnya cinta, sayangnya betapa sedikit kita mengakui cinta sebagai jawaban atas makna hidup. Etimologi memberi tahu kita bahwa 'filsafat' diterjemahkan sebagai 'cinta (philo) kebijaksanaan (sophia)'. Oleh karena itu, menjadi seorang filsuf, orang tersebut secara default sudah peduli dengan masalah cinta. Bukan seolah-olah para filsuf dapat memilih kapan dan kapan tidak terlibat dalam masalah cinta seolah-olah cinta adalah urusan pilihan. Sebaliknya, para filsuf selalu memiliki disposisi mendasar untuk mencintai: 'mempraktikkan filsafat selalu harus terlibat dalam cara-cara cinta'.
7. Kesimpulan
Sebagai penutup memaknai cinta di hari Valentine, tulisan ini berpendapat bahwa cinta adalah jawaban atas makna hidup. Maka, tanpa harus dengan hingar bingar merayakan Valentine's Day, atau sebaliknya mengecamnya praktik-praktik di dalamnya, hari tersebut menandai dan menyadarkan kita pentingnya makna hidup adalah mengejar cinta. Cinta menempati peran mendasar dalam masyarakat manusia. Apa yang kita cintai membuat kita merasa betah dan mengakar di dunia. Itu memberi kita rasa akar ontologis.